Scandalous 2

2.3K 210 25
                                    

"Aku ke toilet dulu, tinggal saja tidakpapa.."

Osamu dan Atsumu mengangguki perkataan si rubah hitam. Yang lebih tua menepuk punggung kembarannya agar kembali berjalan menuju kelas mereka.

Suna pun masuk ke bilik toilet. Tidak ada yang aneh. Ia mencuci tangan dan muka di wastafel seraya melihat sebuah bilik yang tertutup dari pantulan cermin. Bilik itu hening sekali.

.

Kita menutup mulut Tobio yang duduk dipangkuannya. Lelaki kecil itu meremas pundak yang lebih dewasa. Ingin menangis karena kedatangan orang yang entah siapa itu membuat Shinsuke berhenti sekaligus membatalkan klimaksnya.

Mata kuning itu menatap kearah pintu lamat-lamat, ia menekan flush guna menghindari kecurigaan. Jujur dia juga tidak tahan karena lubang Tobio terus meremas dan mencengkram asetnya brutal di bawah sana.

"Jangan diketatkan.." Bisik pemuda itu seraya nenarik Tobio kepelukannya. Si raven mencengkram belakang seragam sang kekasih erat-erat sampai kusut.

Terdengar pintu kamar mandi berbunyi lagi tanda orang yang tadi telah keluar. Usai menuntaskan hasrat, mereka berdua juga keluar.

"Daijoubu?" Shinsuke menangkat dagu yang lebih muda. Wajah lelaki itu terlihat sangat merah.

"Mm.."

"Aku antar kembali ke kelas.."

Tobio menggeleng. "Tidak, nanti kalau ada yang melihat kita jalan bersama akan muncul omongan tidak enak.."

Si rambut perak mengusap-usap rambut Tobio. "Baiklah kalau kamu mau merahasiakan hubungan ini terus.."

Wajah Shinsuke sangat ketara sedang tersenyum paksa. Meski orang-orang menyebutnya kaku dan tidak tahu apa-apa soal cinta, sebenarnya Shinsuke tidak begitu kok, dia justru ingin memamerkan hubungan mereka, menunjukan pada orang-orang kalau Tobio miliknya, menggandeng tangan Tobio setiap saat, tidak diam-diam terus begini.

Tobio yang menyadari itu menggenggam tangan si Kita. "Shinsuke.. Kamu siswa teladan disini.. Walaupun berpacaran tidak dilarang, aku hanya tidak mau namamu jadi buruk.."

"Hm.. Iya.." Shinsuke menghela napas. Ia membiarkan Tobio keluar lebih dulu baru dirinya.

Tidak mereka sadari ada Suna yang berdiri di samping tembok. Lelaki sipit itu terdiam. Bukankah hanya ada satu bilik yang tertutup tadi. Tapi kenapa yang keluar dua orang? Si Kapten dan si manajer lagi membuat firasatnya makin pekat saja. Dengan begini Suna yakin ada sesuatu diantara mereka.

.
.
.

"Keluar bersama dari dalam kamar mandi? Apa yang mereka lakukan?"

Si kembar menatap pada musang hitam itu bingung. Kalau itu Atsumu, mungkin Osamu sudah dapat menduga apa yang akan kembarannya lakukan pada Tobio.

Tapi masalahnya ini Kitashin. Bukan lagi tidak mau percaya, tapi lebih tepatnya tidak bisa percaya kalau sampai pria baik-baik dan terkenal sempurna itu sampai melakukan hal-hal mesum.

"Mungkin kau salah lihat kalau hanya satu pintu yang tertutup atau mungkin saat salah satu dari mereka menyusul masuk ke kamar mandi kau tidak lihat."

Suna menggelengkan kepala. "Tidak. Aku yakin hanya ada satu bilik dan juga setelah aku keluar aku menunggu dan mengawasi. Tidak ada orang lain yang masuk sampai mereka berdua keluar."

"Hmm.." Atsumu menggaruk dagunya. "Tobio-kun dan Kita-san kalau dipikir-pikir... Rasanya masih sangat tidak mungkin. Mereka orang polos."

"Sama-sama cuek juga."

Suna mendecakkan bibir. "Kalian mau bertaruh denganku. Aku yakin ada apa-apa diantara mereka berdua."

"Oke. Mari bertaruh."

.
.
.

"Woah Kita-san sangat hebat ya, bulan depan dia akan mengikuti lomba debat tingkat nasional lagi." Gadis-gadis yang tengah melihat poster di mading terkagum-kagum.

