16 || SABITA

9.8K 850 45
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sabita menekuk dahinya saat dia melihat Gizzan yang tertidur di atas kasur. Dia menarik napas panjang.

"Gue tidur dimana?" Gumamnya. Sabita mendengus kesal, Gizzan telah tidur nyenyak.

Dia membuka pintu kamar Gizzan dan tersentak kaget karena Althair berdiri tepat dimuka pintu.

"Huh." Sabita mengelus dadanya sendiri, lalu tersenyum ramah. "Kenapa Om?"

Althair membalas tersenyum. "Kamu nginap?"

Sabita menganggukkan kepalanya.
"Iya, disuruh Gizzan. Tapi kalau om keberatan aku pulang aja," ucap Sabita tak enak hati.

"Eh, kamu ini kayak siapa aja. Kita kan keluarga, Sabita." Ucapan Althair membuat Sabita tersedak sendiri.

Keluarga?

"Eum, keluarga? Maksud om?"

Althair tersenyum lebar. "Nanti kan kamu nikah sama Gizzan, terus kamu jadi anak saya."

Sabita tertawa menanggapi ucapan Althair yang terdengar ngawur. "Dia aja belum ingat aku, masa udah mikirin nikah," balas Sabita.

"Nggak papa, Sa. Besok om jedotin kepala nya, supaya bisa langsung ingat kamu."

"Haha, om bisa aja. Oh ya, om mau kemana kok udah rapih banget."

"Gini, Om mau pergi ke kantor ada urusan. Pas banget kamu nginap, jadi tolong jaga Gizzan, ya."

Sabita mengangguk mengerti.

"Yaudah, om pamit dulu."

Setelah kepergian Althair, Sabita kembali masuk kedalam kamar Gizzan. Dia mendekati meja belajar Gizzan, Sabita menggelengkan kepalanya karena sama sekali tak melihat satu buku pelajaran yang ada di meja belajar.

Dia duduk di kuris depan meja, Sabita memandang amplop yang berisi surat. Gadis itu melihat kebelakang untuk memastikan kalau Gizzan benar-benar telah tertidur, baru lah dia membuka amplop itu.

Dia membaca surat itu.

Hi Vigar?

Apa kabar? Aku harap kamu baik-baik aja.
Aku rasa kamu belum ingat aku, tapi aku harap kedepannya kamu bakal ingat aku.

Tolong ingat aku Vigar.

Pacar kamu

Sabita rasanya ingin muntah saat membaca surat itu. Surat ini bukan darinya, tulisannya saja berbeda jauh.

"Sialan, siapa nih orang?" Gadis itu menggeram kesal, benar-benar sialan. Apa mungkin karena surat ini Gizzan jadi sakit kepala karena memaksakan ingatannya untuk mengingat orang yang ada di surat ini.

Sabita terkekeh sinis. "Bangke, Berani banget nih orang ngaku-ngaku."

"Perasaan nama Vigar cuman gue yang tahu, sama kak Javas sih. Tapi masa iya kak Javas yang kirim nih surat?"

SABITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang