Adhisti 25

226 27 0
                                    

❄️❄️❄️

Pengantin baru itu sampai di kediaman Abi Faruq sekitar pukul sepuluh malam, Raka kira semua orang sudah tidur. Namun, saat Raka membuka pintu utama dan mengucap salam tampak orang tua dan adiknya langsung menyambut Adhisti.

"Aku kira Mbak gak jadi langsung pulang kesini," keluh Delia, ia langsung memeluk Adhisti.

Adhisti tersenyum membalas pelukan adik iparnya. "Aku udah janji kan langsung ke sini."

Empat hari yang lalu Adhisti memang diajak Umi Dahlia serta Delia berbelanja kebutuhannya untuk seserahan agar sesuai selera Adhisti, dan Adhisti mengutarakan keinginannya untuk tinggal di rumah Abi Faruq bahkan sampai berjanji kepada Delia.

Umi Dahlia sudah memberi saran untuk Raka dan Adhisti tinggal di rumah mereka sendiri agar lebih leluasa, akan tetapi Adhisti menolak. Ia ingin lebih dekat dengan sang mertua dan adik iparnya, Adhisti tak ingin kesepian.

"Sudah, Dek. Kasian itu mbakmu, lebih baik kamu ambilkan piyama tidur biar Mbakmu bisa langsung istirahat," ucap Umi Dahlia seraya mengusap punggung menantunya.

"Aku ambil bajuku dulu ya, Mba. Besok kita shopping lagi nyari-nyari baju buat Mba." Pamitnya, Delia membalikkan tubuhnya menatap sang kakak "Ingat ya, Mas! besok temenin kita shopping." Setelah berkata Delia langsung pergi ke kamarnya.

Raka yang duduk di samping sang abi hanya menatap pasrah, dalam benaknya sudah terbayang bagaimana akan jadinya besok. Tiap dirinya menemani Umi dan adiknya berbelanja saja dia sudah kewalahan apalagi sekarang ditambah satu orang lagi.

Abi Faruq hanya tersenyum melihat anak sulungnya, lalu berganti menatap sang menantu. "Semoga kamu nyaman tinggal di sini ya, Nduk." Adhisti hanya mengangguk entah kenapa meski Abi Faruq sudah bebicara lembut ada rasa segan dan canggung di dalam hati Adhisti. "Abi istirahat duluan, Mas," lanjut Abi Faruq berpamitan kepada Raka.

"Nggih, Bi," jawab Raka.

"Lebih baik kalian juga beristirahat, pasti cape kan? Ajak istrimu ke kamar, Mas."

"Nggih, Mi." Raka beranjak lalu menatap istrinya. "Ayo, kamu pasti kelelahan kan?" ajaknya.

Adhisti berjalan di belakang Raka, mengikuti kemana pun kaki suaminya melangkah. Ketika sampai di kamar Raka langsung menyalakan tombol lampu yang berada di dinding dekat pintu, suasana monochrome yang kental dengan sosok laki-laki langsung menyambut Adhisti. Raka menyimpan koper milik Adhisti di pojok kamar, aura canggung mulai terasa. Adhisti pun hanya berdiri sambil terus menundukkan kepalanya.

"Sepertinya kamu belum membersihkan diri, sebaiknya kamu mandi dulu. Agar bisa tidur nyenyak." Raka melihat Adhisti masih mengenakan pakaian ketika ijab qabul tadi.

"Kamar mandinya di sebelah sana," ujarnya menunjukkan letak kamar mandi yang ada di sisi kanan.

"Baik, Pak." Adhisti gegas memasuki kamar mandi. Jantungnya sudah tidak baik-baik saja.

Raka langsung merebahkan tubuhnya di ranjang, tak lama terdengar suara pintu di ketuk dan ternyata Delia yang menyodorkan piyama untuk Adhisti. Raka langsung mengetuk pintu kamar mandi bermaksud untuk memberikan piyama itu pada sang istri.

Pintu terbuka hanya secelah, terlihat tangan Adhisti yang keluar meminta piyamanya. Raka lekas memberikan dan pintu kamar mandi langsung tertutup rapat.

"Astagfirullah gini amat," gumam Raka.

Raka bingung harus melakukan apa akhirnya membongkar koper milik Adhisti yang di dalamnya hanya ada sebuah laptop, satu pouch berisi kebutuhan Adhisti, satu buah buku catatan serta dua buah baju, bisa Raka pastikan itu adalah baju yang Adhisti dapat dari hantarannya. Raka langsung memindahkan pakaian milik sang istri ke dalam lemarinya, ia sisihkan pakaian miliknya agar pakaian Adhisti memiliki tempatnya sendiri.

Tisyabina Adhisti || Kim Jisoo - Kim Mingyu || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang