Last bonus.

8.7K 583 4
                                    

Usia Logan sudah menginjak satu tahun lebih empat bulan, dia sudah bisa berjalan meskipun lebih memilih merangkak seperti bayi karena rasa malas yang menjadi ciri utama Logan anak bungsu keluarga Jung Jeno itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Usia Logan sudah menginjak satu tahun lebih empat bulan, dia sudah bisa berjalan meskipun lebih memilih merangkak seperti bayi karena rasa malas yang menjadi ciri utama Logan anak bungsu keluarga Jung Jeno itu. Jisung yang sekarang sudah mulai bisa memilih-milih teman, satu catatan yang Logan dapat dari kakak nya bahkan sebelum Logan memiliki pemikiran tentang hal itu. "Jangan dekati Leo, Leo hak Icung." Kata si kakak yang kekeuh mengclaim anak dari pasangan Haechan dan Mark.

"Icunggg Logan nya jangan di bikin nangis terus!" Jaemin berseru dari arah dapur. Melihat pertengkaran kecil yang terjadi di ruang keluarganya.

Jisung nyengir kuda, menahan suara tawa miliknya. "Buna Logan nya nakal, Icung suruh diem malah gerak kesana sini, jadi mencong kan spidolnya." Anak itu menunjuk mahakarya di wajah Logan, tentu saja ulahnya. Tenang, spidol di tangan Jisung aman untuk kulit anak-anak. Karena Taeyong sengaja menghadiahkan spidol-spidol mahal itu untuk cucunya.

"Astaga, Jii." Jaemin menggeleng keheranan melihat kumis kucing di pipi Logan yang terlihat keriting bukan garis lurus seperti di wajah Naruto. "Ogan kalau sudah besar mau jadi seperti Kakak enggak?"

"Nddaw!!" Logan yang sudah sedikitnya mengerti percakapan orang-orang sekitarnya itu membalas, obsidian gelapnya mengering tajam ketika beradu tatap dengan mata sipit milik Jisung. "Taa jatt!"

"Bleeee engga ngerti, ngomong yang bener dong!" Jisung menjulurkan lidahnya.

Logan ngambek.

Seperti itulah kebiasaan yang terjadi di rumah ini, walaupun sering cekcok dengan Kakak nya. Logan akan tetap berakhir tertidur di samping Jisung seperti saat ini.
Jeno yang baru keluar dari ruang kerjanya menghampiri Jaemin yang tengah menaruh bantal di bawah kepala kedua anaknya. "Sayang..." Panggilnya dengan suara serak.

Jaemin menolehkan kepalanya kebelakang, bertemu tatap dengan lelaki yang di cintai nya. Jeno mengusak wajahnya pelan. "Mereka berantem lagi?"

"Iya haha. Tapi sekarang Jii udah enggak terlalu bandel kayak dulu."

"Syukurlah."

Di raihnya kedua tangan Jaemin kemudian di ciumnya singkat. Membawa tubuh Jaemin untuk duduk di atas pangkuannya. Jaemin menatap lamat-lamat wajah lelah suaminya. "Kenapa hum?" Jemari lentiknya menangkup rahang tegas milik Jeno.

Matanya terpejam, merasakan sentuhan lembut dari jemari lentik Jaemin yang seakan memberikan ketenangan baginya. "Capek by, mau istirahat sama kamu." Katanya.

Jaemin terkekeh geli, dia menggigit pelan hidung bangir suaminya. "Mau aku buatin kopi?" Tawaran Jaemin mendapat gelengan pelan dari Jeno. "Kok geleng? Terus mau apa?"

"Nen sih." Jawabnya ngasal namun berhasil membuat wajah Jaemin memerah seperti kepiting rebus. "Haha lucu banget sayang, padahal udah punya buntut. Tapi masih lucu gini." Jeno mencubit pipi tembam istrinya.

Di tepisnya pelan tangan Jeno yang terus mencubitnya. "Ishh!"

"I was enchanted to meet you." Bisik Jeno tepat di telinga Jaemin. Tubuh mungilnya nampak tak bergeming dengan pandangan membulat sempurna ketika beradu tatap dengan pemilik obsidian gelap di depannya.

[ ✔ ] He Is My Wife - nomin || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang