Chapter 9

179 22 1
                                    

[TRAGEDI KAMAR MANDI]

"Definisi cinta itu seperti hujan, selalu menghadirkan rintik air sebagaimana kamu hadirkan rintik kebahagiaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Definisi cinta itu seperti hujan, selalu menghadirkan rintik air sebagaimana kamu hadirkan rintik kebahagiaan."


∆∆∆

Suara derap langkah teratur memenuhi koridor sekolah, seorang cowok berperawakan tinggi tegap berjalan terburu-buru menuju salah satu ruangan.

Semua antesi para murid terpusat memandangi, namun ia acuhkan. Ada yang lebih penting perihal harus meladeni para pekikan histeris gadis yang memujanya.

Saat sudah berada di depan salah satu ruangan tujuannya, ia langsung menarik gagang pintu. "Maaf, saya telat." ucapnya sambil menghampiri seorang gadis yang duduk di salah satu sofa.

Dia Bastian, sepupu Ale yang saat ini di panggil oleh pihak sekolah. Ale telah bersih kukuh untuk tidak perlu melibatkan keluarganya untuk masalah kantin tadi. Namun permintaannya tidak diindahkan oleh Bu Hasmi selaku guru BK di SMA Andries.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Bastian, terlihat raut khawatir dari wajahnya.

Ale mengeram kesal melihat Bastian yang langsung menghampiri mantan kekasihnya ketimbang sepupunya sendiri. Lagi pula yang salah sudah jelas Tamara, gadis itu yang mulai perkelahian. Namun mengapa posisi Ale yang lebih disudutkan hingga perlu menghubungi Papah Ale.

Karena Farhan yang saat ini masih berada di Singapura. Sudah pasti Papahnya yang menyuruh Bastian untuk menjadi perwakilan panggilan sekolah.

Tamara menggenggam tangan Bastian yang terus mengusap pucuk rambutnya. "Nggak apa-apa kok." kata Tamara membuat hati Bastian sedikit lega.

Bastian yang menyadari sedang ditatap oleh Bu Hasmi langsung menormalkan raut wajahnya, mulai mendudukkan diri ditengah Ale dan Tamara.

Bastian sempat mengarahkan netra menatap Ale, dimana Ale juga sedang menatap dirinya. Sontak saja Bastian langsung memutuskan pandangannya.

"Saya kakak sepupu Ale, yang akan menggantikan Pak Farhan yang saat ini tidak dapat hadir." ucap Bastian.

Bu Hasmi tersenyum menanggapi perkataan Bastian. "Iya saya tahu, tadi Pak Farhan sudah menghubungi."

"Saya pikir, perilaku Ale sudah diluar batas jadi saya sempatkan untuk menghubungi pihak keluarga. Belum ada satu minggu masalah yang Ale perbuat diruang laboratorium, sekarang Ale sudah membuat onar lagi." lanjut Bu Hasmi mencoba menjelaskan.

Bastian bingung, dirinya belum mengetahui perihal kasus apa saja yang sudah Ale perbuat hingga melibatkan mantan kekasihnya, Tamara.

"Lo ngelakuin apa lagi?" tanya Bastian menolehkan kepala menatap sepupunya.

"Bu, ini bukan seluruhnya kesalahan Ale. Dia duluan yang cari ribut." Ale mengakat tangannya menujuk Tamara. "Dia tiba tiba menghadang kaki Ale. Kalau bukan karena dia kerusuhan dikantin juga nggak bakal ada." ujar Ale mencoba membela diri.

SEGITIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang