Naruto melangkah cepat menuruni mobilnya dan mendapati puluhan mobil pemadam kebakaran berjejer tepat di area luar kebun anggurnya sedang menyiramkan air ke arah api yang masih berkobar.
"Tuan, anda pemilik kebun anggur ini?" Seorang kepala damkar menghampiri, dengan peluh bercucuran dari keningnya.
"Ya." Naruto tak memasang ekspresi marah ataupun terkejut, dirinya hanya berdiri di sana, menatap kebun anggurnya yang berubah jadi lautan api.
"Hanya satu kebun atau kelimanya milik anda?" Petugas damkar bertanya dengan serius kali ini, pembakaran kebun besar-besaran seperti ini akan mengakibatkan masalah polusi yang serius. Potensi penyebaran ke lahan sekitar juga begitu besar, maka anggotanya harus bekerja ekstra keras malam ini agar bisa menghentikan lalapan api tersebut.
"Jadi kelimanya habis terbakar hm?" Naruto hanya bertanya dengan nada dingin.
"Ya, secara bersamaan tepat pukul dua dini hari ini." Kepala damkar menjelaskan bahwa kantornya mendapat laporan tepat pukul dua.
"Tolong urus kebakarannya, jangan sampai menyebar ke lahan milik orang lain." Hanya itu yang Naruto ingin katakan, karena dirinya enggan menanggung kerugian yang lebih besar nantinya.
"Ikutlah pergi ke kantor polisi setempat untuk dimintai keterangan soal kebakaran ini." Kepala damkar menoleh ke arah petugas kepolisian yang sudah berdiri di depannya.
"Aku akan pergi ke kantor polisi, setelah mengurus sesuatu." Naruto lalu melangkah pergi dari tempat itu.
...
Semua orang berbisik tidak percaya atas apa yang terjadi malam ini. Kebun anggur milik tuan mereka terbakar habis. Bukan hanya satu kebun, tapi kelimanya sekaligus.
Suara derap langkah sepatu terdengar nyaring di lorong gedung kantor itu. Naruto duduk di kursi kebesarannya, dengan lima orang kepercayaannya yang juga sudah ada di sana.
Kelima orang tersebut hanya bisa menundukan kepala mereka, takut akan terkena imbas amarah atas apa yang terjadi. Namun satu menit, dua menit hanya keheningan yang terdengar selain suara jentikan korek api dari sang bos besar yang memantik cerutunya.
"Tuan, soal kebun anggur itu-.." Seseorang akhirnya berani angkat suara.
"Kojuro, berapa petugas keamanan yang kau pekerjakan untuk menjaga kebun anggur miliku?" Naruto bersandar di kursi kerjanya sambil menyesap cerutu.
"Lima puluh orang, Tuan." Pria bernama Kojuro itu menelan ludah dengan kasar setelah mendengar tuannya berujar dingin barusan dan namanya adalah kata yang pertama disebutkan.
"Masing-masing kebun sepuluh orang." Naruto sebenarnya tahu, tapi dia tidak percaya kalau semuanya setolol itu hingga kebun anggurnya bisa habis dilalap api hanya dalam satu malam.
"Benar Tuan." Kojuro menundukan kepalanya.
Naruto menghela napas pelan "berapa banyak yang mati?"
"Delapan orang, Tuan." Kojuro berujar penuh sesal, tentu saja tak ada yang mau hal ini terjadi karena dirinya bahkan kehilangan banyak anak buah akibat kebakaran ini.
"Sial." Naruto memadamkan cerutunya di atas asbak batu yang terletak di meja kerjanya. Dia muak dan ingin membunuh keparat itu sekarang juga. "Karena banyak korban jiwa, maka aku akan melaporkan kebakaran ini ke Kepolisian, jika tidak ada korban jiwa pasti aku akan menghabisi Hamura dengan tanganku sendiri."
Kelima orang yang ada di sana berpandangan, jadi segala kekacauan ini adalah ulah Hamura? Mereka tidak begitu terkejut karena sudah tahu bahwa sebelumnya pernah ada permasalahan di antara bos besar mereka dengan tua bangka Otsutsuki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Platonic
FanfictionHidup mereka seperti sebuah diorama, mainan milik Tuhan. Berada dalam sebuah hubungan yang kaku dan membingungkan, tapi Tuhan sepertinya senang kalau melihat mereka bersama.