"SYAHLA", pekik Jovan sembari berlari kecil menghampiri Syahla.
Merasa namanya dipanggil, Syahla memutar badannya dan saat itu Jovan sudah ada dihadapannya, "Apaan?".
"Lo mau makan siangkan?, gue mau bareng", ujar Jovan.
Baru saja Syahla ingin menjawab, dari belakang Sisel menghampiri mereka, "Pak Jo", ia memperlihatkan deretan giginya, tanganya menggandeng lengan Jovan, "Makan siang yu", ajaknya.
Jovan melepas gandengan tangan Sisel pada lengannya, tangannya beralih merangkul pundak Syahla, orang yang dirangkul memasang wajah bingung dan memberontak melepaskan rangkulan Jovan, namun nihil tenaga Jovan lebih kuat darinya.
"Sorry Sel, saya makan bareng Syahla", Jovan cengar-cengir, "Ya kan La", Jovan mengguncang pundak Syahla menekankan bahwa Syahla harus menjawab iya.
"Apaansi", bisiknya pada Jovan.
"Jawab iya", bisik Jovan, ia semakin mengeratkan rangkulannya.
"Gue gk mau makan bareng lo", Syahla menarik lengan Jovan dari pundaknya, saat sudah terlepas Jovan malah kembali merangkul Syahla.
"Bilang iya atau gaji lo gue potong", Jovan tersenyum licik.
Syahla melotot saat mendengar bisikan Jovan, ia tersenyum canggung kepada Sisel, "Iya, g-gue sama Pak Jovan mau makan bareng".
"Yaudah, gue ikut kan bisa", ujar Sisel yang langsung dijawab oleh Jovan.
"Gk bisa Sel gk bisa, jadi nanti itu kita makannya ditempat yang bisa berdua doang, nanti kalo lo ikut mau dimana?, mending lo makan sendiri aja ya..oke. Noh makan sama Arman aja oke, dadah", Jovan bergegas pergi menarik Syahla dari hadapan Sisel, Arman yang dimaksud Jovan adalah OB kantornya.
Orang yang namanya disebut oleh Jovan tadi merasa terpanggil dan menghampiri Sisel padahal ia sedang mengepel lantai, "Ada apa Bu?", jawabnya, tangannya menenteng gagang pelan.
"Gk, gada apa-apa, lanjut kerja", Sisel berbalik dan niatnya kembali ke ruangannya, tetapi saat baru saja dua langkah.
Ia terpeleset akibat lantai yang baru saja dipel oleh Arman, "ARMAAANNN!!!", geramnya, "Kalo lantainya masih basah tuh kasih wet floor sign biar gk bikin orang celaka".
"M-maaf Bu, tadi saya mau pasang tapi dipanggil kan sama Ibu", ujar Arman sambil menunduk, ia menahan tawa karna suara Sisel saat terpeleset sangat nyaring.
"Gada yang manggil kamu!, adduuhhh...", rintihnya sambil memegang bagian belakangnya, Arman hendak membantu Sisel untuk berdiri namun Sisel menolak, "Saya bisa sendiri, lanjut kerja, jangan lupa tandanya dipajang", Sisel berjalan seperti orang tua yang asam uratnya kambuh.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRL THE COLOR OF LIFE (Completed)
Fiksi Remaja⛔FOLOW DAN VOTE⛔ be wise in reading. "ʜɪꜱ ꜱᴍɪʟᴇ ɪɴꜱᴛᴀɴᴛʟʏ ᴅɪꜱᴀᴘᴘᴇᴀʀꜱ ᴡʜᴇɴ ʜᴇ ʟᴏꜱᴇꜱ ᴛʜᴇ ᴡᴏᴍᴀɴ ʜᴇ ʟᴏᴠᴇꜱ, ᴛʜᴇɴ ᴛʜᴀᴛ ꜱᴍɪʟᴇ ʀᴇᴛᴜʀɴꜱ ᴡʜᴇɴ ʜᴇ ꜰɪɴᴅꜱ ᴀ ᴡᴏᴍᴀɴ ᴡʜᴏ ᴄᴀɴ ᴍᴀᴋᴇ ʜɪᴍ ʜᴀᴘᴘʏ"