"Apa aku bisa menjadi seperti Sayyidah Fatimah untuk seseorang?"
"Kamu tidak perlu menjadi Sayyidah Fatimah hanya untuk mendapatkan seseorang, karena di jaman sekarang tidak ada orang yang seperti Sayidina Ali bin Abi Thalib. Cukup menjadi dirimu se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Adhisti kembali melirik ponselnya, di hitung-hitung sudah sepuluh kali ia bolak-balik melihat ponsel tetap saja tak ada pesan masuk dari sang dosen. Ia tatap default picture milik Raka, disana nampak foto dua wanita berbeda usia yang sedang memegang bunga. Salah satunya pernah ia lihat di Narart Company beberapa bulan lalu. "Apa Pak Raka belum punya kekasih ya?" pikir Adhisti.
Adhisti mengetuk-ngetuk kuku jarinya di meja kantin ia sungguh sangat kesal , ada apa dengan dosennya, ia merasa sang dosen menghindarinya. Apa kah dia membuat kesalahan atau pak Raka sedang sibuk. Terakhir kali ia melihat Raka di pesantren, entah apa yang pria itu lakukan di sana Adhisti mengubur semua rasa penasarannya saat itu. Ia berharap bisa melihat Raka kembali, akan tetapi guru sang ayah kembali ke rumah tanpa Raka.
Gadis itu melirik jam tangan miliknya, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Sungguh gila, ia sudah hampir dua jam menunggu kabar Raka, berharap Raka akan membalas pesan. Adhisti yang sudah kehabisan kesabaran akhirnya membuka room chat Raka dan kembali mengirimi pesan.
Pak Raka:
Assalamualaikum Pak ... Bapak bisa ke kampus? ... Saya hanya ingin meminta waktu Bapak sebentar saja ...
Begitulah isi rentetan pesan yang Adhisti kirim, tidak butuh waktu lama Raka terlihat sedang online. Namun, sama sekali tidak membuka pesan darinya.
"Bagaimana ini Ren? Dia mengirim pesan lagi," Raka bertanya pada Rendy yang tengah menyuruh karyawan menyiapkan dua box makan siang, ya Raka memang sedang bersama dengan Rendy di sebuah cafe. Lebih tepatnya cafe milik Rendy.
"Pusing gue ngurusin lo, udah kek anak perawan. Punya masalah tuh diberesin, mau sampai kapan dihindarin terus itu anak orang? udah temuin sono bila perlu tikung, janur kuning belum melengkung. Kalo pun udah melengkung tinggal nunggu bendera kuning berkibar usaha perjuangin. Gara-gara ngurusin lo, teh punya gue jadi gak nyelup-nyelup." Rendy uring-uringan karena hampir tiga bulan ini dia sampai melupakan kencan dengan wanita-wanitanya.
Raka menarik nafas panjang, meski ucapan Rendy kasar tapi ada benarnya juga. Mau sampai kapan dia menghindar, Akhirnya Raka membuka chat room milik Adhisti. Setelah mengucapkan basmallah Raka mulai mengetik balasan.
Raka:
Waalaikumsalam ... Maaf hari ini saya tidak ke kampus ... Kamu bisa datang ke cafe yang dekat lampu merah sebelum kampus ...
Adhisti:
Ok ...
Mendapat balasan dari Raka suasana hati Adisti langsung berubah, entah karena laporannya akan di periksa atau karena bisa bertemu dosen pembimbingnya. Lima belas menit kemudian Adhisti sudah sampai di cafe yang di maksud Raka. Ia berjalan menuju tempat duduk sang dosen.