DUKA

87 4 0
                                    

Suasana pemakaman kini sudah sangat ramai diisi dengan isakan dari kerabat dekat Nathan. Tangis Azalea pun tak kunjung renda, seluruh tubuhnya melemas dan hanya bisa mengeluarkan air mata serta isakan.

Tubuh Azalea ternggelam dalam pelukan hangat yang diciptakan oleh Keandra, meski tidak kenal bahkan dekat rasa pilu serta sedih juga dirasakan oleh Keandra.

Beberapa menit berlalu, beberapa Hanna, Ibra, dan juga Edgar serta kerabat juga sahabat dekat telah pulang kerumahnya masing-masing dan hanya menyisakan Azalea, Keandra, juga dengan Ayahanda Nathan, Winata.

"Om", Azalea mendekap erat tubuh Winata, rasa bersalah menghantui Azalea, "Maafin Lea Om, maaf...", isak Azalea tenggelam didalam rengkuhan.

Winata tersenyum, ia mengelus lembut surai hitam milik Azalea, "Gapapa Lea, mungkin ini sudah jalan serta takdir dari Tuhan. Kamu jangan ngerasa bersalah kaya gini ya?, kasian anak kamu", Winata mengelus lembut perut Azalea yang sudah mulai membesar.

Azalea menggeleng, "Kalo bukan karna nolongin Lea, mungkin Nathan masih ada disamping Om. Maafin Lea..maaf..", kata 'maaf' yang hanya bisa diucapkan oleh Azalea berkali-kali.

"Ssttt, udah", Winata mengusap pipi Azalea yang basah akan jejak air mata yang tak hentinya mengalir dari manik cantik Azalea, "Om sudah ikhlas, kamu juga harus ikhlas ya? biar Nathan bisa tenang disana. Udah jangan nangis lagi, nanti cantiknya hilang", Winata tersenyum dan diikuti oleh Azalea.

Azalea tersenyum, "Yasudah kalo gitu, Om duluan ya?, jangan nangis lagi", Winata mencolek hidung Azalea.

"Iya Om, hati-hati", Azalea juga Keandra mencium punggung tangan Winata.

Azalea berjongkok disamping makam Nathan yang masih basah, walau sedikit sulit baginya untuk berjongkok karna perutnya yang membesar, "Nathan", Azalea menahan isakan agar tidak keluar.

"Harusnya lo gk nolong gue hari itu, lo gk perlu ngorbanin diri lo Than...", isakan yang ditahan lolos begitu saja, dada Azalea sangat sesak kali ini, "Anak gue selamat Than, thanks ya. Lo om yang baik buat anak gue".

"Anak gue bangga, punya Om kaya lo. Yang tenang disana ya?, gue akan selalu ngirim doa dan sebut nama lo disetiap doa gue", Azalea mengelus nisan kayu yang bertuliskan 'Nathaniel Alvarez, Lahir : November - 13 - 2003, Wafat : Januari - 29 - 2022'.

"Thanks Than, kamu sudah menyelamatkan istri dan anak saya. Saya akan menepatkan janji saya ke kamu untuk selalu jaga Azalea dan keponakan kamu. Makasih sudah berkorban, saya yakin, Tuhan akan menempatkan kamu ditempat yang layak disana, sleep in peace", satu tetes air mata berhasil lolos dari mata Keandra.

Keandra bangkir dan membantu Azalea untuk berdiri, "Kita pulang ya, kamu pasti cape", Keandra menyelipkan anak rambut yang menutupi wajah cantik Azalea.

Azalea mengangguk, "Gue pamit Than", Azalea mengelus kembali nisan Nathan, ini adalah pertemuan terakhirnya dengan laki-laki yang dulu pernah menjadi kesayangannya.

Pemakaman sudah sepi, tanah merah dengan nisan kayu berwarna putih itu ramai dengan raburan bunga juga beberapa buket bunga.

Sampai akhirnya seorang wanita berbaju putih dengan hijab yang membalut kepalanya dan tak lupa dengan kaca mata hitam yang menyembunyikan manik berair didalamnya.

Wanita itu berjongkok disamping makan Nathan, mengelus nisan dan meletakkan buket bunga mawar didepan nisan, "Hai Nathan, gue datang buat ketemu untuk terakhir kalinya", Wanita itu tersenyum pilu.

Tanganya bergerak membuka kaca mata hitam yang dikenakan, mata merah dan sembab telihat, "Sorry Than, sorry...harusnya yang didalam sini itu Azalea, bukan lo".

GIRL THE COLOR OF LIFE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang