35 || SABITA

10.8K 1K 102
                                    

Apa kabar guys?
ANGKAT ✋ yang masih nungguin cerita Sabita 🥹🥹

banyakin komen, ya, guys. Komen kalian pada lucu-lucu gemess🥰🥰

MAKASIHH YANG UDAH SETIA NUNGGUIN CERITA INI😭😭💞💞💞

***

Sabita sangat terkejut mendengar penuturan Gizzan, sungguh dia tak pernah menyangka bila Gizzan akan berucap seperti itu. Apa tadi katanya? Sabita milik cowok itu? Dia tak salah dengar kan?

Keadaan di taman sekolah pun semakin sepi dan hening, mereka berdua sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing. Sabita belum berani membuka suara, lebih tepatnya dia tak tau harus bicara apa. Dia masih terkejut, kata-kata yang Gizzan bilang tadi masih saja ada di otaknya walau sudah berlalu beberapa menit.

Tanpa aba-aba Sabita kembali terkejut lantaran Gizzan menarik tubuhnya kedalam dekapan laki-laki itu. Gizzan memeluk Sabita. Perempuan itu masih belum bisa menghilangkan keterkejutannya. Sabita mengangkat tangannya mengusap punggung Gizzan.

"K-kak?"

"Biarin seperti ini, Sa." Sabita tak bisa melakukan apa-apa selain menunggu Gizzan untuk berbicara lagi. Jangan tanya seperti apa wajah Sabita sekarang, karena sudah pasti wajah perempuan itu berubah seperti kepiting rebus.

"Sabita?" panggil Gizzan dengan suara pelan.

"Iya, Kak?"

"Ingatan gue mulai muncul." Satu kalimat yang membuat Sabita langsung melepaskan pelukannya. Gadis itu menatap intens Gizzan.

"Beneran? K-kamu ingat aku?" Sabita bertanya dengan suara lirih. Sabita berharap banyak dengan Gizzan.

Gizzan menyugar rambutnya kebelakang. Laki-laki itu membuang napas panjang. Kemudian, ia menggelengkan kepalanya. "Gue cuman ingat kalau gue pernah sekolah di SMA ABIMANA," jelas Gizzan.

Sabita tersenyum simpul. Berharap lebih itu ternyata sakit ya? Tidak apa-apa semuanya butuh proses.

"Enggak apa-apa. Kamu ingat separuh aja, itu kemajuan banget." Sabita mengacungkan jempolnya untuk Gizzan lalu tersenyum tulus.

Kepala laki-laki itu menunduk. "Maaf, gue kasar sama lo tadi," ucapnya dengan rasa penuh penyesalan. Untuk kali ini saja, dia menghilangkan rasa gengsinya.  "Maaf, maaf." Gizzan kembali menarik Sabita untuk ia peluk. Dia mengusap lembut rambut Sabita. Ternyata benar, dia kalah dengan aturannya sendiri.

Tidak boleh terbawa perasaan selama 21 hari. Nyatanya belum sampai 21 hari ia telah jatuh. Ia jatuh ke dalam pesona Sabita, benar-benar jatuh sedalam-dalamnya. Tak ada lagi gengsi, ia mengakuinya, kalau dia jatuh cinta pada sosok yang ada di dalam dekapannya. Gizzan tersenyum tipis, sangatlah nyaman berada di pelukan Sabita. Begitu hangat.

"Gue kalah Sabita," ungkapnya. "Dan lo menang," lanjutnya lagi.

Otak Sabita bekerja dengan cepat, ia langsung cepat mengerti. Sabita memejamkan matanya membiarkan air matanya mengalir. "Gak ada yang menang dan gak ada yang kalah, Kak. Karena, jauh sebelum tantangan itu dimulai kita udah sama-sama jatuh. Kamu aja yang lupa."

Perlahan-lahan Gizzan melepaskan pelukannya. Dia menempelkan tangannya menyentuh wajah Sabita perlahan dan mengelusnya. "Gue gak tau apa yang terjadi sama kita di masa lalu, tapi sejak lo masuk di sekolah ini sejak saat itu gue ngerasa kita pernah dekat," tutur Gizzan.

Sabita terus mendengarkan apa yang diucapkan Gizzan. Sabita tersenyum simpul. "Kak? Gak papa, kamu jangan maksain untuk ingat semuanya. Pelan-pelan aja, aku gak bakal pergi, Kak."

SABITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang