Malam Minggu nih.
Kalian kalau malam Minggu dimana? Keluar sama doi? Atau rebahan di kamar?🥵
***
Semua terjadi begitu saja. Harus kah Sabita berteriak kenapa semuanya menjadi seperti ini? Harus kah? Sabita bingung kenapa dengan Javas? Kenapa kakaknya bersikap kasar saat dia pulang ke rumah.
"Jalang," katanya.
Sabita menatap Javas tak percaya. Dia ingin membuka suara namun sayangnya dia tak bisa.
"Kemana aja lo selama dua minggu ini, hm? Ngejalang diluar sana?" Cerca Javas. Dia menatap jijik Sabita.
Napas Sabita tercekat, dia sama sekali tak menyangka kalau Javas akan mengatakan seperti itu kepada adiknya sendiri. Mata Sabita berkaca-kaca, dia tak bisa langsung bicara. Dia tak tahu harus bagaimana menjelaskan kepada Javas yang sebernarnya.
"JAWAB BANGSAT!"
Sabita tertegun. Air matanya jatuh sudah, ini pertama kalinya Javas membentaknya. Sebernarnya apa yang terjadi saat ia menghilang?
Javas maju mendekat.
PLAK!
Javas menampar Sabita hingga membuat wajahnya teroleh kesamping. Gadis itu memegang pipinya memanas dan sedikit berkedut nyeri.
"Selama ini gue cari lo, tapi ternyata lo keasikan ngejalang. Waw, gue nggak nyangka, Sa."
Ngejalang?
Apa ini? Dia sama sekali tak melakukan hal murahan seperti itu. Andai dia bisa bicara langsung dengan Javas, mungkin dia akan membantah keras soal apa yang Javas katakan.
"JAWAB SABITA! LO ADA MULUT KENAPA NGGAK JAWAB???"
Sabita diam.
"APA BETUL LO SELAMA INI NGEJALANG?"
Sama, Sabita tetap diam.
"Cuih, murahan lo!"
Plak!
Sabita menampar Javas. Dia menetap Javas dengan amarah yang menggebu-gebu, cukup. Sabita muak, kenapa kakaknya dengan tega mengatakan dia murahan. Sabita benar-benar tak tahu apa yang terjadi selama ia menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SABITA
Teen FictionDisclaimer: Harsh word, Ignore timestamp, sorry for the typo, 100% fiction!⚠️ "Lo harus pacaran sama Sabita, cewek bisu, selama 21 hari." Semuanya yang ada disana terkejut setengah mati mendengar tantangan yang diberikan Javas. Sama halnya juga deng...