Cry (Atsukage)

2.6K 157 23
                                    

Maap kalo patah-patah, belum tamat tapi baru terus😌

.

"Tobio-kun.."

Sebuah tangan tiba-tiba melingkari tubuh Atsumu. Seiring dengan desakan kepala dan eratnya pelukan, pria pirang itu merasakan kaosnya basah.

Dia menangis lagi..

Atsumu merengkuh punggung Tobio dan mengajaknya masuk ke apartemen. Mendudukkan yang lebih muda dan pantatnya sendiri keatas sofa. Hanya ada pencahayaan dari tv yang menayangkan siaran tengah malam, menemani keadaan keduanya yang suram.

Jemari panjang Atsumu perlahan menyisir rambut Tobio, napasnya halus dan teratur meski sebenarnya berat. Isakan Tobio masih deras. Ia meremat-remat kaos Atsumu untuk melampiaskan sedikit dari besar sakit hatinya.

"Apa yang dia lakukan kali ini?" Yang lebih tua masih menyisir rambut Tobio. Kali ini membawa yang lebih muda ke kamar agar kakinya bisa selonjor.

"Dia meninggalkanku demi orang lain.. Kenapa dia tega begitu.. Aku sangat mencintainya Atsumu!" Tobio yang masih sangat shock dan sakit hati napasnya jadi tersendat-sendat dan isakannya terbata. Ia memeluk Atsumu lebih keras dan mendesak.

Atsumu terdiam. Sebetulnya, tak perlu bertanya dia sudah tahu alasanya. Yang mampu membuat Tobio sampai seperti ini, yang mampu membuat sahabatnya jadi menangis begini, yang mampu membuat orang yang ia cintai dengan setulus hati sampai menggila begini adalah pria yang dicintai Tobio itu sendiri.

"Apa kau mau melupakannya?" Suara pria itu terdengar datar dan kelam.

"Ya aku mau melupakannya!! Rasanya sakit.. Dia bermesraan di depanku.. Dia meninggalkanku tepat di depan orang itu.. Sakit!!" Tobio menarik ulur kaos Atsumu. Muka bertemu muka. Entah kenapa mata keduanya sama-sama memancarkan luka.

Tangan besar Atsumu menangkup pipi Tobio, berusaha mengusap lelehan bening yang terus terjun bebas dari sudut matanya. "Kau bisa menggunakanku Tobio.."

Tobio memegang punggung tangan Atsumu di pipinya dan menggeleng. Dia memang sakit hati, tapi memakai sahabatnya sendiri sebagai pelampiasan, dia tidak pernah kepikiran sampai kesitu.

"Kau bisa berbagi luka denganku.. Aku tidak akan menyalahkanmu.." Atsumu menempelkan keningnya pada kening Tobio. Matanya terpejam, masih berusaha mengendalikan ritme napasnya.

"Aku.. Tidak bisa.. Melihat pria lain selain Tooru.. Dan aku tidak bisa menggunakanmu.." Netra Kageyama naik keatas.

Atsumu mengangguk dalam diamnya. Hatinya yang sudah berlubang rasanya semakin tersayat sedikit demi sedikit. "Aku tau.. Kau tidak perlu melakukannya dengan sadar.."

Bibir Tobio terbuka sedikit. Kening mereka terpisah perlahan. "Kau yakin?" Tanya Tobio.

Atsumu mengangguk. "Apapun agar sakit hatimu hilang.." Ia bangkit berdiri, menepuk kepala Tobio pelan sebelum keluar untuk membeli sake. Jalanan terlihat basah sisa hujan beberapa jam yang lalu. Atsumu berjalan seorang diri di gelapnya malam.

.
.
.

Keduanya duduk berhadapan di atas ranjang dengan sebotol sake diantara mereka. Mata Tobio yang sembab menatap ke bawah. "Aku juga ingin kau mabuk.. Jadi saat bangun besok.. Kita sama-sama melupakan malam ini.."

Atsumu mengangguk. Ia mulai menuang sake ke gelas mereka berdua. Tobio menenggak berkali-kali sedang Atsumu hanya pura-pura minum dan justru membuang airnya ke lantai.

Air mata si pemuda raven mengalir lagi. "Sakit.." Atsumu menatapnya sendu. Sesakit itukah? Dia juga sakit disini. Pria itu menuangkan sake lagi dan lagi. Sampai Tobio mulai pusing dan mabuk.

Mini Book Series (Kageyama Bottom)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang