[ ✔ ] He Is My Wife - nomin || TERBIT

04. Menyebalkan

"Momm dia siapa?" tanya Jeno kecil yang tengah berdiri seraya membawa bola basket di tangan nya. Taeyong yang tengah menemani anak itu bermain di taman pusat kota menoleh ke arah anak laki-laki mungil yang tengah duduk di ayunan.

"Oh yang itu?" Jeno mengangguk. Taeyong mengusak rambut legam anaknya. "Namanya Nana, Na Jaemin"

"Mommy mengenalnya?" Jeno kembali memandangi anak yang tengah main ayunan sendirian itu. Tak kunjung lama ada seorang laki-laki cantik yang menghampirinya.

"Bunda!!" anak itu memekik riang.

"Nah dia teman Mommy. Ayo ajak Nana berkenalan" Taeyong menuntun lengan Jeno yang satunya, anak itu menurut tanpa protes.

"Eh haiii!!" seru Winwin sangat antusias. Mereka berpelukan karena baru pertama kali di pertemukan kembali setelah pernikahan mereka masing-masing.

"Wah udah lama yah?" kekeh Taeyong. "Dia anakmu? Manis sekali" Taeyong mencubit gemas pipi Jaemin.

Winwin ikut terkekeh. "Anakmu sangat tampan, pantas saja gen nya langsung mewarisi keturunan Jung dominan" desis Winwin.

Taeyong bersemu. "Aihh. Oh iya omong-omong dimana kembarannya?" tanya Taeyong menatap sekeliling.

"Renjun?" tanya Winwin, Taeyong mengangguk. "Ah, Renjun terkena demam. Jadi dia tidak ikut kesini"

"Ahh kasihan sekali pudu ku"

Jaemin mengerjap lucu ketika Jeno mengulurkan tangan ke arah nya. "Aku Jeno"

"Eoh?" Jaemin malah mengabaikan uluran tangan Jeno dan bersembunyi di belakang salah satu kaki Winwin. Winwin yang melihat hal itu hanya bisa menahan tawanya.

Sedangkan Jeno kebingungan karena dia mendapat penolakan.

"Nana sayang, Jeno itu anak baik. Ayo kenalan" setelah Winwin mengatakan itu akhirnya Jaemin berani maju dan membalas uluran tangan Jeno.

Senyumnya mengembang lucu, rona merahnya menghiasi pipi tembam anak itu. "Nana!!"

Jeno balas tersenyum. Dan saat itu mereka akrab dalam hitungan menit, sebelum minggu berikutnya keluarga Nakamoto harus pergi ke Jepang.

Dan Jeno, harus melupakan Nana kecilnya.

-

Malam ini tidak seperti biasanya, sangat dingin dan juga penuh sesak. Jeno menggendong tubuh Jaemin layaknya karung beras. Mengabaikan celotehan anak itu yang meracau tidak jelas. Jaemin sangat mabuk. Terlihat dari wajahnya yang merah sempurna juga bibir plum nya yang semakin basah.