12

2.2K 412 51
                                    

"Istirahatlah di rumah, aku harus pergi ke kebun anggur sebentar." Naruto menghampiri istrinya di kamar.

"Kau akan kembali jam berapa?" Hinata menoleh dan bertanya pada pria itu. Mereka baru saja tiba di Praha sejam yang lalu dan pria itu sudah akan pergi lagi.

"Sebelum makan malam aku sudah kembali." Naruto mengambil kembali kunci mobilnya di atas meja.

"Baiklah, kau ingin makan apa nanti malam?" Hinata menahan lengan pria itu sebentar untuk bicara.

"Sup ikan." Naruto lalu meraih dagu istrinya dan mengecup bibir wanita itu. "Istirahatlah sekarang."

Hinata lalu mengangguk dan melepaskan lengan pria itu. Sepertinya suaminya benar-benar harus pergi dan tak bisa menemaninya beristirahat.

...

"Tuan, awal musim panas nanti sudah bisa dipastikan kalau kita bisa melakukan panen pertamanya." Lapor seorang Petani penggarap kepercayaan Naruto.

"Bagus, aku sudah mengurus pestisida untuk disiramkan dua minggu lagi." Naruto juga mengurus soal itu di Berlin. Mencari pestisida berkualitas tinggi untuk kebun anggurnya.

"Bagaimana soal pengangkutan anggurnya?" Petani itu bertanya sambil mengikuti langkah tuannya menyusuri kebun anggur besar itu.

"Aku akan kirimkan lima truck masing-masing kebun untuk dibawa ke pabrik di Berlin." Naruto telah mengurus segala hal, pabrik itu juga sudah siap produksi tahun depan. Anggur-anggur dari panen pertamanya akan disimpan di sana sampai waktunya tiba.

"Baik, Tuan." Petani penggarap itu sangat salut. Meski katanya tuannya ini baru pertama kali memiliki kebun anggur, dia mengurus segala hal dengan cepat. Meski berbeda dengan Tuan Shouji yang akan mengirim anggur-anggurnya ke penadah, tuannya ini memiliki pabrik wine sendiri.

"Semuanya aman selama aku pergi ke Berlin?" Naruto menyentuh gumpalan buah anggur yang belum matang di antara semak belukar tanaman anggur lebat itu.

"Ya, semua baik-baik saja. Para petani tetap bekerja dengan cepat, mengejar panen musim panas." Lapornya pada sang tuan.

Naruto mengangguk sambil menghentikan langkahnya.

"Tuan, menjelang musim panen, terkadang ada pencuri yang akan datang ke kebun untuk mengambil anggur. Akan lebih baik jika memperketat penjagaan menjelang musim panen." Petani itu memberitahu, dia sudah lama bekerja di kebun anggur maka dia harus memberitahu tuannya soal kemungkinan buruk yang biasa terjadi di perkebunan, daripada mengalami kerugian.

"Ah, aku dengar soal itu dari Tuan Shouji." Naruto sudah pernah diberitahu oleh pemilik kebun anggur sebelumnya. "Aku akan urus soal itu, sementara kunci semua gerbang setelah jam lima sore dan buka kembali jam enam pagi." Dia memberi titah, selagi dia akan mencari petugas keamanan untuk menjaga kebun anggur miliknya.

"Baik, tuan." Petani itu mengangguk patuh.

"Aku harus kembali ke rumah karena istriku menunggu. Jika ada suatu hal yang penting kau bisa telepon atau datang langsung ke rumahku." Naruto melirik arloji di pergelangan tangannya, sudah jam enam sore dia harus kembali sebelum malam sesuai janjinya pada Hinata.

...

Naruto melangkah turun dari lantai dua untuk makan malam. Sekembalinya dia dari perkebunan, istrinya masih menata meja makan jadi dia menyempatkan diri untuk mandi di lantai dua.

"Ini supnya." Hinata meletakan mangkuk sup ikan buatannya yang tadi Naruto minta.

Naruto meraih sendok dan mencicipi kuah sup tersebut "ini lezat." Dia lalu menunggu wanita itu duduk baru menyantap makan malamnya, sedangkan Bibi Pelayan sedang sibuk mencuci peralatan masak yang tadi digunakan.

PlatonicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang