Scandalous (KitaKage)

6K 285 23
                                    

Apa itu rapot merah, remidial, kalah lomba cerdas cermat? Kita Shinsuke tidak mengenal hal tersebut dihidupnya. Lelaki dengan rekor pengumpul piala olimpiade esakta satu prefektur terbanyak itu sangat jenius. Selain dengan kepintarannya, dia juga orang yang rajin, dan dapat diandalkan. Sejak kelas 10, Shinsuke selalu ditunjuk menjadi ketua kelas. Baru, mulai tahun keduanya ia menjabat sebagai ketua Osis dan kapten club Voli.

Segala hal diatas membuat Kita menjadi teladan sekolah. Fotonya terpasang dalam mmt dan kalender setiap pergantian tahun pembelajaran baru di sekolahnya. Tidak hanya murid, guru, bahkan sampai tukang kebun dan penjual kantin mengenal Shinsuke sebagai siswa yang sempurna.

Banyak gadis dan laki-laki berbondong-bondong mencoba peruntungan menjadi kekasih pemuda itu. Namun sampai kelas 3 ini Shinsuke masih single saja. Dia orang yang apa adanya dalam artian blak-blakan, akan langsung mengatakan alasan mengapa ia menolak tanpa berbelit-belit. Kebiasan ceplas-ceplos itu agak sengak memang, tapi tetap tidak mengurangi jumlah fansnya.

Tuan sempurna, begitu Suna Rintarou menyebutnya. Sampai sekarang lelaki sipit dengan surai legam itu masih belum menemukan hal yang aneh dari Shinsuke, kecuali satu, sikap pemuda itu pada manajer baru mereka, Kageyama Tobio.

"Aneh? Aneh bagaimana?" Atsumu yang duduk di samping Suna bertanya dengan raut bingung. Osamu yang makan mie soba hanya menatap datar lelaki dihadapannya.

"Ya aneh.. Kemarin saat aku mau mengambil botol minumku yang ketinggalan di gimnasium, aku melihat si tuan sempurna dengan Kageyama."

"Dengan Tobio-kun? Dimana letak anehnya?"

Suna menggaruk kepala. Ia juga tidak yakin sih, keanehan ini semata-mata hanya feelingnya saja.

Osamu mendecakkan bibir. "Bukankah sudah biasa dua orang itu pulang paling akhir karena membersihkan gimnasium, tidak ada yang aneh, pikiranmu yang aneh."

Si kuning mengangguk-angguk. "Lagipula Kita-san dan Tobio-kun tidak pernah berbicara diluar jam ekstra."

Suna terdiam. Untuk yang satu itu, kenapa feelingnya tidak setuju. Ia yakin ada apa-apa antara kapten dan manajer itu. Cuman sekarang belum ada bukti saja bahwa ada sesuatu diantara mereka.

.
.
.

Tobio berdiri dipinggir lapangan, meletakkan botol-botol yang telah ia isi ke atas kursi panjang. Matanya menatap pada anak-anak yang tengah latihan. Sesaat tak sengaja bertemu pandang dengan sang kapten, netra biru itu segera menunduk sedang di lapangan sana Shinsuke tersenyum miring.

Kilas balik kejadian semalam terlintas diotaknya. Gawat gawat. Fokus Tobio fokus. Otaknya tidak bisa diajak kompromi. Kenangan kemarin malam justru berputar bagai rol film yang merebak dalam kepalanya.

"Memikirkan apa, Kageyama?"

Mata Kageyama membola dan tubuhnya terlonjak kecil. Ia menengok. "Tidak ada Kita-san.." Si raven memeluk papan kertas ditangannya erat karena gugup.

Shinsuke tersenyum lagi. "Kalau ada sesuatu yang nengganggu pikiranmu, katakan saja padaku."

Tobio menggeleng. "Tidak ada.."

Tidak ada

Tidak ada

Tidak

Tidak

Tidak

"T-tidakhh senpaii!!"

"Shh.. Kamu akan mengundang orang lain kemari.."

Tobio segera menutup mulut dan satu tangannya yang lain meremas pundak Shinsuke. Pemuda perak itu duduk ditumpukan matras sedang dirinya berdiri sedikit mengerut. Celananya sudah melorot dan kelaminnya tengah dikocok oleh yang lebih tua. Kaki Kageyama gemetaran, wajahnya memerah, matanya berair.

"Mmphh.."

Shinsuke mendongak dan seringainya semakin lebar melihat ekspresi Kageyama. Manis, imut, lucu, seksi. Itulah yang terlintas dipikirannya. Shinsuke mendekatkan wajahnya, mengalihkan tangan si raven yang menghalangi bibir ceri untuk kemudian ia kecup.

"Senpai.. Nghh" Tobio keluar. Mengotori tangan Shinsike. Wajahnya yang semerah tomat tambah-tambah bersemu. "Maaf senpai.."

"Daijoubu.." Pemuda itu mengecup bibir Tobio sekali lagi. "Sekarang giliranmu.. Oke?" Jempolnya yang bersih mengelus pipi halus Tobio. Lelaki itu mengangguk. Perlahan berlutut dan mengeluarkan kejantanan Shinsuke dari balik celana trainingnya.

"Mbhh.." Tobio menggenggam sambil kepalanya maju mundur. Matanya terpejam malu, sebisa mungkin tangannya bergerak megocok batang Shinsuke yang tidak masuk ke mulutnya, berusaha memuaskan lelaki itu.

"Lihat kemari Tobio.."

"Mmbbb mbhh" Matanya terbuka dan melihat keatas. Saat itulah Shinsuke mengelus-elus surainya. "Anak manis yang pintar.. Gunakan lidahmu juga.. Ah benar begitu.." Kepala sang kapten mendongak, matanya gantian terpejam merasakan dinding mulut dan lidah Tobio yang memainkan lubang kencingnya.

"Ahh Stop.. Naik kemari."

Tobio mendudukan dirinya dipangkuan Shinsuke sekalian tubuh mereka menyatu. Matras dibawah mereka ikut naik turun seirama dengan Shinsuke yang menaik turunkan pinggul Kageyama agar kejantanannya keluar masuk.

"Ajhhhshj Shinsukehh.. Nghh"

"Tobio.. Arghh"

"Anhhh hhh ahhh!!!!"

"Sshh shh pelankan suaramu.."

Yang lebih tua menarik tengkuk Tobio dan membungkamnya dengan ciuman. Tubuh ringkih itu mengejang saat Shinsuke mnggempurnya kuat dari bawah, pagutan mereka terlepas, desahan terbata keluar dari bibirnya bersamaan dengan rintih dan tangis kenikmatan.

"Ahhh Shinsuke"

"Tobio.."

.

"Biar aku gendong" Mereka sudah di luar gudang, yang lebih tua menggenggam tangan Kageyama.

Tobio menggeleng. "Daijoubu.."

Shinsuke berjongkok. "Naiklah." Kepalanya mendongak menatap Tobio.

"Oh masih ada orang? Aku mau ambil botol minum."

Hampir Tobio naik ke gendongan sang kapten. Ia menjadi kikuk dan pura-pura melihat kearah lain. Shinsuke juga pura-pura menali sepatunya yang bahkan tidak lepas.

Suna menatap aneh pada dua orang itu lalu pergi.

.
.
.

Kini Tobio tengah mencuci muka di kamar mandi, meminta ijin di tengah jam pelajaran karena dirinya mulai mengantuk. Saat kepalanya mendongak ia melotot melihat Shinsuke yang sudah ada di sampingnya. Hampir-hampir lekaki imut itu berteriak.

Kita terkekeh. "Wajahku semenyeramkan kah?" Ia menekuk lengan seragamnya kemudian mencuci tangan sembari memandang Tobio dari pantulan cermin. "Mengantuk?"

"Hm??"

"Kamu cuci muka karena mengantuk?"

Yang lebih muda mengangguk. Shinsuke pun kini berbalik menatapnya. "Aku bisa membuat matamu melebar, membuat jantungmu berpacu lebih cepat, dan membuatmu gelisah, dengan begitu kamu tidak akan mengantuk lagi."

Tobio menelan ludah, tau kemana ini akan menjurus. "Tidak.. Yang ada aku tidak bisa fokus."

"Bukankah itu lebih baik?" Sang pemuda berjalan maju mendekat sedang Tobio mundur. "Aku akan membuatmu hanya memikirkan aku. Membuatmu mengingat betapa nikmatnya kita saat menyatu."

Wajah Kageyama memerah, tanpa sadar ia sudah berada di salah satu bilik dan Shinsuke menutup pintu dibelakangnya.

"Shinsuke kamu mesum sekali.." Netra Tobio menunduk kebawah dengan telinga yang kemerahan.

Shinsuke tersenyum, ia mengukung Tobio diantara dua tangannya, lalu menempelkan keningnya. "Bukankah itu yang kamu sukai dariku, Tobio?"

.
.
.

Cuek in publik, sayang-sayangan in privat.

Mini Book Series (Kageyama Bottom)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang