My Luna END

1.6K 148 11
                                    

Cklek

"Babe? Kau sakit?" Hinata yang mengunjungi rumah Tobio-seperti kegiatan rutinnya sepulang latihan-seketika jadi resah saat mencium scent aneh dari sang omega.

Tobio hanya menggeleng dan segera melesakkan kepalanya ke dada Shoyo. Sedikit melenguh pelan dan bergumam tak jelas di sana.

"Miwa-nee, belum pulang?"

Lagi-lagi Tobio hanya menggeleng.

Merasa tak ada gunanya berlama-lama di ambang pintu pun Shoyo mengangkat pinggul omeganya pelan, menggendongnya bak panda, dan membawanya ke kamar.

"Uhh Sho.." Tobio merintih kecil saat mereka menaiki tangga. Tangan-tangannya meremat punggung sang alpha seolah menahan sesuatu.

"Tobio, ada apa?? Ada yang sakit??" Hinata yang sudah meletakkan Tobio ke atas ranjang mengelus-elus pipi gembil si raven halus.

"Heat.."

"O-oh.. Lagi?" mulut Hinata membentuk bundaran. Ini kedua kalinya dalam satu bulan Tobio mengalami heat.

Saat alpha dan luna bertemu, menyebabkan ritme heat bagi luna menjadi kacau, inner mereka akan terus mengaung sampai sang alpha mengisi dan memenuhi mereka.

"Sudah minum supresant-nya?"

Tobio mengangguk seraya tangannya meremat pergalangan tangan Hinata. "Tapi yang ini lebih sakit dari sebelumnya.. Uhh.." Tobio meringkuk dan memeluk perutnya sendiri.

Hinata segera mengangkat sedikit tubuh Tobio untuk meletakkan di pangkuannya. Tak lupa, ia melepas jaket dan menyelimutkannya pada si blueberry, feromon alpha untuk omega adalah obat paling ampuh dari supresant merk apapun.

Pria jingga itu pun menorehkan kecupan-kecupan sayang yang mengambang, pada kening, kelopak mata, pipi, bibir, pelipis, semua bagian wajah yang dapat dijangkaunya. "You'll be fine, my love.. I'm here.."

Tobio melingkarkan tangannya pada leher kokoh Hinata, matanya yang berair menatap ke atas, dan wajahnya semakin mendekat. "Sho~"

"Aku di sini.." Hinata mengecup pucuk permukaan bibir Tobio beberapa kali, menyebabkan bunyi decakan yang manis.

"Nghh.." Tubuh Tobio seolah mendapat sengatan dadakan. Ia tiba-tiba gemetaran hebat hingga feromon manisnya meledak. "Shoo.."

Hell, meski hidung dan otak Hinata sudah mabuk akan feromon lunanya, akal sehat Hinata masih sadar kalau ini belum waktunya. "Shh shh tenang Tobio.."

"Aaann hh.." Tobio merengek sambil menarik-narik kaos Hinata. "Tobioo.." Hinata makin mendekap tubuh kecil yang mulai menjadi-jadi. Masih berusaha menahan meski sudah terangsang parah. 

"Ini, lihat ini saja.." Si pria jingga mengeluarkan ponsel, mempertontonkan salah satu film dari Studio Ghibli, biasanya berhasil untuk sedikit menundukkan naluri si omega.

Bibir Tobio mengerucut, kakinya menendang-nendang angin, mengamuk lucu karena Hinata ini kenapa tidak menyentuhnya sama sekali. "Shoyoo!"

Tobio meremas kaos Shoyo, mendekatkan wajahnya untuk menghisap leher jenjang alphanya itu. "Mmhh mmhh.."

"A-ah hei y-yamayama, jangan begitu.." Omeganya makin brutal saja. Si jingga segera menahan muka Tobio dan menjauhkannya. "Tahan oke, tonton filmnya saja-"

"Huaaa... Hiks.. Aku mau! Aku mau! Mau! Lubangku gatal Sh-hmbh" Dengan wajah merah dan mata berair, Tobio yang sedang dikendalikan sisi omega kelewat vulgar. Untung Hinata cepat-cepat membekap mulut yang seperti tidak sekolah itu sebelum dirinya ikut hilang kendali.

Mini Book Series (Kageyama Bottom)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang