***
Sabita bergerak gelisah saat Gizzan terus menerus memandangnya. Setelah Gizzan mengiriminya pesan itu, Sabita langsung mandi dan bersiap-siap.
Dan disini lah dia malam ini, keduanya duduk di bangku taman. Sabita duduk di paling ujung dan menatap ke arah lain. Dia meremas jari-jari tangannya, Gizzan sedari tadi menatapnya. Semoga saja Gizzan tak mengetahui kalau Sabita habis menangis. Tapi sepertinya Gizzan tahu, mata Sabita bengkak dan siapa pun yang melihatnya pasti akan berpikiran kalau Sabita habis menangis, sama apa yang Gizzan pikirkan saat ini.
Saat Sabita tiba pun Gizzan melihat mata Sabita yang terlihat bengkak, dan Gizzan yakin bahwa Sabita habis menangis. Namun ia tak terlalu memperdulikannya, untuk apa peduli? Ya, Gizzan tak peduli dengan Sabita.
Ingat Gizzan ini orangnya tak gampang peduli.
"Kenapa ngeliatin aku kayak gitu sih, Kak?" Sabita akhirnya bertanya, jantungnya berdegup kencang saat Gizzan menatapnya dengan intens.
"Habis nangis?" Setelah bertanya itu, Gizzan seakan tersadar, apa yang dia lakukan? Kenapa dia harus bertanya?
Sialan. Tapi tidak apa-apa, anggaplah ini kepeduliannya terhadap sesama manusia.
"A-aku habis nonton drakor yang sad ending, hehe," jawab Sabita. Dia melipat bibirnya kedalam, semoga saja Gizzan tak bertanya lagi.
"Oh."
Sabita bernapas lega saat Gizzan tak menanyakan lebih dalam. "Oh ya, kamu kenapa panggil aku kesini?" Heran sabita, Gizzan belum memberitahukan alasan kenapa dia memanggil Sabita untuk datang ke taman.
Gizzan mengambil paper bag yang ia simpan di samping tubuhnya. Gizzan menyodorkannya pada Sabita, "Ini ambil."
Sabita menekuk dahinya, bingung. Dengan ragu Sabita mengambil paper bag tersebut, "Ini apa?" Tanyanya.
"Jaket Tossico."
Sabita melotot, Gizzan memberikannya jaket Tossico? Sabita tak pernah berpikir kalau Gizzan akan memberikannya sesuatu barang atau lainnya, tapi dengan memberikan jaket kebanggaan Tossico membuat Sabita merasakan senang.
Sabita tersenyum tipis menatap Gizzan, "Makasih."
"Hm. Jangan geer, jaketnya kebanyakan jadi gue kasih lo, siapa tahu lo butuh," imbuh Gizzan.
Diam-diam Sabita melengkungkan mulutnya dan membentuk senyum. "Kak Vigar peduli sama aku?"
Gizzan mendelik. "Mimpi! Gue nggak peduli sama lo," elak Gizzan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SABITA
Teen FictionDisclaimer: Harsh word, Ignore timestamp, sorry for the typo, 100% fiction!⚠️ "Lo harus pacaran sama Sabita, cewek bisu, selama 21 hari." Semuanya yang ada disana terkejut setengah mati mendengar tantangan yang diberikan Javas. Sama halnya juga deng...