❄️❄️❄️
"Kenapa kamu meminta dua hal itu, Sayang?" tanya Maya ketika keluarga calon besannya sudah berpamitan.
"Dua benda itu yang akan menemani sisa hari-hariku, membersamainya dalam ketaatan. Insyaallah. Semoga Aku nggak nyusahin Pak Raka, nggak ngebebanin Pak Raka juga. Aku banyak gak taunya dari pada taunya, Bun."
"Masya Allah, Bunda seneng dengernya, Nak. Akhirnya kamu mau membuka hatimu. Bunda doakan semoga semuanya lancar, dan rumah tangga kamu selalu dalam lindungan Allah. Bahagia selalu ya, Sayang." Maya memeluk sang putri.
"Aamiin, Bun. Aamiin, terima kasih, Adhisti sayang sama Bunda."
"Bunda juga sayang sama kamu, Nak. Sayang banget."
Sore harinya Adhisti sudah di perbolehkan pulang, hal yang sangat Adhisti rindukan yaitu bisa berguling-guling di atas ranjangnya sendiri. Ia langsung teringat dengan ponsel miliknya yang sudah tiga hari tak ia sentuh, akhirnya Adhisti mengaktifkannya kembali siapa tahu ada pesan dari seseorang yang sekarang bisa Adhisti sebut calon suami. Ada beberapa pesan singkat yang masuk diantaranya dari grup skripsi dan lain-lain, akan tetapi hingga tiga puluh menit Adhisti menunggu tidak ada satu pun pesan dari Raka.
Ia buka room chat Raka yang terlihat tengah online, apa-apaan Raka ini. Apa ini sikap seorang calon suami? Sangat cuek sekali apa mentang-mentang mereka tidak boleh bertemu jadi mengirim pesan pun tidak Raka lakukan.
Dengan kesal Adhisti mengetik sesuatu, berniat untuk meluapkan kekesalannya tanpa ingin mengirimkannya.
Adhisti:
Apa gak ada ucapan selamat gitu atas kembalinya ke rumah.Lalu suara ketukan pintu disusul suara Mba Sari yang menyuruhnya turun mengagetkan Adhisti, tanpa sengaja ponsel miliknya jatuh. Ketika sedang mengambil ponsel pesan yang seharusnya Adhisti hapus malah terkirim kepada sang calon suami dan langsung berubah menjadi centang biru.
Adhisti meruntuki kebodohannya, bukannya mendapat balasan pesan singkat Adhisti justru mendapatkan sebuah panggilan video call dari Raka.
Adhisti langsung gugup bercampur bingung. Ia harus menerima atau mendiamkannya, akhirnya karena malu Adhisti mendiamkan saja ponselnya berdering hingga berhenti sendiri. Kemudian tak butuh waktu lama tiga notifikasi masuk berurutan,
Raka:
Assalamualaikum, Adhisti
Selamat beristirahat
Dan sampai bertemu satu minggu lagi.Adhisti:
Waalaikumsalam, Pak
Maaf Pak Raka tadi salah pencet.Raka hanya bisa tersenyum melihat balasan dari Adhisti, ia sebenernya sudah menahan diri untuk tidak menghubungi wanitanya. Namun, malah Adhisti sendiri yang menghubungi Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tisyabina Adhisti || Kim Jisoo - Kim Mingyu || TERBIT
Romance"Apa aku bisa menjadi seperti Sayyidah Fatimah untuk seseorang?" "Kamu tidak perlu menjadi Sayyidah Fatimah hanya untuk mendapatkan seseorang, karena di jaman sekarang tidak ada orang yang seperti Sayidina Ali bin Abi Thalib. Cukup menjadi dirimu se...