Bound (OiKage)

3.2K 286 24
                                    

"Tobio, mulai sekarang kita tinggal disini.. Tobio jangan nakal dan harus selalu nurut pada keluarga Oikawa-sama ya.."

Tobio kecil mengangguk menuruti perkataan ibunya. Meski masih berusia lima tahun, Tobio bukan anak yang rewel. Ia selalu menuruti perkataan sang ibu. Belajar melipat baju, mengepel lantai, mencuci piring, mengelap meja, ia selalu berusaha melakukan sesuatu yang membuat dirinya berguna.

Nyonya dan Tuan Oikawa adalah majikan yang ramah meski sangat jarang pulang ke rumah. Saking baiknya mereka sampai menyekolahkan Tobio di sekolah yang sama dengan putra mereka.

Setiap kali sepasang suami istri itu pulang, mereka selalu membawakan si raven hadiah-hadiah kecil seperti coklat, pakaian, atau pernak-pernik dari negara yang baru saja mereka kunjungi. Tobio senang tentu saja. Ia memajang setiap hadiah pemberian keluarga Oikawa di kamarnya.

Semua orang bahagia kecuali satu, putra tunggal keluarga itu sendiri, Oikawa Tooru. Ia merasa Tobio yang adalah anak pelayan lebih disayang daripada dia. Kedengkian itu menggerogoti hatinya selama bertahun-tahun sampai mereka SMP.

Oikawa menatap judes Tobio di seberang yang tengah makan malam satu meja dengan keluarganya. "Kenapa Tobio disini? Dia pantasnya makan dilantai."

Semua orang menghentikan suapan dan membelalakan mata mendengar penurutan pedas yang meluncur asri dari bibir Oikawa muda.

"Tooru! Minta maaf soal ucapanmu." Tuan Oikawa mengerut tak suka pada attitude sang putra. Dibentak bukannya sadar Tooru semakin sengit. "Kenapa? Tobio anak pelayan bukan anak papa dan mama!"

"Tooru apa yang mama bilang soal sopan santun?" Nyonya Oikawa memandang tegas putranya. Tobio yang duduk di seberang lelaki bersurai coklat itu hanya mempu menunduk.

Tangan Tooru mengepal, ia bangkit berdiri dengan kasar sampai kursinya jatuh ke belakang. "Tobio anak pelayan! Kenapa aku harus sopan padanya! Papa dan mama tidak sayang padaku! Aku benci kalian! Aku benci denganmu anak pelayan sialan!"

Brak

"Tooru!!" Tuan Oikawa menggebrak meja. Sebelum habis kesabarannya ia menyuruh putra kurang ajarnya itu masuk ke dalam kamar.

"Tobio tolong maafkan Tooru ya.." Nyonya Oikawa memandang pada anak itu sendu. Tobio mengangkat wajah berusaha tersenyum. "Tidakpapa Mei-sama.."

.
.
.

"Oikawa-san, bekalnya—"

Plak

Tooru menangkis kotak bekal di tangan Tobio lalu bangkit berdiri. "Siapa yang menyuruhmu masuk ke kelas ku?! Aku tidak mau makan makanan yang kau sentuh!"

Kelas yang sebelumnya ramai siswa siswi berbasa-basi kini menjadi hening. Tobio yang menunduk dan Oikawa yang marah-marah menjadi sorotan.

"Tidak di rumah tidak di sekolah kerjaanmu menggangguku!! Aku harap kau mati saja! Sudah sana pergi atau mau ku pukul?!" Tangan kanan Oikawa terangkat. Tobio segera mengambil kotak bekal yang jatuh di lantai dan keluar dari kelas itu.

.

'Aku membencinya. Dia selalu mendapat perhatian mama dan papa sejak kedatangannya. Dia juga lebih berbakat dariku dalam bermain voli. Tidak pernah mengeluh saat disuruh. Tidak pernah dendam kalau ku maki. Bukankah dia sangat naif? Karena itu, aku harus membencinya, kan?'

.

"Oikawa-san.. Tunggu, payungnya—"

Oikawa mengabaikan Tobio dan terus berjalan. Membiarkan tubuhnya terguyur hujan asal tidak berdekatan dengan lelaki itu.

Mini Book Series (Kageyama Bottom)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang