5

2.5K 453 28
                                    

"Bagaiamana bisnismu di Bottrop?" Shikamaru buka suara.

"Belakangan ini, berjalan dengan sangat lancar." Sahut Naruto sambil menyesap sedikit anggur dari gelasnya.

"Di mana sebenarnya kau menimbun uangmu? Kenapa kau masih tinggal di pedalaman seperti seorang Petani." Kiba mencibir sambil tertawa. Dia yakin sebenarnya Naruto adalah seorang yang sangat kaya, tapi dia tak pernah begitu menunjukannya. Tentu saja bisnis pertambangan batu bara akan menghasilkan banyak sekali uang.

"Jika kau gali tanah kebun sayur di belakang rumahku, kau akan menemukan emas batangan di sana." Naruto membalas cibiran itu dengan sarkasmenya.

"Sial, benarkah?!" Kiba terbatuk pelan sambil memukul dadanya. "Katakan, di mana kau menyimpan sekop?"

"Kiba, berhentilah mempermalukan diri sendiri." Sasuke menepuk bahu Kiba yang nampak sangat bersemangat mencari harta karun milik Naruto.

"Aku jadi merasa prihatin, apa gajimu di kantor sangat kecil sampai kau sebegini bersemangatnya?" Sai ikut prihatin dengan sobat lamanya itu. Namun dia mengatakan cibiran dengan nada prihatin itu tanpa rasa sungkan.

"Tidak juga, tapi aku punya hobi baru yang cukup menguras uangku." Kiba menghela napas lelah.

"Maksudmu pergi ke Kasino dan menghabiskan uang di meja judi?" Naruto bertanya sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Sst, jangan terlalu keras. Tamaki bisa menguburku hidup-hidup kalau dia tahu aku masih pergi ke Kasino." Kiba memberi isyarat untuk tak bicara dengan keras. Dia lalu menoleh ke ruang makan, di mana para wanita sedang sibuk membereskan meja.

Mereka sudah makan malam tadi, dan mengobrol banyak hal soal pekerjaan dan kehidupan mereka. Dan itu adalah makan malam yang cukup menyenangkan setelah lama mereka tidak berkumpul bersama seperti ini.

Di pesta dansa waktu itu, mereka bertemu namun tidak sempat banyak mengobrol karena terlalu mabuk akibat minum alkohol bersama-sama.

"Bukankah sebaiknya kau mengumpulkan uang untuk menggelar pernikahan?" Shikamaru mengembuskan asap cerutunya.

Diantara mereka berlima, hanya Kiba yang akhirnya belum menikah. Meski sudah berkencan dengan kekasihnya selama enam tahun.

"Jangan menyebut soal pernikahan di depan kekasihku, nanti dia bisa menggila." Kiba lagi-lagi memperingati.

"Astaga." Sasuke hanya memijat kepalanya yang mendadak pening.

"Tidak heran kalau hanya kau yang belum menikah sekarang." Sai tersenyum simpul.

"Ayolah, berhenti mencibirku." Kiba bersedekap "setidaknya aku lebih baik, daripada Naruto yang menikah diam-diam di Jepang dan menyembunyikan istrinya begitu kembali ke Praha." Dia mencoba mengalihkan pusat perhatian pada Naruto.

"Kupikir kau dijodohkan dengan wanita yang berada di bawah standarmu hingga kau menyembunyikannya begini." Kiba lalu menyikut Naruto pelan. "Ternyata kau menyembunyikannya karena dia terlalu cantik huh?"

Para pria di sana mengangguk setuju, mereka sebenarnya pernah membahas soal ini saat Naruto masih di Jepang. Tapi menemui istri Naruto secara langsung malam ini, membuat mereka sangat terkejut karena wanita itu nampak sangat cantik. Cukup jauh jika dibandingkan dengan wanita manapun yang pernah jadi kekasih Naruto sebelumnya.

Tentu mereka tahu, soal perjalanan cinta sobat mereka yang satu itu karena mereka telah bersahabat sejak masa SMA dan sudah pernah melalui hal-hal gila bersama semasa muda.

"Aku tidak menyembunyikannya." Naruto menjawab secara singkat. Dia hanya belum membawa istrinya ke acara manapun sejak pindah kemari.

"Kenapa tidak membawanya ke Berlin waktu itu?" Sasuke juga cukup heran soal itu. Mereka semua membawa pasangan pada pesta dansa kecuali Naruto yang datang hanya untuk minum.

PlatonicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang