Bab 4❄️

12 2 0
                                    

Raut wajah Marsel pun berubah ketika melihat Vilia dan Fano yang sedang asik berdua. Marsel tidak suka melihat Vilia tertawa dan tersenyum bersama lelaki lain selain dirinya. Ia melangkahkan kakinya menuju kelas namun tiba-tiba pergelangan tangannya di cekal oleh seseorang. Marsel melihat orang yang mencekal tangannya ternyata Desi, perempuan yang tak pernah berhenti menggejarnya. Marsel pun merasa jengah melihat tingkah Desi dari kelas 10 sampai saat ini. Sudah beribu kali ia menolak tapi Desi tak pernah malu atau memang tak punya urat malu?. Entahlah kepala Marsel pening memikirkannya.

"Sel, aku bikinin kamu bekal. Kamu makan ya," ucap Desi menggandeng tangan Marsel.

"Gak," tolak Marsel dingin lalu pergi meninggalkan Desi.

"Ihh, Marsel. Kamu kenapa sih? selalu ginin aku," ucap Desi mentap punggung Marsel yang telah jauh.

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Marsel menyambar tasnya lalu melangkah menuju ke kelas Vilia. Selesai merapikan buku, Vilia keluar bersama Tasya. Ia terkejut melihat Marsel yang bersandar pada tembok memasukan kedua tangannya ke dalam kantong celana. Marsel terlihat lebih tampan!.

"Sel, lu ngapain?" tanya Vilia binggung melihat tingkah Marsel saat ini.

"Bareng les," ajak Marsel menggengam pergelangan tangan Vilia lembut.

"Tasya, gue bareng Marsel gapapa kan?" tanya Vilia.

"I..I...Iyaa engga apa-apa. Sampe ketemu di tempat les sel, vi," jawab Tasya melangakah pergi.

Marsel dan Vilia memang sahabatan sejak SMP. Mereka bisa dibilang dekat sekali, tetapi baru kali ini Marsel menggegam tangan Vilia. Sungguh Vilia pusing dengan tingkah lelaki di sampingnya ini. Semacam bungluon yang suka berubah-rubah.

"Sel, lu kenapa sih?" tanya Vilia berjalan mengikuti arah langkah Marsel yang masih menggengam tangannya.

"Engga apa-apa,," jawab Marsel datar.

Sesampai di parkiran motor banyak siswa- siswi yang melihat Marsel dan Vilia bergandeng tangan. Marsel pun menatap tajam orang yang melihatnya. Ia paling benci menjadi pusat perhatian banyak orang.

"Udah, gak usah di liatin," ucap Marsel sambil memakaikan helm pada Vilia.

"Iya," balas Vilia lalu tersenyum. "Udah?" tanya Marsel.

"Udah, ayo," jawab Vilia yang sudah berada di atas motor ninja Marsel.

Marsel melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menembus keramian Ibu Kota yang padat. Tiba-tiba Marsel mengerem motornya mendadak membuat Vilia terkejut, sontak langsung memeluk tubuh Marsel sangat erat. Mata Marsel melirik ke bawah melihat tangan Vilia melingkar di pinggangnya tersenyum simpul. Nyaman batin Marsel.

"Ada apa sih Sel? kok lu rem mendadak," tanya Vilia melepaskan pelukannya.

"Ada kucing lewat," jawab Marsel.

"Masa sih? mana kucingnya," tanya Vilia penasaran.

"Itu," jawab Marsel sambil menunjukan kucing di depan motornya lalu tersenyum di balik helmya.

Hari ini gue fix suka sama kucing. Berkat Lo Vilia meluk gue Batin Marsel.

"Maaf ya sel. Gue peluk lu tadi. Soalnya lu rem mendadak sih," ucap Vilia.

"Iya, engga apa-apa vi. Lu peluk lagi juga boleh," kekeh Marsel.

"Ihh, lu mah maunya," ucap Vilia memanyunkan bibirnya.

"Lanjut jalan lagi ya," ucap Marsel.

"Iya," balas Vilia.

Marsel melanjutkan perjalanannya menuju tempat les. Setelah menempuh perjalalanan yang lumayan jauh motor Marsel tiba di tempat les. Vilia dan Marsel langsung melangkah masuk melihat Tasya yang sedang serius belajar.

"Tasya, lu kok cepet banget sampainya?" tanya Vilia.

"Iya, tadi gue di anter Abang," jawab Tasya.

"Kak Icha mana?" tanya Marsel melihat sekitar.

"Ada, di dalem," jawab Tasya.

"Kalian kok lama banget sih datengnya," omel Kak Icha.

"Iya, kak. tadi ada masalah sedikit," balas Marsel di ikuti anggukan secara bersamaan oleh Vilia.

Setelah usai Kak Icha menjelaskan pelajaran Matematika bagian trigonometri pada Marsel, Vilia dan Tasya. Lalu mereka mengerjakan soal yang di berikan oleh Kak Icha. Bila yang sudah selesai mengerjakan boleh pulang terlebih dahulu. Sehingga membuat mereka bertiga berlomba-lomba untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan.

"Kak, ini sudah selesai," seru mereka bersamaan. "Oke, kalia boleh pulang," ucap Kak Icha sehabis memeriksa jawaban.

Marsel, Tasya, dan Vilia dengan cepat merapikan bukunya. Sudah tidak sabar untuk segera pulang. "Lu balik sama siapa, Tas?" tanya Vilia.

"Ga tau nih" jawab Tasya.

"Ly pulang sama Marsel aja gih sana," ucap Vilia.

"Gapapa?" tanya Tasya. "Iya gapapa ya kan sel" jawab Vilia sambil menatap Marsel.

"Iya," balas Marsel dengan datar.

"Gue duluan ya, dadah," pamit Vilia melangkah pergi sambil melambaikan tangan.

"Ayo," ajak Marsel sambil meyodorkan helm.

"Iya," balas Tasya memasang helm lalu menaiki motor Marsel.

Marsel melajukan motornya menuju rumah Tasya, di sepanjang perjalanan Tasya tersenyum senang bisa di antarkan pulang oleh most wanted di sekolahnya. Kalau bukan bertemu dan berteman dengan Vilia, Tasya tidak mungkin bisa akrab dengan Marsel melalui Vilia.

"Rumah lu di mana?" tanya Marsel.

"Lurus aja, nanti di perempatan belok kiri" jawab Tasya.

"Oke," balas Marsel.

Motor Marsel tiba di depan rumah cat berwarana biru. Tasya pun melangkah turun melepaskan helm sambil memberikannya kepada Marsel.

"Mau mampir dulu?" tanya Tasya.

"Lain kali aja ya. Udah malem. Gue balik dulu," jawab Marsel.

"Makasih ya sel," ucap Tasya lalu tersenyum.

"Sama-sama Tasya" balas Marsel lalu tersenyum.

Marsel menyalakan mesin motor ninjanya melesat pergi meinggalkan pekarangan rumah Tasya, ia bergegas pulang menuju rumahnya.
Kok jantung gue berdebar ya gumam Tasya, berjalan memasuki rumahnya sambil tersenyum.

----

Tbc

M A R S E L COOL BOY [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang