Adhisti 21

151 18 4
                                    

❄️❄️❄️

"Apa kamu yakin? Kamu sudah mendengar sendiri kondisi Adhisti dari dokter yang menanganinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa kamu yakin? Kamu sudah mendengar sendiri kondisi Adhisti dari dokter yang menanganinya. Saya tidak mau Adhisti menjadi beban untukmu," tutur Pandu, ketika Raka meminta bicara sebelum pemuda itu izin pulang. Jujur saja ia semakin ragu, Pandu tidak ingin mengecewakan Raka laki-laki baik itu harusnya memiliki istri wanita yang sehat.

"Adhisti tidak akan pernah menjadi beban saya, apapun yang terjadi saya akan tetap meminta dia menjadi pendamping saya. Saya tidak bisa menjanjikan kebahagiaan selamanya untuk Adhisti, tapi saya siap menjadi tameng pelindung bagi Adhisti untuk selamanya, Pak."

"Baiklah, jika kamu memaksanya. Kapan kiranya orang tuamu akan datang ke rumah?" Pandu bertanya.

"Besok malam orang tua saya akan datang untuk melamar." Raka tak lagi memikirkan apakah Adhisti mau atau tidak menjadi istrinya, yang ada dalam benaknya sekarang hanyalah cepat menjadikan Adhisti sebagai mahramnya.

Ia tak ingin membuang waktu lagi, sudah cukup selama ini Raka membuang waktu percuma. Bayangan Adhisti bisa pergi kapan saja menghantuinya meski ia tahu umur adalah rahasia Allah, tetapi ia ingin Adhisti menjadi istrinya.

Matahari sudah tinggi ketika Raka memasuki lobby NarArt, ia abaikan semua sapaan karyawan-karyawannya dan berlalu memasuki lift, tujuannya sekarang adalah ruangan Rendy. Raka harus bicara dengan Rendy soal ini, akan tetapi ketika Raka membuka pintu Rendy tak sendirian di sana, ada Attar dan Kellin yang sepertinya tengah membahas sesuatu. Semua pasang mata menatapnya, seakan bertanya ada apa.

Raka duduk di kursi single dengan mengeluarkan aura seriusnya dan menyuruh mereka melanjutkan aktivitasnya "Silahkan lanjutkan saja."

Kellin tentu langsung memasang wajah anggun dan cantik agar Raka mau meliriknya, ia busungkan dada yang berbalut kemeja ketat dengan dua buah kancing atas dibiarkan terbuka. Attar yang melihatnya langsung bergidik ngeri sedangkan Rendy hanya bisa tersenyum, dalam pikiran Attar langsung tercetus the real of belatung nangka.

Tiga puluh menit Raka menunggu dengan mata tetap fokus pada laptop di pangkuannya, terlihat raut kecewa dalam wajah Kellin karena aksinya gagal. Saat Kellin sudah pergi, Rendy menyuruh Attar tetap tinggal dan memesan makan siang untuk mereka bertiga.

"Lo sibuk amat, ngerjain proyek mana?" tanya Rendy.

"Ini bukan proyek, Ren."

"Jangan bilang lo terlalu rajin sampe liatin laptop hampir setengah jam cuma buat ngalihin perhatian dari si Kellin."

"Apa saya sangat kurang kerjaan sampai melakukan hal itu?" Raka geram.

"Lah terus apaan?"

"Ini skripsi Adhisti, saya sedang mengeditnya."

"Apa?" teriak Rendy dan Attar bersamaan. Attar sungguh tak percaya seorang Caraka Nararya yang ia kenal dingin, dan susah di tebak mau melakukan hal seperti itu hanya demi seorang wanita, dunia ini sungguh sudah gila.

Tisyabina Adhisti || Kim Jisoo - Kim Mingyu || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang