Chapter 4

218 29 2
                                    


[LANGIT DI MALAM HARI]

"Disayang sama Ayah sendiri itu rasanya gimana sih?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Disayang sama Ayah sendiri itu rasanya gimana sih?"


∆∆∆

Selepas menghabiskan satu porsi seblak, Arhan segera mengantar Ale kerumahnya. Dan disinilah mereka, di depan perumahan terkenal di kota padat penduduk. Rumah bernuasa putih dengan arsitektur yang terlihat begitu sederhana namun tetap terkesan mewah.

Mungkin orang lain akan berpendapat hidup Ale begitu sempurna. Hidup dipenuhi oleh kekayaan orang tuanya, apapun yang diinginkan gadis itu akan mampu di dapat, ditambah Ale dapat berteman begitu dekat dengan kelima cowok yang populer dikalangan siswa dan siswi SMA Andries.

Tapi, opini mereka tidak semuanya benar. Hidup istimewa bagai ratu di kerajaan? itu belum pernah Ale alami atau bahkan tidak akan pernah terjadi sampai kapanpun.

Ale benci tinggal dirumah yang bagai kerajaan ini, jika Ale bisa mungkin gadis itu akan memilih hidup sederhana dengan rasa bahagia dibandingkan hidup mewah namun tidak ada rasa bahagia sedikitpun.

Walau mungkin bahagia butuh uang tapi fakta itu tidak selalu akurat. Karena baginya uang tidak akan selalu bisa membuat kita bahagia.

Ale menatap kepergian mobil sport Arhan, ia berjalan mendekati gerbang rumahnya. Satpam yang berada di pos dengan singap mulai menggeser pagar agar terbuka dan mempersilahkan anak dari majikannya memasuki istana.

"Siang non." sapa Mang Ander selaku satpam penjaga dirumah Ale.

Ale hanya tersenyum tipis sebagai balasan, lalu berjalan membuka pintu yang menjulang tinggi. Gadis itu menghela nafasnya malas, melihat rumah yang begitu mewah bak istana terlihat hening, sangat sepi.

Berjalan menaiki tangga dan memasuki kamarnya. Ia mengganti baju dengan kaos oblong biru laut milik Arhan yang Ale pinjam dan berakhir menetap di lemari gadis itu serta celana training hitam yang membalut kakinya.

Tok Tok

Suara ketukan pintu membuat perhatian Ale yang sedang menatap pantulan dirinya pada cermin teralihkan, "Buka aja!" teriak Ale agar dapat terdengar hingga keluar kamar.

Seorang wanita tua berkisaran umur lima puluh tiga tahun menampilkan senyumannya, dia Bi Asih. Seorang ART dirumah Ale yang sudah mengabdi hampir dua puluh tahun lamanya. Dan dia juga yang telah mengurus Ale kecil, hingga saat ini Ale menginjak remaja.

Ale sudah menganggap Bi Asih bagai ibu kandung. kerap Ale selalu datang tengah malam menuju kamar Bi Asih agar bisa bercerita banyak hal hingga terlelap dalam pelukan ART itu.

"Kenapa, Bi?"

"Ale untuk malam ini jangan kemana-mana dulu ya, tadi tuan Farhan nitip pesan katanya malam ini ada hal yang perlu dibicarakan." Bi Asih tidak pernah memanggil anak majikannya dengan embel-embel nyonya, non atau yang lain karena Ale selalu meminta agar dipanggil dengan sebutan nama.

SEGITIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang