❄️❄️❄️
Rendy sampai di kampus Delia tepat sehabis azan Zuhur, ia mengambil ponsel di saku celananya lalu mencari nomor Delia dan langsung mendialnya.
"Assalamualaikum, Dek, kamu dimana?" Rendy bertanya dengan nada bicara yang sangat lembut.
"Oh oke, tunggu sebentar Mas ke sana sekarang ya. Kita salat bareng." Rendy mematikan telponnya langsung menuju ke tempat Delia berada.
"Ko Mas bule yang jemput aku, Mas Raka kemana?" Pertanyaan itu yang pertama kali keluar dari mulut Delia.
"Masmu sedang menjalankan misi," ucap Rendy.
"Misi apa, Mas?" Delia penasaran.
"Misi mendapatkan kakak ipar untukmu, udah ayo cepat salat. Habis itu makan, Mas bawa makan siang untuk kamu. Atau mau Mas imamin?" Rendy berucap dengan senyum penuh arti.
Rendy memang diam-diam mengidamkan Delia. Namun, Rendy sadar dia bukan pria yang tepat untuk Delia. Dia fakir ilmu, tidak tahu apa-apa soal agama islam, bahkan dia sekarang masih mencicil ruangan di neraka untuk tempatnya tinggal. Mana bisa sebanding dengan Delia yang bahkan seorang Hafidzah.
Setelah salat dan makan siang Rendy mengantarkan Delia pulang, pria blasteran Indonesia-Belanda itu langsung menuju NarArt Company untuk mengambil berkas.
Rendy baru memasuki lobby saat Attar datang dengan raut wajah yang tak terbaca, Attar menghampiri Rendy langsung memberikan berkas yang diminta pria itu.
"Muka lo kenapa?"
"Bang, boleh nanya gak?" Attar malah balik bertanya.
"Gue sibuk, Tar. Nanyanya besok-besok aja lah."
"Ini penting, Bang." Attar sedikit memaksa.
Rendy berpikir untuk beberapa detik, "Ya udah kemon, lo ikut gue ketemu client, di mobil lo bisa nanya sepuas lo."
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, di dalam sana ada dua pemuda yang berbeda status tengah melakukan sesi tanya jawab.
"Ini siapa, Bang?" Attar bertanya sambil menunjukan foto dua pria paruh baya yang tampak akrab.
"Lo motret dari mana ini foto?"
"Dari ruangan big boss tadi," jawab Attar jujur.
"Hadeuhh lo mah. Gue nyuruhnya apa, lo malah ngerjainnya apa." Rendy sudah bingung ingin menjawab apa, ia tahu Attar bukan pemuda yang bodoh.
"Gak sengaja liat, Bang. Pas tadi lagi nyari berkas." Attar nyengir menunjukkan giginya yang rapi.
"Itu foto kakeknya bos lu sama sahabatnya."
"Lah itu foto Abah gue, Bang. Berarti Abah gue sahabatan sama kakeknya si boss? Terus Pak Faruq juga sahabat sama bokap gue, Bang?"
"Ya iya lah, lo bisa masuk ke sini juga karena bokap lo," Rendy kelepasan, ia cepat-cepat menutup mulutnya karena merasa sudah salah bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tisyabina Adhisti || Kim Jisoo - Kim Mingyu || TERBIT
Romance"Apa aku bisa menjadi seperti Sayyidah Fatimah untuk seseorang?" "Kamu tidak perlu menjadi Sayyidah Fatimah hanya untuk mendapatkan seseorang, karena di jaman sekarang tidak ada orang yang seperti Sayidina Ali bin Abi Thalib. Cukup menjadi dirimu se...