32 ||SABITA

9.4K 971 84
                                    

****

Jam sudah menunjukkan 7:12 AM. Namun Gizzan masih setia berdiri di depan gerbang untuk menunggu seseorang. Teman-temannya hanya bisa mengamati pergerakan Gizzan dari jauh. Salah satu dari mereka menggelengkan kepala tak percaya melihat perlakuan Gizzan sekarang. Cowok itu benar-benar berubah. Gizzan menjadi bucin akan satu perempuan yang mereka bully dulu. Ckck, ini pasti karma buat dia.

Sedengkan disisi lain, Gizzan berdecak kesal. Seseorang yang ia tunggu tidak datang-datang juga, padahal dia sudah berdiri di depan gerbang sedari tadi, namun batang hidung orang itu tak muncul-muncul.

Gizzan mengalihkan pandangannya pada sosok cowok yang baru tiba. Javas. Cowok itu mendekati Gizzan, setibanya di depan Gizzan, Javas tersenyum miring.

"Lo cari Sabita?"

Gizzan mengangkat satu alisnya. Bagaimana si cunguk ini bisa tahu?

"Gue tahu, Gizzan. Lo pasti bingung kenapa Sabita nggak datang sedari tadi 'kan?"

"Ya, dan itu urusan gue. Sana pergi."

Javas tertawa kecil, dia berbisik. "Sabita di rumah, lagi nangis."

Sontak Gizzan menatap tajam Javas. "Emang lo sedekat itu sama Sabita?"

"Gue orang terdekatnya, Gizzan. Kalau lo nggak percaya yang gue ngomong, lo bisa cek ke rumah."

"Kalau memang betul apa yang lo ngomongin. Sabita nangis karena apa?"

"Urusan keluarga."

***

Gizzan terus saja menatap Sabita yang sedang memandang pemandangan di danau. Gizzan membawa Sabita ke tempat yang memang selalu Gizzan kunjungi saat ia mempunyai masalah, atau sekedar mendamaikan pikiran serta hati. Gizzan memang tak tahu apa-apa tentang masalah yang dihadapi Sabita, namun dia ingin berusaha mengerti. Kenapa Gizzan menjadi seperti ini? Dia saja tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Saat dia dan Sabita memutuskan untuk membuat hal yang tak terlupakan dengan sisa hari yang singkat, dari situlah Gizzan mau mengerti tentang Sabita.

Bukan apa-apa dia ingin mengerti tentang kehidupan gadis itu, hanya saja, Sabita mengingatnya dengan mimpi yang selalu ia dapatkan ketika ia tidur dan saat di dekat gadis itu dia merasa dejavu. Tentu ia harus segera mencari tahu sebernarnya dia kenapa.

Sedengkan disisi Sabita, dia sedang menikmati pemandangan Tuhan yang sangat indah. Tempat yang mereka kunjungi ini sangat indah. Bunuh diri, tersirat dalam pikirannya dulu saat dia sedang dimasa yang kelam, dan tak tahu harus apa, jalannya yang tak tentu membuat ia ingin mengakhiri hidupnya, tapi ketika ia melihat tempat yang sangat indah dan belum pernah ia lihat sebelumnya, dia merasa senang kala itu. Dia merasa kalau Tuhan menciptakan semuanya dengan indah dan sempurna tanpa kekurangan apapun. Masih banyak hal yang belum pernah ia lihat di dunia ini, maka dari itu Sabita memutuskan untuk melihat semua hal yang indah sebelum Tuhan memanggilnya untuk pulang.

Dia tak mau mati sia-sia, dia ingin menjadi orang yang bahagia saat dia pulang ke rumah Tuhan nantinya.

Sabita membalikkan badannya untuk melihat Gizzan. Cowok itu sedang melamun, tapi Sabita sedikit heran karena Gizzan memandangnya sambil melamun. Apa yang cowok itu pikirkan? Ah, Sabita hampir lupa, Gizzan tadi datang ke rumahnya karena dia tahu ada sesuatu. Sabita bingung kenapa Gizzan bisa tahu? Apa dia harus menanyakan ini pada Gizzan? Akhirnya dengan ragu, Sabita melangkahkan kakinya mendekati Gizzan.

"Kak?" Gizzan tersadar dari lamunannya. Dia mengangkat satu alisnya, heran. "Kenapa?" Tanyanya.

"Kamu kenapa tahu aku di rumah tadi?"

SABITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang