***
Sabita mengendap-endap untuk keluar
dari cafe dream, dia tidak boleh sampai
bertemu dengan Gizzan dan lainnya. Selepas tampil tadi, ia langsung turun dari panggung dan kebelakang untuk berpamitan pada Jiandra. Jiandra menyurunya untuk menunggu sebentar, ia akan mengambil uang buat Sabita namun Sabita menolak, dan memberikan uang itu pada Jiandra. Sabita menyuruh Jiandra untuk menyimpannya saja. Setelahnya Sabita pulang ke rumah.Sesampainya di rumah, Sabita mendapati bundanya, Harlina, sedang menatapnya tajam.
"Dari mana aja kamu?"
"Bun..."
"Tadi saya ditelepon sama pihak sekolah, kalau kamu bolos semua pelajaran"
"Kemana aja kamu? Ngejalang?"
Deg
Sabita hanya terdiam menatap bundanya, ia berusaha mati-matian menahan agar air matanya tidak jatuh dihadapan bundanya.
"Aa—"
"Apa? Mau bicara omong kosong apa lagi?"
"Kamu mau jadi apa, Sa, nanti? Kenapa kamu selalu buat hal yang bunda benci? Kamu beneran beda banget sama Cella,"
Hancur. Itulah yang dirasakan Sabita saat ini, bundanya selalu membandingkan dirinya dengan Cella, sahabatnya dulu. Bundanya selalu memperlakukan Cella seperti anaknya sendiri. Membandingkan dirinya dengan Cella ketika ekspetasi bundanya jauh dari realita.
"Kamu gak bisa apa lihat Sahabat kamu itu? Dia berprestasi, bisa dibanggakan. Sedangkan kamu? Apa yang bisa dibanggakan dari kamu, Sabita?"
"Maaf, bunda. Aku emang nggak bisa dibanggakan"
Bundanya benar, ia tak bisa dibanggakan.
"Sudahlah, kamu gak bakal ngerti perasaan bunda. Yang ada dipikiran kamu itu cuman main terus."
"Gimana bisa aku ngerti perasaan bunda, sedengkan bunda aja gak bisa ngertiin aku." Akhirnya Sabita buka suara, jika boleh jujur dia sangat capek. Perutnya masih sakit karena kejadian tadi siang, dan ini dia harus dihadapkan sama bundanya.
PLAK
Harlina menampar pipi Sabita,"Kamu beneran gak ada sopan santun yah?"
"Aku emang gak tahu sopan santun."
"SABITA!"
"Apa, bunda? Mau salahin aku karena gak tahu sopan santun? Atau mau bandingin aku lagi?"
"Aku capek, bunda! Capek." ucap Sabita lirih. Setetes air mata jatuh dari matanya. Bahunya bergetar, runtuh sudah pertahanan yang ia bangun.
"Kamu benar-benar beda sama Cella, saya heran, kenapa bisa Ayah kamu mau mempertahankan anak kayak kamu."
Cukup, Sabita sudah tidak tahan. Ia menghapus air matanya dengan kasar. "Aku capek, mau tidur. Malam bunda" Akhirnya Sabita melangkah pergi ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SABITA
Teen FictionDisclaimer: Harsh word, Ignore timestamp, sorry for the typo, 100% fiction!⚠️ "Lo harus pacaran sama Sabita, cewek bisu, selama 21 hari." Semuanya yang ada disana terkejut setengah mati mendengar tantangan yang diberikan Javas. Sama halnya juga deng...