Adhisti 16

140 18 0
                                    

❄️❄️❄️

Mentari seperti tengah memamerkan keindahannya, terbukti langit kota Jakarta pagi ini sangat cerah dengan semburat biru membentang tanpa ada sedikit pun awan yang menutupi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mentari seperti tengah memamerkan keindahannya, terbukti langit kota Jakarta pagi ini sangat cerah dengan semburat biru membentang tanpa ada sedikit pun awan yang menutupi.

Seorang gadis dengan rambut tergerai tengah melangkah menyusuri jalan di kampusnya, kulitnya yang putih semakin bersinar terkena pantulan cahaya matahari. Ia lewati satu persatu koridor hingga tiba di depan sebuah ruangan untuk mencari seseorang yang merupakan dosen pembimbingnya. Namun, setelah melihat ke dalam ruangan pun bertanya pada beberapa orang yang ada di sana, gadis itu tak menemukan seseorang yang dicarinya itu.

Adhisti sengaja mencari Raka karena ia ingin meminta maaf sekaligus ingin menanyakan soal pengajuan judul skripsinya yang di ACC atau tidak, pasalnya ia sudah mulai mengerjakan dua bab awal dari skripsi itu jika tidak di ACC maka dia harus mengganti judul dan mengulang lagi dari awal.

Gadis itu bingung harus mencari sang dosen kemana, apakah ia harus pergi ke NarArt atau ke cafe tempo hari? Adhisti memutuskan pergi ke perusahaan yang menjadi tempat magangnya itu dan berharap bisa bertemu Raka.

Saat tiba di NarArt yang bisa Adhisti temui hanya sahabat dari sang dosen, mau tak mau akhirnya Adhisti bertanya kepada bule yang memiliki gelar cassanova itu.

"Bapak yakin Pak Raka tidak ada di sini?"

"Iya, apa kamu tidak menghubungi ponselnya?" Yang di jawab gelengan oleh Adhisti.

Rendy menyeringai, ia jadi memiliki ide yang mungkin bisa membantu Raka mendapatkan gadis pujaannya.

"Berarti kamu juga nggak tau kalau Raka masuk rumah sakit?"

"Hah? Pak Raka sakit apa?" Adhisti mulai khawatir.

"Entahlah, akhir-akhir ini Raka susah makan. Makanan seperti nggan masuk ke dalam tenggorokannya, dia sudah seperti tak memiliki semangat hidup. Abi dan uminya berniat membawa Raka pengobatan ke luar negeri." Rendy bercerita dengan wajah serius sampai-sampai Adhisti terlihat sangat percaya oleh perkataan pria itu.

Dalam hati ,Rendy sejujurnya kasihan melihat raut wajah Adhisti yang berubah sedih dan dipenuhi kekhawatiran. Namun, ia juga ingin tertawa karena aktingnya terlalu di dramatisir.

Raka memang sedang tidak berada di NarArt hari ini, tetapi ia tidak sakit. Raka tengah menemui client di luar dan izin tidak kembali ke NarArt karena hendak mengantar sang umi menjenguk sahabat sang abi.

"Apa separah itu, Pak? Sampai harus ke luar negeri?" Adhisti sudah ingin menangis membayangkan kondisi Raka.

"Maaf Adhisti saya harus kembali bekerja. Jika kamu mencari Raka hanya untuk menanyakan soal skripsimu, lebih baik lain waktu saja. Karena Raka saat ini ingin fokus kepada kesehatannya." Rendy memutar badannya memunggungi Adhisti, ia menghitung sampai tiga di dalam hatinya sambil berjalan pelan meninggalkan Adhisti berharap gadis cantik itu akan memanggil namanya kembali.

Tisyabina Adhisti || Kim Jisoo - Kim Mingyu || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang