Nalesha Griya atau lebih dikenal oleh sebutan Ale. Siapa yang tidak mengenal siswi bernama Ale? mungkin, seluruh penghuni bahkan para mahluk halus SMA Andries mengenal gadis itu.
Satu-satunya siswi yang tidak pernah absen dari buku hitam BK membuat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku terlalu mencintainya, hingga tak sadar bahwa aku tidak akan pernah bisa bersamanya"
∆∆∆
Ale mendudukkan dirinya disalah satu kursi tepat berhadapan langsung dengan Ayahnya. Ia mengedarkan pandangan pada menu makan malam hari ini. Gadis itu dapat menangkap aroma masakan yang begitu nikmat, pasti Bi Asih yang memasak.
Farhan sudah selesai dengan acara makan malamnya tanpa menunggu Ale, pria tua berumur tiga puluh sembilan tahun dengan rambut yang sudah mulai memutih serta rahang tegas tanpa bulu menghiasi wajahnya.
Sekilas wajah Ale seperti duplikat Farhan, dari bentuk mata, serta alis yang cukup tebal dan jangan lupakan senyuman mereka berdua sama persis.
Farhan menghempaskan sendok makannya dengan kasar, melirik Ale yang mulai menuangkan beberapa lauk diatas piring. "Disuruh makan malam saja kamu sangat lambat."
Ale tidak menanggapi ucapan sang ayah, dia saat ini fokus menyantap ayam kecap serta tumis kangkung yang begitu menggiurkan.
"Dasar anak tidak tahu sopan santun!" Farhan menatap tajam Ale, "Saya tidak suka sifat kamu yang seperti ini, Ale!" hardik Farhan dengan intonasi tinggi.
Ale melepaskan sendok dari genggamannya, menatap ayahnya dengan perasaan sedikit emosi. "Ayah lupa? Ale kan anak Ayah. Dan sifat Ale diturunkan dari sifat Ayah juga!"
Farhan dengan cepat beranjak berdiri dari posisi duduknya. "Saya tidak sudi mempunyai anak pembawa sial seperti dirimu!"
Ale menatap kearah bangku yang tergeletak tak berdaya diatas lantai. Gadis itu mendongakan kepalanya menatap Farhan. "Jika saya mau juga, saya tidak sudi mempunyai seorang Ayah seperti anda."
Plak
Satu tamparan yang cukup keras mendarat di pipi Ale, membuat Ale menolehkan kepala kesamping. Gadis itu memegang pipinya yang berdenyut nyeri. Bukan hal pertama kalinya Farhan bermain fisik dengan Ale. Dia sering kali menampar, memukul, bahkan suatu hari saat Ale masih menginjak umur delapan tahun pria tua itu mengurung Ale di gudang membuat putri kandungnya berakhir menginap dirumah sakit karena maag gadis itu kambuh.
Ale beranjak dari posisi duduknya. Ia tersenyum miris melihat perilaku ayah kandungnya. Ale tidak meringis kala ditampar bahkan sekarang keadaan Ale bisa dikatakan seperti tidak terjadi apa-apa.
Gadis itu tidak menangis, ia menyunggingkan senyumannya. "Ale suka bingung, kenapa sih Ayah nggak pernah sekalipun sayang ke Ale?" Ale menatap dalam mata Farhan, tersirat pandangan penuh emosi dilayangkan dimata sang ayah. "Kenapa Ale selalu diperlakukan kasar kayak gini?" terdengar suara parau yang dilontarkan oleh gadis itu.
Farhan hendak melayangkan tamparan untuk kedua kalinya, namun entah dorongan dari mana hingga tangan yang sudah berada diatas udara seketika berhenti bergerak, Farhan lekas kembali menurunkan tangannya. Lalu pergi meninggalkan ruang makan, pria itu menghentikan langkahnya di ambang pintu tanpa membalikan badan Farhan berkata.