Adhisti 04

217 28 1
                                    

❄️❄️❄️

❄️❄️❄️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mobil silver milik Abi Faruq tengah melaju membelah jalanan ibukota menuju bandara internasional Soekarno Hatta, hari ini tepat seminggu setelah percakapannya dengan sang abi di teras depan rumah mereka.

Di sampingnya terlihat seorang gadis imut berhijab dusty tengah menatap lurus ke depan, sedangkan di kursi belakang abi duduk bersisian dengan umi yang tengah memberi wejangan kepada sang adik sepanjang jalan hingga mereka tiba di bandara.

"Inget ya, Dek, pesan Umi. Jaga diri baik-baik saat Umi dan Abi gak ada." Umi Dahlia masih saja memperingati anak gadisnya meski sekarang sudah waktunya mereka cek-in. Ini bukan kali pertama untuk Umi Dahlia dan Abi Faruq meninggalkan anak gadisnya, tetapi rasa khawatir tentu selalu ada di hati umi.

"Sudah, Umi, sudah. Insya Allah mereka akan saling menjaga, lagi pula ada Raka yang pasti akan jagain Delia. Abi sama umimu pergi dulu ya, Assalamualaikum,"
Abi Faruq mengulurkan tangannya dan di sambut oleh kedua anaknya.

"Waalaikumsalam, hati-hati, Abi Umi," ucap keduanya, sambil bergantian mencium tangan orang tuanya.

Saat kembali ke mobil Raka teringat jika abinya sudah tiga hari tak datang ke perusahaannya, itu berarti hari ini dia yang harus ke kantor untuk memantau dan tentunya melihat keadaan seseorang.

"Mas mau ke kantor abi sebentar, Adek mau Mas antarkan kemana?"

"Adek ikut aja, Mas, cuma sebentar kan? Adek gabut di rumah sendirian."

Raka melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang, sebentar lagi sudah waktunya azan Dzuhur. Lebih baik dia mengajak sang adik makan siang di salah satu kedai atau cafe terdekat dan melaksanakan kewajibannya, setelah itu baru ke kantor sang abi.

"Kita cari tempat makan dulu, sebentar lagi juga udah masuk waktu Dzuhur," ucap Raka, dan hanya mendapat anggukan dari Delia.

Sikap Delia tak jauh berbeda dari sang kakak berbicara hanya seperlunya saja, namun ketika dia kesal suara cempreng itu tak akan berhenti berbicara hingga rasa kesalnya hilang, dan itu hanya ia tunjukan kepada sang umi, abi dan juga Masnya.

Setelah makan siang, melakukan salat Dzuhur dan sedikit bermacet-macetan akhirnya kedua anak Abi Faruq sampai di Narart Company.

Raka dan Dela mulai memasuki lobby kantor dengan berjalan bersisian, petugas resepsionis dan semua karyawan yang berpapasan mencoba menyapa mereka dengan menyapa, memberi salam bahkan memberikan senyuman. Namun, hanya Delia yang memberi senyuman sebagai tanda balasan untuk sapaan mereka, Raka? Jangan di tanya, dia hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi dan terus berjalan hingga ada seseorang menabrak dadanya.

❄️❄️❄️

Dukk ...

"Aduh! Maaf, saya tidak sengaja. Saya minta maaf," cicit seseorang yang menabraknya.

Tisyabina Adhisti || Kim Jisoo - Kim Mingyu || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang