[LARI PAGI VERSI ALE]
"Saat hujan datang bertamu, hanya dua pilihan untukmu. Bergelimang rindu atau mengenang sendu."
∆∆∆
Perihal rencana lari pagi mungkin hanya siasat semata Ale. Karena saat ini yang sedang dilakukan gadis itu ialah duduk bersantai sambil melahap bubur ayam.
Para pedagang kaki lima tidak akan menyiakan kesempatan, mereka berbondong-bondong mencari spot terbaik untuk mangkal. Sebenernya bukan hal asing mendengar olahraga yang berkedok mencari asupan perut atau semata-mata hanya untuk update di story Instagram.
Setelah menginjakkan kaki diatas tanah lapangan tadi, Ale langsung membuka aplikasi Instagram guna memotret penampakan lalu lalang orang-orang. Lari satu keliling dan mengeluh capek berakhir memantapkan diri untuk mengisi perut.
Berbeda dengan Kibal, saat sudah menemukan tempat parkir ia langsung berlari mengelilingi lapangan.
Sebenernya Kibal baru mengetahui bahwa ada manusia yang mau berolahraga malah memilih memakan makanan berat, bukannya membakar lemak malah menambah.
Ale menyeruput es teh sisri dari dalam plastik genggamannya, meletakkan mangkuk yang sudah kandas tak tersisa tepat di atas bangku plastik milik pedagang bubur, menunggu Kibal kembali kesini cukup menghabiskan waktu banyak.
Ale mengedarkan pandangannya menatap para pedagang kaki lima, netranya jatuh pada penjual tukang batagor.
Bubur yang sudah masuk kedalam perutnya belum bisa membuat Ale kenyang. Mengeluarkan ponsel dari dalam saku sedikit menghilangkan rasa bosan membuka kembali aplikasi Instagram.
"Udah beres?" Kibal mengambil botol minum diatas pangkuan Ale, meneguknya hingga habis membuat jakun cowok itu bergerak naik turun.
"Gue lupa bawa duit, Bal. Tolong bayarin dulu dong nanti gue ganti."
"Ninti gui ginti." Kibal mendelik namum tak ayal melepaskan casing handphone dan mengambil uang selembar seratus ribu, berjalan mendekati pedagang tukang bubur.
Ale kembali meminum teh sisri di genggamannya, wajah gadis itu sama sekali tidak berkeringat. Tiba-tiba handphone yang berada diatas paha Ale seketika bergetar menampilkan nama seseorang, Ale segera menekan tombol hijau mengakat.
"Kenapa telfon? Tumben banget, kangen ya?"
"Enggak."
"Terus?"
"Coba lihat ke arah jarum jam sembilan."
Ale mengeryit bingung, lantas ia melihat jam tangan yang bertengkar di pergelangan tangannya. "Sekarang masih jam setengah sembilan, Ar. Belum jam sembilan."
"Bego, maksud gue bukan lihat jam tangan, lo balikin badan lo cepet."
Sambungan telfon diputuskan sepihak, Ale membalikkan badan 90° dan melihat seseorang yang tadi di ajak berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGITIGA
Teen FictionNalesha Griya atau lebih dikenal oleh sebutan Ale. Siapa yang tidak mengenal siswi bernama Ale? mungkin, seluruh penghuni bahkan para mahluk halus SMA Andries mengenal gadis itu. Satu-satunya siswi yang tidak pernah absen dari buku hitam BK membuat...