The Academy (Kageharem)

3.1K 176 20
                                    

"Hh.."

Cit.. Cit...

Decit sepatu menyeret lantai cukup keras terdengar. Para siswa yang berdiri di depan loker menoleh, sebagian memandang sinis dan sebagian memandang heran pada pemuda bersurai blueberry yang keberatan mencangklong banyak tas selempang.

Ada beberapa hal yang membuat semua orang keheranan. Pertama, kenapa pemuda biru itu mencangklong lebih dari satu tas? Kedua, mereka belum pernah melihat pemuda itu sebelumnya. Ketiga, ini akademi vampir dan alpha, untuk apa seorang beta atau dengan kata lain seorang manusia biasa berada di sini?

"Bisakah kau gerakan kakimu lebih cepat? Atau mau kupatahkan sekarang karena sangat tidak berguna?"

Lelaki bermata biru yang kepayahan pun mendongak. Lututnya sudah bergoyang kelelahan mengangkut banyak tas naik tangga. Keringatnya menetes lambat sembari netranya menyipit silau.

Pada anak tangga itu, terlihat lima postur pemuda tegap tinggi berdiri membelakangi glass painting beserta pantulan cahayanya. Meski wajah mereka samar-samar tertutup bayangan, Tobio tetap mampu dibuat menelan ludah dengan betapa jelas dingin tatapan mereka berlima.

"Sumimasen.. Aniki.."

Netra runcing dengan kilat merah mereka semakin sipit menusuk membuat Tobio takut. Ia cepat-cepat menunduk dan berusaha keras berlari ke atas menyusul saudara-saudara tirinya.

Ya, saudara-saudara tiri. Beberapa hari lalu nyonya Kageyama menikah dengan vampir, secara tidak langsung mengangkat derajat keluarga yang semula berada di tingkatan terbawah kini menjadi tingkat satu.

Namun sayangnya, keberadaan Tobio tak begitu diterima atau bahkan sama sekali tidak diterima oleh kakak-kakak vampirnya.

Ushijima Wakatoshi, Semi Eita, Sakusa Kiyoomi, Miya Atsumu, dan Miya Osamu. Sedikit rumit menjelaskannya, mereka semua anak adopsian Tuan Nicholas Romero, ayah baru Tobio.

"Ini.." Selepas menyerahkan tas terakhir milik lima saudaranya, Tobio mengambil sapu tangan di saku celana untuk kemudian menyeka keringat.

Kulitnya terlihat begitu mengkilap dan licin padahal masih pagi. Tak sadar aksinya mendapat tatapan diam dari kelima saudara tingginya, Tobio berbalik, dan pergi.

Mata merah mereka serentak menatap pada satu titik, tengkuk Tobio yang terlihat hangat.

"Kau memikirkan apa yang kupikirkan, Samu?" tanya salah satu vampir bersemir pirang.

"Kita semua memikirkan apa yang kau pikirkan." Semi yang menjawab.

Perlahan mata mereka mengedar dan sadar bahwa para vampir lain di lorong juga memperhatikan kepergian Tobio.

"Kenapa ada manusia di sini?" Vampir jabrik menyernyitkan dahi.

"Taruhan siapa yang dapat menghisap darahnya duluan?!" vampir lain melesat ke depan loker Kuroo.

"Tidak tertarik karena terlalu mudah dan jelas aku yang akan menang, Oikawa." walau tersenyum, nada bicara Kuroo terdengar benar-benar angkuh.

Greekk brak

"Argh!!"

Loker milik Kuroo ditutup paksa sampai jari panjangnya terjepit. Mata kuning vampir itu seketika berubah merah menatap pelaku.

"Jangan terlalu percaya diri. Yang bisa menyentuh si rendahan itu cuman kami." Atsumu yang memang lebih agresif dari saudara-saudara yang lain berujar.

"Aa selamat untuk ibu baru kalian yang kesekian hehe.." Oikawa terkekeh.

"Tutup mulutmu, sampah."

"Tutup saja telinga cengengmu, kembar jelek."

Mini Book Series (Kageyama Bottom)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang