"Tobio, ayo berkenalan, mulai sekarang Wakatoshi akan menjadi kakakmu."
Di depan perapian, tiga hari setelah hari ulang tahunnya, dengan syal merah yang melingkati leher, bocah berambut raven mengerjapkan mata polos.
Sebuah tangan terjulur dari bocah yang lebih tinggi. Mata hazelnya, rambut olivenya, senyum datarnya, semuanya masih terekam jelas di benak Tobio.
"Wakatoshi."
Tangan keduanya saling berjabat. Mata bertemu mata dengan tatapan saling bertanya-tanya. Mulai kini dan nanti mereka akan tinggal bersama sebagai saudara.
Di mata Tobio, Wakatoshi adalah sosok kakak yang pendiam. Ia tak banyak bicara atau tersenyum, Tobio sendiri juga jarang menyapanya di sekolah.
"Mau?" Tanya lembut keluar dari bibir si rambut olive.
Tobio mendongak, mengalihkan mata dari vending machine di depannya lalu terdiam. Muka dan mata bulatnya tampak berbinar, meski Tobio menggeleng pelan terlihat dari sorot matanya tersirat makna dia sangat menginginkan sekotak susu di dalam mesin.
Wakatoshi pun merogoh kantung jaketnya, menemukan selembar uang yang memang ia sengaja sisihkan. Kebiasaan minum susu Tobio sudah ia perhatikan sejak awal kedatangannya di rumah baru, jadi dengan sengaja Wakatoshi menyisihkan uang untuk membelikan adik tirinya susu.
"Arigatou, aniki.." kedua tangan mungil Tobio menggengam kotak di depan dada.
"Hm.." Wakatoshi hanya berdeham sebagagai balasan.
Lelaki itu begitu misterius dengan segala tingkah menyendirinya, namun satu hal yang Tobio ketahui pasti, Wakatoshi adalah seorang kakak yang baik.
Mereka melangkah bersama di tepi jalan bersalju. Tanpa percakapan atau basa basi. Tobio bukan tipikal orang yang banyak bicara begitu pula Wakatoshi.
.
Tok tok tok
Wakatoshi bangkit dari ranjang dan membuka pintu. Kepala bulat mendongak dari bawah. Siapa lagi kalau bukan Tobio.
"Aniki.. Mau main sepeda?" Tobio kedengaran ragu. "Tapi kalau aniki sibuk—"
"Tunggu, aku ambil jaket dulu."
Seketika garis senyum Tobio mengembang. Keresahannya tentang Wakatoshi adalah kakak yang galak rupanya salah. Keduanya menuruni tangga dengan Tobio lebih semangat.
Di depan pintu, Tobio sudah bersemangat untuk melompat keluar, namun sebelum itu terjadi sang kakak lebih dulu menggenggam pergelangan tangan si biru.
"Tunggu Tobio.."
Tobio tersentak, tubuhnya tersendat, dan langkahnya berhenti. Mata bolanya mengerjap heran sampai ia melihat Wakatoshi berlutut di depannya, lelaki itu mengangkat satu kaki Tobio ke atas paha lalu membetulkan simpul tali sepatu yang terlepas.
"Aniki.. Arigatou.."
Wakatoshi mengangguk, ia menggandeng pergelangan Tobio agar langkahnya tidak tergesa-gesa setelahnya.
Dengan angin musim semi, bunga-bunga bermekaran dan rindangnya pepohonan, keduanya bersepeda entah kemana kayuh membawa. Tobio di depan sedang Wakatoshi mengikuti dari belakang.
Mata olive itu sempat terpana saat sekilas melihat Tobio tertawa lepas. Rasanya hangat dengan hamparan jingga di langit senja.
.
"Aniki! Sebelah sini!!" Tobio mengangkat kedua tangan. Segera Wakatoshi mengumpan bola pantai pada adiknya itu. Mereka berdua bermain di musim panas dengan riang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mini Book Series (Kageyama Bottom)
Historia Cortakumpulan mini book (1-3 part per series) pair: Kageyama bottom x everyone top disclaimer: this book will contain mature thing, fluff, angst, incest, agegaps, nsfw, bxb, mpreg, etc pair & tag berbeda setiap series. 18+, harap bijak memilih bacaan. ...