Nalesha Griya atau lebih dikenal oleh sebutan Ale. Siapa yang tidak mengenal siswi bernama Ale? mungkin, seluruh penghuni bahkan para mahluk halus SMA Andries mengenal gadis itu.
Satu-satunya siswi yang tidak pernah absen dari buku hitam BK membuat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Air hujan dapat menghilang seiring waktu, namun rasa sayang gue nggak akan habis oleh masa, Al."
∆∆∆
"Gue punya tebak-tebakan. Hujan, hujan apa yang paling gue suka?"
"Hujan duit." Reza menjawab sambil memfokuskan diri menatap layar handphone, seperti biasa Reza akan mengisi waktu luang dengan bermain game Candy Crush.
Pagi ini awan hitam menghiasi kota padat penduduk, sedikit rintikan air ke permukaan bumi. Cuaca saat ini sungguh sangat mendukung untuk para anak muda menidurkan diri diatas ranjang dengan kain tebal yang menyelimuti mereka, menikmati mimpi yang begitu indah.
Namun hal itu tidak mendukung untuk dilakukan oleh para komplotan RJE, Remaja Jompo Encok. Mereka harus berakhir berada di dalam kelas, dengan rasa dingin yang dibawakan oleh cuaca.
Algi mengelengkan kepalanya menatap Reza malas. "Lo itu nggak diajak main tebak-tebakan!"
"Terus hujan apa?" timpal Rey dengan sifat kepo yang sudah meronta-ronta.
"Hujan favorit gue adalah ..." Algi menatap satu-satu temannya. "Kau hujanni aku dengan rasa cinta."
"Bocah prik!!" Kibal melemparkan bungkus permen karet kehadapan Algi. Tebak-tebakan yang lebih menjurus ke arah gombal.
"KIBAL JANGAN NYAMPAH, KASIAN YANG PIKET!" teriak Dini, salah satu murid kelas XII IPA 6 yang saat ini sedang menyapu melangsungkan kewajiban, piket kelas.
"Iyaa gue ambil lagi." Kibal memutuskan untuk memungut kembali bungkusan permen karet tersebut.
Malas jika sudah beradu omong dengan Dini, pada akhirnya juga pasti perempuan selalu benar, kan? Jadi lebih baik Kibal mengalah.
Mereka duduk melingkar diatas ubin, padahal ada kursi yang menganggur tapi entah mengapa rasanya lebih nyaman duduk lesehan. Dengan Ale yang selalu berada ditengah-tengah para kompolotan RJE.
"Hujan-hujan gini enaknya tidur dikamar, atau nggak makan indomie kuah pedes, duh pasti serasa di surga." Ale menyenderkan bahunya tepat pada dinding, berangan-angan memikirkan sedang terlelap dalam tidur yang begitu nyenyak.
Rey ikut serta menyenderkan bahunya, mengangukan kepala setuju. "Semoga aja gurunya hari ini pada rapat, atau nggak mereka nggak masuk karena kejebak macet jadi kita jamkos." tepat setelah Rey menyelesaikan ucapannya, bell pun berbunyi memenuhi setiap sudut sekolah.
"Lo durhaka ke orang tua, jadi doa lo langsung nggak di kabulin." Reza menepuk bahu Rey, mencoba memberi semangat. Setelah itu mulai beranjak meninggalkan temannya yang masih termangu duduk anteng dibelakang kelas.
"Eja sekalinya ngomong selevel boncabe." timpal Arhan menatap punggung Reza yang mulai menjauh.
Pembelajaran pagi hari yang dihiasi oleh rintikan air, menghadirkan rasa rindu serta rasa kantuk untuk beberapa murid. Pelajaran Fisika, tak kala otak dan hati saling tidak mendukung. Otak menginginkan kita untuk fokus pada materi namun hati lebih berdominan untuk memilih mengabaikan guru yang mengajar.