MATCHING

93 4 0
                                    

Waktu bergerak dengan sangat cepat, seluruh pelajar sudah melewati masa ujian, sungguh beban mereka terasa hilang dan bisa bernafas lega.

Untuk merayakan hari yang ditunggu-tunggu, ke empat sejoli pergi ke cafe favorit mereka dan memesan berbagai makan dan minum.

Disaat yang lain memesan makanan terfavorit dimenu cafe, Azalea lebih memilih memakan siomay yang mangkal disisi luar cafe, itulah favoritnya.

"Akhirnya beban yang selama seminggu ini gue tanggung ilang", Clara menghela nafas menyandarkan bahunya pada sandaran kursi cafe.

"Cape gk si, seminggu jadi anak ambis biar dapet nilai bagus pas lulus nanti", Erza sambil menyuap makanan didepannya.

"Iya, tapi semua perjuangan kita pasti bakal terbayar dengan nilai bagus dan memuaskan", Nathan menatap satu persatu temannya.

"AAMMIINNN", kompak mereka.

Saat semuanya sedang berbincang masalah ulangan kamarin, Azalea sibuk menatap layar handphonenya,"Gys, sorry ya gue harus pulang duluan, Papah udah nunggu dirumah katanya mau ngomong sesuatu", Azalea bangun mengambil tasnya.

"Aku anter?", Nathaniel mendongak menatap Azalea.

"Gk usah Than, aku dijemput Kak Jo", Azalea menggendong tas-nya sebelah punggung,"Duluan ya, makasih", Azalea berlari kecil keluar dari cafe.

Menunggu 5 menit didepan cafe akhirnya Jovan datang,"Lama nunggu?", Jovan membuka pintu disebelahnya dari dalam.

"Enggak", Azalea masuk kedalam mobil duduk disamping kursi mengemudi,"Papah mau ngomong apa Kak?", Azalea menatap Jovan menuh pertanyaan.

"Kakak juga gk tau", Jovan mengedikan bahunya lalu melajukan mobilnya.

•••

"Saya ingin menjodohkan kamu dengan anak-nya teman saya", Edgar menatap Keandra serius.

Keandra sempat terkejut atas perkataan Papah-nya namun ia tetap bersikap dingin,"Saya bisa cari perempuan sendiri", ujarnya.

"Bukan itu masalahnya, saya sudah berjanji pada teman saya bahwa anak-nya dan anak saya akan dijodohkan, kami sudah berteman lama bahkan kami mendirikan perusahaan ini bersama-sama, mohon pengertiannya kamu Kean", ujar Edgar paniang lebar pada laki-laki berumur 21 tahun didepannya.

"Anda berjanji pada teman anda tentang itu tanpa persetujuan dari saya?", Keandra, wajahnya sangat datar.

Edgar menghela nafas,"Papah kira kamu akan setuju dengan semua yang Papah lakukan, lagi pula Alm. Mamah kamu sudah memberi wasiat kepada Istri teman saya akan menjodohkan anak-nya", Edgar, kini matanya sendu.

Keandra mengingat sesuatu, apakah Alm. Mamah-nya pernah berbicara seperti itu sebelum menghembuskan nafas terakhirnya?, atau Mamah-nya berucap namun ia tidak mengetahui-nya.

"Saya harap anda tidak berbohong bahwa Mamah memberi amanah untuk menikahkan anak teman anda dengan saya, jika itu yang Mamah ucapkan sebelum pergi, saya terima", ucap Keandra dengan yakin, ia menatap Papah-nya memastikan tidak ada kebohongan.

"You're serious?", Edgar memastikan.

"Is there a lie on my face?", Keandra mengerutkan keningnya.

Edgar tersenyum tipis,"Kamu tidak mencintai bahkan mengenal-nya, mengapa kamu menerima?".

"Yang namanya perjodohan, pasti belum saling mengenal bahkan mencintai. And I accept this, saya ingin melaksanakan amanah dari Mamah saya, lagi pun lama kelamaan love will surely grow", Keandra terus saja menatap mata tajam Papah-nya.

Edgar tersenyum, ia sangat bangga atas sikap dewasa Keandra,"Next week we meet his family".

"The woman is beautiful?", Keandra dengan penasaran.

"Very, cuma umur-nya berbeda tiga tahun lebih muda dari-mu".

"Ah, It does not matter", Keandra menarik sudut bibirnya menjadi lengkungan seperti bulan sabit.

•••

Jovan dan Azalea telah sampai didepan rumah besar dengan car berwarna putih, mereka menaiki satu persatu anak tangga untuk mencapai teras rumah.

Jovan membuka pintu besar rumahnya dan terlihat Papah dan Mamah-nya duduk disofa ruang keluarga, Mamah Hanna menggesernya sedikit tempat duduknya memberi ruang untuk Azalea duduk, Jovan duduk disebrang depan Papahnya.

Mamah dan Papah-nya menatap Azalea dan Jovan bergantian,"Ini ada apasi?", Azalea melirik ketiga orang didepannya, merasa bingung dengan keadaan saat ini.

Ibra menghela nafas,"Papah mau ngomong serius sama kamu", Ibra menatap anak perempuannya.

"Tentang?", Azalea mengerutkan kening.

"Matchmaking".

"WHAT?!, Pah, Papah yang bener aja, ngapain segala jodoh-jodohin aku, aku bisa cari cowo sendiri Pah. Lagi pula aku punya pacar", ujar Azalea dengan suara gemetar, sangat syok atas perkataan Papah-nya barusan.

"Azalea, Papah sama teman Papah udah ngerencanain ini dari kita masih awal merintis perusahaan. Kita udah sepakat buat menjodohkan anak kita", Ibra menatap mata sendu Azalea.

"Pah, aku kan punya Nat-".

"Papah harap kamu menerima perjodohan ini, selain kesepakatan, perjodohan ini juga udah diwasiatin oleh istrinya teman Papah yang sudah meninggal Lea. Papah merasa bersalah kalo sampe gk nepatin permintaan terakhirnya".

"Papah, Mamah, berteman sangat baik sama mereka. Bahkan waktu Papah sedang tertimpa musibah mereka yang bantu, mereka mengajak Papah bekerja sama untuk membangun perusahaan besar, sekatang cita-cita kita untuk mempunyai perusahaan masing-masing sudah tercapai, hanya satu cita-cita kita yang belum tercapai yaitu menyatukan anak kita", mata Ibra yang bergetar terus saja menatap manik mata Azalea yang tertunduk.

"Aku gk kenal orang itu Pah, aku gk cinta sam orang itu", Azalea mengangkat kepalanya menatap Ibra.

"Minggu depan kita mengadakan pertemuan sekalian kamu berkenalan, urusan cinta pasti akan datang kapan saja, kalo kamu merasa nyaman sama dia pasti lama-lama rasa itu akan tumbuh Lea".

"Lea..ikutin permintaan Papah ya?, Mamah janji orang itu akan jaga Lea dengan benar, akan menyayangi Lea seperti Mamah menyayangi kamu", Hanna mengelus lembut surai hitam Azalea.

"Iya De, kamu ikutin kata Papah ya?, kamu coba nyamanin dulu sama orang itu, kalo dia bikin kamu sakit hati dia akan berurusan sama Kakak", Jovan berusaha membantu untuk membujuk Azalea, Jovan belum mengetahui siapa yang akan dijodohkan dengan Adik kesayangannya.

Azalea menghela nafas,"Nathan gimana?, aku gk mau bikin dia sakit hati karna perjodohan ini".

"Undang Nathan kesini besok ya?, Papah akan bicara baik-baik sama dia", Ibra berbicara dengan nada lembut.

"Papah gk akan marahin Nathan kan?", Azalea menatap Papah-nya khawatir, ia takut jika besok Ibra malah membentak Nathan dan menambah goresan pada hatinya.

Ibra bangun, ia duduk disamping Azalea mengusap surai hitam anaknya,"Papah hanya ingin menjelaskan semuanya sama Nathan, Papah janji akan bicara baik-baik sama dia. You accept this matchmaking?".

"Yes I accept", Azalea tersenyum.

Ibra ikut tersenyum bahagia, tandanya ia bisa memenuhi cita-cita dan wasiat Felly, Alm. Mamah Keandra.

GIRL THE COLOR OF LIFE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang