"Naruto, bukankah kita sebaiknya menunggu Polisi yang menemukannya?" Shikamaru bersandar di meja kerjanya. Malam ini Naruto datang ke rumahnya untuk berdiskusi soal kasus kebakaran itu.
"Aku hanya ingin prosesnya agar lebih cepat, jadi aku mengirim beberapa anak buahku ke Liberec." Naruto tidak peduli siapa yang menemukan Hamura lebih awal, karena yang terpenting adalah keparat itu bisa segera ditahan.
"Kau yakin dia ada di sana?" Shikamaru kembali bertanya ragu. Hamura mungkin bersembunyi di Praha, hanya saja Naruto terlalu menggebu dan tidak sabar untuk menyeretnya ke penjara.
"Apa kau tahu, siapa yang memberi informasi ini?" Naruto mengembuskan asap cerutunya.
"Siapa?" Shikamaru tidak tahu, yang jelas dia sudah menerima limpahan kasusnya hari ini dan mengajukan diri untuk menangani kasus ini agar bisa memberikan tuntutan maksimal dan membantu Naruto.
"Aku mendapat informasi ini dari Sasuke, dia sedang ada di Liberec untuk mengurus bisnisnya dan kebetulan bertemu sekilas dengan Hamura di hotel." Naruto rasa, dia akan bisa segera menyeret keparat itu ke penjara.
Shikamaru menarik sudut bibirnya "sial sekali takdirnya." Hamura begitu ceroboh dan bodoh, bagaimana bisa dia tidak lekas bersembunyi dan malah datang ke hotel?
"Aku tidak ingin kasus ini berlarut-larut, jadi semakin cepat dia ditangkap semakin bagus, pekerjaanku bukan hanya mengurus soal ini" Naruto mencoba realistis karena hidupnya tidak sebatas soal kebun anggur ini. Dia akan memutar otak nanti dan memulihkan kebun anggurnya seperti dulu.
"Kau tidak berhasrat membunuhnya hm?" Shikamaru bertanya heran, tak biasanya Naruto bersikap sebegini tenangnya, meski pertanyaan tadi tak seharusnya dilemparkan oleh seorang Jaksa seperti dirinya tapi mereka sudah berteman sejak lama dan dia sudah hapal betul perangai Naruto jika marah.
"Delapan orang pekerjaku tewas, ini bukan saat yang tepat untuk bersikap gegabah dan egois, biar hukum yang mengadilinya. Lagipula kau pasti akan memberikan tuntutan seumur hidup kan?" Naruto percaya pada Shikamaru.
"Tentu, ini bisa dikategorikan dengan pembunuhan berencana." Shikamaru mengangguk.
"Tolong kau buat dia membusuk di penjara." Naruto kini berujar serius pada Shikamaru.
"Jangan khawatir." Shikamaru bersedekap, mengambil sebatang cerutu dari kotak kaleng di atas meja kerjanya. "Bagaimana soal Toneri, kita belum mendapati kabar soal keberadaannya."
"Entahlah, dia melarikan diri lebih cepat dari dugaan." Naruto bergumam lalu membuka jendela di sudut ruangan agar asap cerutu yang mereka isap bisa keluar.
"Mungkin dia ke luar negeri, kudengar ada yang melihatnya di Bandara?" Shikamaru dengar soal ini dari seorang petugas kepolisian di kantornya tadi sore.
"Ya, kemungkinan besar dia pergi ke Jepang." Naruto juga sudah mendapat berita ini dari kenalannya yang kebetulan bekerja di Bandara.
Shikamaru mengangguk "kalau begitu, minta bantuan ayah mertuamu untuk mengurusnya di Jepang." Dia memberi saran yang realistis. Dia dengar ayah mertua Naruto adalah orang yang cukup berpengaruh di Tokyo, harusnya dia bisa melakukan sesuatu.
"Aku tidak ingin melibatkan siapapun lagi." Naruto kembali duduk di sofa, kali ini dengan punggung bersandar.
"Tidak ada salahnya meminta tolong." Shikamaru mengerutkan kening sambil bersedekap, bukankah tadi Naruto mengatakan ingin masalahnya cepat selesai. "Ah, atau kau terlanjur menyalahkan istrimu atas apa yang terjadi?"
Shikamaru tahu banyak hal soal kasus ini karena Naruto memberitahunya, termasuk soal Toneri yang adalah teman lama istri Naruto, di mana wanita itu sering bertemu dengan Toneri sebelum kebakaran itu terjadi dam kemungkinan besar Toneri telah menggali informasi dari wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Platonic
FanfictionHidup mereka seperti sebuah diorama, mainan milik Tuhan. Berada dalam sebuah hubungan yang kaku dan membingungkan, tapi Tuhan sepertinya senang kalau melihat mereka bersama.