❄️❄️❄️
"Adhisti!" teriak Raka berlari merengkuh tubuh yang sedikit lagi menyentuh lantai.
Memang sejak masuk ke ruangan sang abi, mata Raka tidak pernah lepas dari Adhisti. Saat gadis itu melangkah menuju pintu pun Raka tetap menatapnya, dan ketika Adhisti mulai kehilangan kesadarannya Raka langsung berlari.
"Aduh ini gimana, Mas?" tanya Delia panik.
"Bawa ke rumah sakit. Ayo buruan!" Rendy tak kalah paniknya, Raka dengan sigap menggendong Adhisti dan langsung membawanya ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Rendy langsung berlari ke dalam dan sesaat kemudian ia sudah kembali bersama tiga orang petugas dan sebuah brankar. Raka yang masih menggendong Adhisti langsung menidurkannya di brankar lalu ia dan Delia mengikutinya dari belakang, sedangkan Rendy kembali ke mobil dan mencari lahan parkir yang kosong.
Di IGD Raka tak bisa ikut masuk, tetapi tak lama ada seorang perawat yang keluar lalu mendekatinya.
"Bapak suami dari pasien?" tanya si perawat. Tentu saja Raka bingung harus menjawab apa.
"Bukan, saya walinya," jawab Raka. Rasanya ia ingin mengiyakan saat sang perawat tadi bertanya, akan tetapi ia sadar di sampingnya ada sang adik. Jika dia mengiyakan otomatis gadis itu akan melaporkannya kepada sang umi.
"Pasien pingsan sejak kapan, Pak?"
"Setengah jam yang lalu."
"Apa pasien punya riwayat sakit atau ada benturan di kepala saat jatuh tadi?"
"Kalo benturan sepertinya gak ada, tapi dia punya riwayat sakit thalassemia."
"Baik, terima kasih, Pak. Kami akan segera mengecek darahnya," ucap suster, lalu beranjak memasuki ruangan IGD.
Setengah jam kemudian, perawat tadi menghampirinya kembali. Dia mengucapkan kata-kata yang membuat Raka semakin bingung dan cemas, bagaimana tidak perawat itu bilang kalau hasil tes darah Adhisti sudah keluar. Dan transfusi darah sudah bisa dilakukan sejam setelah hasil tes keluar, akan tetapi pihak rumah sakit tidak memiliki stok golongan darah yang Adhisti butuhkan. Cara satu-satunya Raka harus mencari golongan darah yang Adhisti butuhkan ke PMI terdekat dan sekarang Adhisti tengah mengalami penurunan kesadaran.
"Dek, Adek sendirian dulu di sini gak apa-apa'kan?" tanya Raka kepada sang adik.
"Mas mau nyari PMI terdekat dulu," lanjutnya, meski pikirannya sedang kalut Raka mencoba tetap memasang wajah tenang di hadapan adiknya.
"Gak apa-apa, Mas. Asal setelah semua ini beres Mas harus cerita." Delia mencoba mengerti, walaupun di dalam hatinya dia sungguh sangat penasaran.
"Iya ..." Raka tersenyum mengusap ujung kepala adiknya yang di tutupi hijab lalu melangkah pergi, ia lalu mengeluarkan ponselnya untuk menelpon sang sahabat yang entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tisyabina Adhisti || Kim Jisoo - Kim Mingyu || TERBIT
Romance"Apa aku bisa menjadi seperti Sayyidah Fatimah untuk seseorang?" "Kamu tidak perlu menjadi Sayyidah Fatimah hanya untuk mendapatkan seseorang, karena di jaman sekarang tidak ada orang yang seperti Sayidina Ali bin Abi Thalib. Cukup menjadi dirimu se...