"Iya, kata Aran-san, Kita-san sudah dua tahun berturut-turut menjadi juara. Pasti yang ketiga kali ini dia juara lagii!!"

"Orang sepintar itu kira-kira masa depannya jadi apa ya? Perdana menteri Jepang barangkali."

"Dengan otak seencer itu sepertinya dia akan jadi jutawan setelah lulus kuliah, bekerja diperusahaan asing. Enaknya.. Masa depannya terlihat cerah.."

Tobio yang juga berdiri melihat poster itu tersenyum senang. Innernya menjerit bahagia dan bangga. Mendengar kekasihnya mendapat pujian dari banyak orang dan didoakan yang baik-baik akan masa depannya membuat batin Tobio gembira.

Pemuda raven itu pun lanjut berjalan menuju gimnasium. Shinsuke tidak ikut latihan voli karena fokus pelajaran tambahan persiapan debat.

Satu bulan sejak kejadian di toilet itu Suna lebih awas pada Tobio. Matanya terus-terusan mencuri pandang pada pemuda biru itu. Tobio yang sadar agak heran dan kikuk, kenapa Suna memperhatikannya seolah dia orang yang salah seragam.

.

"Sensei.. Saya izin pulang lebih awal.. Perut saya terasa keram lagi.." Tobio tidak tau kenapa, ia jadi mudah lelah, nyeri punggung, dan keram perut dua minggu ini.

Lagi-lagi ia pulang sebelum latihan usai. Sore itu ia berpapasan dengan Shinsuke. Berhubung sudah di luar area sekolah. Shinsuke menggandeng tangannya tanpa aba-aba.

"Shinsuke nanti—"

"Daijoubu murid lain sudah pulang sejak tadi dan murid yang mengikuti ekstra belum pulang. Tidak akan ada yang lihat, lagi pula kita sudah di luar." Ujar pemuda perak itu enteng.

Tobio yang semula terbelalak perlahan menjadi kalem. Ia menunduk, melihat pada tangan kecilnya yang tenggelam di tangan Shinsuke. Membuat hatinya seperti digelitik dengan debaran aneh yang menyenangkan.

Shinsuke tersenyum, ia mengecup pipi Tobio tiba-tiba, lagi membuat yang lebih muda makin-makin panik salah tingkah. "Shinsuke.."

"Maaf.."

"Eh.. Bukan begitu.."

Mereka tiba di halte yang kebetulan sepi sore itu. Tobio dan Shinsuke berdiri berhadapan. Yang lebih tua mengelus-elus poni Tobio, menahannya kebelakang untuk kemudian mengecup keningnya.

Pipi dan telinga Tobio memerah. "Sukee.." Mereka di tempat umum. Ciam cium sembarangan membuatnya malu. Kita terkekeh. "Kamu terlalu imut untuk dilewatkan.."

Mereka berdua duduk menanti bus.

"Bagaimana belajarnya? Kamu keren sekali bisa ikut lomba sampai ke nasional.."

"Ya begitulah.. Seperti belajar pada umumnya.."

Apanya yang belajar pda umumnya. Kekasihnya ini kelewat pintar atau apa? Tobio hanya mengangguk. "Suke.. Setelah lulus nanti mau kemana?"

"Mm aku dapat tawaran beasiswa ke Inggris sih, tapi masih belum tau akan kuambil atau tidak.. Menurut Tobio, harus aku ambil atau tidak?" Ia menoleh menatap pada netra si blueberry seraya tersenyum.

Tobio tidak bisa menjawab. Ia tidak ingin Shinsuke pergi tapi dia tidak ingin menghalangi masa depan pemuda itu juga. Semua orang menaruh ekspektasi besar pada tuan sempurna di depannya ini. Memantapkan hati Tobio mengangguk.

"Iya.. Ambil saja.. Itu kesempatan yang langka.."

Shinsuke tersenyum lagi namun tidak mengatakan apapun.

.
.
.

"Tobio kenapa tidak dihabiskan?"

Tobio menggeleng lesu. "Sudah kenyang Okaasan.. Aku ke kamar dulu.." Anak itu masuk ke kamarnya sambil mendesis. Nyeri dan keram ini semakin menjadi-jadi. Sekarang ditambah mual dan pusing membuatnya tambah kerepotan.

Sesaat sekujur tubuhnya membeku mengingat ia hubungan seksual bersama kekasihnya sebulan yang lalu tanpa pengaman dan Shinsuke keluar di dalam juga. Tobio menutup mulut dengan mata yang melebar. "Masaka.."




Mini Book Series (Kageyama Bottom)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang