"Jadi apa rencanamu?" Hamura mengembuskan asap cerutunya ke udara. "jangan bilang kau tak mendapatkan apa-apa setelah bertetangga dengan Naruto."
Toneri menarik sudut bibirnya "aku tidak sebodoh itu."
"Lalu?" Hamura menatap penuh minat, menunggu laporan hasil kerja Toneri selama nyaris dua minggu terakhir.
"Kebun anggur itu akan disirami pestisida sebelum panen musim panas menggunakan drone. Aku akan mengganti pestisidanya menjadi bensin lalu membakarnya." Toneri rasa itu ide yang sangat bagus dan mudah dilakukan.
"Bensin memiliki bau yang menyengat, mereka akan segera menyadarinya." Hamura pikir itu ide yang bagus tapi terdengar konyol dan berisiko.
"Pestisida akan disiramkan pada dini hari, agar tidak mengganggu pekerjaan para Petani di pagi hingga sore." Toneri tersenyum simpul.
Hamura mengangkat alis tak percaya. "Darimana kau mendapatkan informasi itu?"
"Sumber yang sangat terpercaya." Toneri merasa pongah karena dia punya kartu As di sini.
"Siapa?" Hamura bertanya penasaran, anak buah Naruto semuanya bagaikan kerbau yang dicucuk hidungnya, mereka akan mengabdi seumur hidup pada keturunan Uzumaki dan tak akan melakukan pengkhianatan sekecil apapun. Dia dengar rumor ini dari beberapa saingan bisnis, bahwa keluarga Uzumaki punya pengikut yang memiliki loyalitas paling tinggi.
"Istrinya." Toneri menatap penuh arti pada Hamura.
Hamura mematikan cerutu di tangannya dengan mata terbelalak "istri Naruto?"
"Tentu saja." Toneri berujar jengah, bagaimana bisa tua bangka ini bertanya seolah tak percaya padanya.
"Bagaimana bisa?" Hamura masih terkejut, dia bahkan tidak terpikir kalau istri Naruto bisa jadi sumber informan mereka.
"Ini adalah sebuah kebetulan gila yang menguntungkan karena istri Naruto adalah teman lamaku saat di Tokyo dulu." Toneri berujar dengan tawa ringan di bibirnya.
Hamura tak pelak lagi tertawa keras, ini memang sepertinya keberuntungan bagi mereka. "Dia banyak bicara padamu huh?"
"Banyak sekali, bahkan soal urusan rumah tangganya. Apa kau ingin dengar?" Toneri menyesap anggur merah di atas meja sambil menatap Hamura.
Hamura kini merasa takjub karena Toneri bisa melangkah sejauh ini. "Apa ada yang menarik?"
"Tidak terlalu menarik, tapi mereka sepertinya tengah bertengkar karena Naruto tidak mau punya anak tapi istrinya sudah hamil sekarang." Toneri tentu tahu karena tadi pagi dia datang berkunjung ke rumah itu lagi, tak peduli pada gertakan yang Naruto berikan padanya tempo hari. "Dia tidak pulang ke rumah selama dua hari terakhir."
"Dasar bajingan gila itu." Hamura tak bisa menghentikan tawanya. "Hey, bagaimana kalau kau rebut istrinya atau semacamnya, kudengar dia menikahi wanita cantik berdarah Jepang."
"Jika ada kesempatan mungkin aku akan melakukannya." Toneri menarik sudut bibirnya, dia tentu saja tidak benar-benar serius. Untuk apa berselingkuh dengan wanita hamil, dia tidak tertarik. Tapi kalau untuk menarik ulur kehidupan seorang Uzumaki Naruto, itu terdengar menyenangkan.
Hamura menepuk bahu Toneri dengan pelan "kau memang bisa diandalkan."
"Tapi kau harus tahu, kalau kau berpikir bahwa Naruto akan jatuh miskin karena pembakaran kebun anggur, maka kau salah besar." Toneri menuangkan kembali sedikit anggur ke dalam gelasnya.
"Aku tahu, dia memiliki bisnis pertambangan di Bottrop, dia adalah bajingan yang cukup kaya." Hamura tahu benar hal itu, tapi yang dia inginkan bukan melihat Naruto jatuh miskin tapi dia ingin balas dendam atas rasa malu yang sudah dia tanggung beberapa waktu lalu karena gagal mendapat kebun anggur itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Platonic
FanfictionHidup mereka seperti sebuah diorama, mainan milik Tuhan. Berada dalam sebuah hubungan yang kaku dan membingungkan, tapi Tuhan sepertinya senang kalau melihat mereka bersama.