***
Di pagi yang cerah ini, Sabita dan Orna sedang berlari pagi di taman dekat rumah Sabita. Semalam Orna mengajak Sabita untuk berolahraga, karena Sabita yang akan sibuk dengan tugas pun menyetujuinya.
Mereka hanya berlari-lari disekitar taman. Tidak jauh juga dari rumah Sabita. Sabita berhenti berlari dan menghampiri tempat duduk yang ada di taman itu.
"Lemah Lo, Sa! Masa baru segini aja lo udah nyerah," cibir Orna. Padahal dia sendiri juga sudah lelah.
Sabita membuka air minum yang dibawahnya lalu meneguknya. "Istirahat dulu, gila lo. Udah dari jam 6 kita lari, loh. Lo mau buat gue patah kaki?" Gerutu Sabita.
Dari jam 6 memang mereka sudah mulai berlari-lari disekitar taman, lalu melakukan olahraga lainnya. Dan sekarang jam sudah menunjukkan jam 8 pagi.
Orna mengusap peluhnya. "Hehe, kita tuh harus melatih otot-otot kita!"
"Terserah!"
"Ih dibilangin. Gini ya, otot-otot kita tuh harus kuat, otot hati kita juga harus kuat! Kuat menerima segala luka, sakit da-"
Sabita memutar bola mata malas melihat kelakuan Orna yang tak pernah berubah. "Stop deh, Na! Cringe banget lo."
"Hehe. Btw tenggorokan gue kering banget, anjirt."
"Air minuman gue udah habis," ucap Sabita seolah tahu arti dari omongan Orna.
"Yaelah. Lo tunggu sini, gue mau beli air minum dulu."
Sabita mengangguk. Dia pun menunggu Orna sambil bermain handphone.
Disaat yang sama, Gizzan dan anggota inti Tossico sedang berolahraga sama halnya dengan Sabita. Gizzan semalam tidak pulang di apartemennya, dia langsung pergi ke rumah Daddy-nya.
Xankar juga semalam sudah bilang padanya kalau mereka akan lari pagi di taman dekat rumah Gizzan. Gizzan setuju-setuju saja saat itu.
Namun sedari tadi Xankar tak berhenti ngomong, dia sedari tadi terus saja mengoceh hal-hal yang tak masuk akal.
"Kok ekspresi kalian kayak nyesel ketemu gue?" Tanya Xankar. Cowok itu mendengus kesal.
"Gue bosen lihat wajah lo. Coba lo oplas sana," balas Kassian.
"Lo yang oplas sana. Wajah gue ini limited edition, you know?" Tutur Xankar.
"Kalian berdua kalau pake topeng monyet kayaknya nggak ada bedanya deh," timpal Cadmus dengan tersenyum manis.
Xankar meregangkan otot-ototnya tangannya. "Cari masalah lo?!"
"Gue 'kan cuman ngomong sesuai fakta."
Leander memutar bola mata jengah. "Haus gue,"
"Minum lah."
"Beliin dong, Xan," pinta Leander.
"Malas banget. Lo ada kaki, ada tangan, jadi beli sendiri," ucap Xankar sambil memalingkan wajahnya ke sembarang arah.
Tak sengaja pandangannya terkunci pada sosok gadis yang sedang duduk bermain handphone disalah satu bangku yang ada ditaman.
"Giz, Giz!"
Gizzan mengangkat satu alisnya menatap Xankar bingung. "Apa?"
"Itu Sabita bukan?" Tanyanya sambil menunjuk ke arah Sabita.
Gizzan pun mengikut arah tunjuk Xankar. Sabita? Gadis itu ada disini? Sabita dengan rambutnya yang di ikat kuda, terlihat sangat fresh.
Gizzan hanya berdehem saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
SABITA
Teen FictionDisclaimer: Harsh word, Ignore timestamp, sorry for the typo, 100% fiction!⚠️ "Lo harus pacaran sama Sabita, cewek bisu, selama 21 hari." Semuanya yang ada disana terkejut setengah mati mendengar tantangan yang diberikan Javas. Sama halnya juga deng...