Don't Leave Me 2

852 88 10
                                    

"Atsumu."

Yang dipanggil terlalu larut dalam pikirannya sendiri sampai tak sadar Tobio sudah kembali ke sampingnya.

"Aku ingin pergi."

Kedua alis Atsumu pun terangkat. "Apa? Tidak.." Atsumu bangkit berdiri, ia meremas pil obatnya dengan hati terenyuh. "Minumlah dulu, jangan kemana-mana, aku sudah membayarn—"

"Apa kau mau ikut?"

Seketika kalimat Atsumu yang belum tuntas terpatahkan dengan ajakan Tobio. Bibir si pria tan terbuka dengan mata yang sedikit melebar. "Kau mengajakku?"

Tobio mengangguk. "Hanya kalau kau mau, aku ingin mencari udara segar di luar." Netra birunya menatap pada gelas whiski di meja, diraihnya minuman itu dan ditengguk tanpa basa-basi. "Sudah kuminum, jadi bagaimana?"

.
.
.

Di sinilah mereka berdua sekarang. Duduk saling berhadapan di sebuah restoran pizza kecil. Malam di kota pinggiran yang agak kumuh dengan hujan gerimis, seolah lengkap mendukung suasana Tobio mengutarakan cerita patah hatinya.

"Dia sangat keterlaluan, menghentikan mobilnya dan membiarkanku pulang jalan kaki sendirian di tengah malam.."

Atsumu hanya diam menyimak Tobio bercerita. Tobio bicara panjang lebar namun yang berdengung ditelinga Atsumu hanya degup jantungnya yang berdetak tak karuan.

Netranya, pipinya, hidungnya, bibir plumnya, Atsumu tak dapat mengalihkan mata dari Tobio. Darahnya jadi berdesir sangat cepat saat sesekali Tobio membalas tatapan matanya kala bercerita.

"Aku sudah capek.. Apakah berlebihan kalau aku minta pacar yang baik-baik?"

"Kau sangat lucu, Tobio-kun.."

Si biru yang tengah mempoutkan bibir pun melirik ke atas, lebih tepatnya pada netra si kuning. "Kau mengejekku?"

Atsumu terkekeh. "Bukan, bukan begitu. Aku juga tengah mempertanyakan hal yang sama. Kebetulan sekali bisa sama."

Hening beberapa saat, Tobio menatap ke luar jendela di mana hujan semakin deras. Sesaat, ia merasakan sesuatu menangkup punggung tangannya. Tangan Atsumu.

"Kau mau ke apartemenku?"

"Melakukan apa?"

Atsumu menelan ludah kemudian tersenyum. "Sesuatu yang menyenangkan?"

.
.
.

Selagi Tobio berada di kamar, Atsumu menuangkan bubuk obat tidur ke dalam gelas Tobio.

Atsumu hanya ingin selalu bersamanya, sosok Tobio terlalu spesial untuk dibiarkan pergi. Atsumu ingin Tobio berada di dalam tubuhnya, secara harfiah. Dengan begitu mereka akan bersama selama-lamanya.

.

Tobio duduk di pinggir ranjang, menatap pada televisi kamar yang mati. Tak lama terdengar langkah kaki masuk, Atsumu dengan senyum membawa dua gelas minuman.

"Tobio-kun.." pria tan itu hendak mengulurkan gelas yang telah ia persiapkan.

"Kau punya film apa?" tanya Tobio membuat tangan Atsumu berhenti. Lelaki itu menjadi kikuk, lebih tepatnya terkejut dalam konteks yang menyenangkan.

"Horror.. The exorcism.."

"Sepertinya seru kalau nonton bersama." Tobio meringis sambil menatap Atsumu sedang yang ditatap lagi-lagi dibuat membeku. Netra Tobio beralih pada gelas yang setengah menjulur. "Ini minuman untukku ya? Terimakasih."

Saat hendak diraih tiba-tiba Atsumu dengan sengaja melepas gelasnya membuat air dan obat tidur yang telah larut itu terbuang di lantai begitu saja.

"Eh astaga." Tobio terkejut karena gelasnya jatuh.

Mini Book Series (Kageyama Bottom)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang