Naruto dan Hinata menjatuhkan diri di atas sofa kediaman mereka dengan kekehan pelan keluar dari bibir keduanya.
"Bagaimana menurutmu, apa malam ini menyenangkan?" Naruto menoleh ke arah istrinya yang tengah bersandar dengan mata terpejam di sofa.
"Aku tidak tahu kalau pesta di Praha bisa semenyenangkan ini." Hinata kini balas menatap suaminya.
"Haruskah kita gelar pesta juga di rumah?" Naruto mengusap helaian indigo istrinya yang nampak sedikit berantakan setelah mereka menjatuhkan diri dan duduk di sofa.
Mereka baru saja kembali dari pesta minum anggur yang diadaka oleh kantor Naruto dalam rangka perayaan empat tahun pabrik anggur miliknya berdiri, pesta itu digelar di salah satu rumah penginapan tak jauh dari sini.
"Bolt tidak suka musik berisik." Hinata kini duduk menghadap suaminya. Kepalanya terasa agak pening efek dari anggur yang tadi mereka minum di pesta tapi dirinya masih sadar sepenuhnya.
Naruto terkekeh pelan "padahal suaranya sendiri sudah sangat ribut." Dia teringat sebagaimana ramainya rumah ini saat ada putranya di rumah.
Malam ini anak itu sedang pergi menginap di rumah keluarga Nara.
Putra mereka itu kini bersekolah di taman kanak-kanak di Praha lalu mulai mendapati teman-teman baru dan salah satunya adalah Shikadai, putra dari Shikamaru dan Temari.
Kemarin kebetulan Shikamaru mengatakan bahwa Shikadai butuh teman untuk membantunya menyusun lego yang baru dibeli dan dia sangat ingin Bolt datang ke sana untuk menemani Shikadai.
Sejalan dengan undangan pesta itu, mereka memutuskan untuk mengijinkan sekaligus menitipkan Bolt menginap satu malam di sana karena tidak mungkin membawa anak itu ke pesta minum anggur.
Rumah kediaman Nara berlokasi tak jauh dari sini, mungkin hanya lima belas menit mengendara saja, jadi menginap bukan masalah besar.
"Kakimu baik-baik saja kan?" Naruto memeriksa kaki istrinya, tadi wanita itu sangat ingin berdansa meski mengenakan sepatu high heels yang cukup tinggi.
"Jangan khawatir, aku baik-baik saja." Hinata kini meraih rahang tegas pria itu "terima kasih sudah membawaku ke pesta malam ini."
Naruto yang mendapati sentuhan ringan dari istrinya lebih dulu, jadi sedikit tergelitik, ini tengah malam dan mereka duduk di ruang tengah yang gelap gulita dalam keadaan setengah mabuk. Dia menarik tengkuk wanita itu dan memberinya ciuman mesra tepat di bibir.
Hinata terkekeh pelan saat pria itu menariknya secara tiba-tiba lalu mengecup bibirnya dan dengan tanpa berkomentar apa-apa, dia membalas kecupan itu jadi lumatan, berbagi aroma anggur yang menguar kuat dari mulut masing-masing.
Naruto menahan punggung istrinya dan membawa wanita itu ke dalam dekapan. Dirinya berbaring di atas sofa besar itu dan membawa istrinya ke atas tubuhnya dengan bibir masih bertautan.
Hinata menumpukan tangannya di atas sofa di samping kepala suaminya saat mereka benar terjatuh di sana. "Hey, ini ruang tamu."
Naruto menatap wajah istrinya yang entah sejak kapan sudah memerah. "Memang kenapa kalau ruang tamu, kau tidak berpikir bahwa kita akan bercinta di sini kan?"
"T-tidak." Hinata menggeleng kaku, bukan maksudnya begitu. Hanya saja meski mereka sekedar bermesraan ini bukan hal yang tepat dilakukan di ruang tamu.
Tentu saja Naruto hanya menggoda wanita itu sebab sempat terselip dalam kepalanya sendiri soal rencana gila tersebut. "Haruskah? Bibi Pelayan pasti sudah tidur."
Hinata memukul bahu Naruto dengan pelan lalu beranjak dari atas tubuh suaminya.
"Apa kau lapar, Hinata?" Naruto bangkit duduk, dia merasa lumayan lapar karena di pesta mereka hanya minum anggur dan dini hari ini perutnya sudah lumayan tersiksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Platonic
FanficHidup mereka seperti sebuah diorama, mainan milik Tuhan. Berada dalam sebuah hubungan yang kaku dan membingungkan, tapi Tuhan sepertinya senang kalau melihat mereka bersama.