47. Maybe If

400 45 5
                                    

Happy Reading

Banyak hal tak terduga di dunia ini. Semua tidak mampu untuk di sama ratakan. Bagaimana hidup kita,hidup mereka, atau bahkan sesuatu yang kita tak pernah tahu. Usia tidak menjamin tingkat kedewasaaan seseorang. Dan dewasa bukan berarti mampu menjalani hidup dengan lebih berani.

Aku menunduk lesu. Memainkan jari bingung. Sambil sesekali menatap sendu pria di depanku.

"Kalimat seandainya itu hanya ada di kamus kau, Kim So Eun." suaranya menggema diantara keheningan yang sudah berlalu mungkin sekitar lima belas menit lalu. Aku semakin merunduk. Selalu seperti ini situasi yang akan aku hadapi setelah ucapan konyol yang katanya Hanya ada dalam kamusku.

"Hentikan semua kata seandainya yang kau pikirkan. Kita akan baik-baik saja sampai kapanpun." Kim Bum, pria yang sudah menjalin hubungan denganku sejak 7 tahun lalu kembali berujar dengan nada tegasnya. Benar, 7 tahun bukan waktu yang singkat. Dimana duniaku hanya berpaku padanya, lalu ia hanya tertuju padaku.

Tidak, selama itu tidak berjalan mulus seutuhnya.

"Ucapkan dengan tegas apa yang mengganggu pikiranmu, lalu kita cari solusinya seperti yang selalu kita lakukan. Jangan biarkan pikiranmu sendiri yang mengambil kesimpulan. Hubungan ini antara kau dan aku," lanjut Kim Bum. Benar, ada apa denganku sebenarnya? Sejauh ini semua selalu kita berdua yang akan menyimpulkan, lalu kenapa aku harus merasa semua yang sudah terjadi adalah salah. Aku seperti kehilangan jati diri. Kim Bum mampu membawaku dalam zona paling nyaman dalam hidupku.

Dimana kedewasaan yang selalu orang lain sebutkan tak pernah aku rasakan. Aku tumbuh dewasa bersama Kim Bum, mengambil semua keputusan dengan campur tangan dirinya. Mulai dari hal mudah sampai hal tersulitpun selalu Kim Bum awasi, aku hanya merasa mulai tidak percaya diri.

"Bicaralah pelan-pelan, sayang." Kim Bum berujar lembut. Menurunkan intonasi nadanya yang masih terselip perasaan kesal. Menggenggam jemariku sembari menatapku dengan penuh harap jika semua pikiran dalam otakku mampu ku keluarkan.

"Bagaimana jika seandainya aku tidak bersama mu sampai akhir, Bum-ah?" aku berusaha kembali mengeluarkan suara. Membalas genggaman tangan hangatnya.

"Dari awal aku bersamamu dan akhirpun aku tetap ingin bersamamu, So Eun."

"Aku tidak percaya diri, Bum-ah. Kenapa semakin kesini, aku semakin tidak mengenal bagaimana diriku." aku kembali menunduk. Tak kuat jika harus menatap mata lelah Kim Bum. Sejauh ini, bukankah harusnya sudah berjalan baik-baik saja. "Kau selalu memberiku hal ternyaman di dunia ini, tanpa aku tahu apa aku sudah berbuat baik pada diriku sendiri dan padamu."

Kim Bum merengkuhku. Mendekapku dengan cukup erat. Perlahan helaan nafasnya terdengar.

"Waktu dan perasaanmu yang sudah bertahan sejauh ini adalah hal terbaik yang sudah kau kasih untukku, So Eun. Berhentilah berpikir jika hanya aku yang selalu memberimu kenyamanan. Kalau kau tidak memberiku kenyamanan dan hal-hal baik di dunia ini, perasaanku tak akan terus membuncah setiap harinya." ucap Kim Bum. Hal itu mampu membuatku membalas rengkuhannya.

Perlahan semua memori masa lampau dan masa kini berperang ingin menunjukkan hal-hal indahnya. Aku dan Kim Bum memiliki komunikasi yang cukup baik. Selera humor yang selalu membuat kita tertawa, bukan salah satu. Kita berdua bahkan sudah hapal betul bagaimana harus menyikapi jika sedang marah. Dan hal terpenting, nyatanya sejauh ini aku begitu percaya pada Kim Bum. Tak perlu ditanya bagaimana Kim Bum padaku, karena sejak awal Kim Bum menyatakan perasaannya, ia berucap dengan tegas sampai kapanpun ia akan percaya padaku. Lalu mengapa aku harus merasakan hal seandainya yang bahkan aku tidak sanggup jika harus mengalaminya.

"Walaupun kita tumbuh dewasa bersama, karakter seseorang tetap berbeda, So Eun. Kau punya ciri khas sendiri untuk mengekspresikan kedewasaanmu. Begitupun denganku, karena wanita dan pria itu sudah punya kodratnya sendiri." Kim Bum berujar dengan cukup tenang. Memberi pengertian yang pastinya selalu membuatku paham dan membenarkan ucapannya. "Seandainya yang kau bilang jika kita tidak memiliki akhir yang sama, seharusnya Tuhan sudah menjauhkan kita disaat hal buruk terjadi. Nyatanya, dalam hal buruk sekalipun, Tuhan menginginkan kita menyelesaikannya berdua, bukan justru berpisah untuk menyelesaikannya. Jadi Kim So Eun," Kim Bum melepaskan rengkuhannya. Menatap dalam mataku yang entah sudah sejak kapan terasa panas, mungkin sudah memerah dan berkaca-kaca. "Tidak ada kata seandainya jika itu hal-hal buruk." lanjut Kim Bum dengan tegas. Lalu mengusap pelan pipiku.

Dan ternyata benar, dengan cepat air mataku menetes. Jemari Kim Bum yang masih di pipiku dengan cepat menghapusnya.

"Bagaimana jika aku mengganti kalimat terakhir di setiap kata seandainya?" tanya Kim Bum. Aku mengernyit bingung.

"Seandainya kita menikah, kau ingin punya anak berapa?" perkataan Kim Bum membuatku terkekeh. "Seandainya besok kita menikah bagaimana?" lanjutnya. Dan hal itu membuatku memukul pelan lengannya.

"Ku rasa memang sudah waktunya, So Eun." Kim Bum kembali berujar. Aku mengernyit. "Ayo kita menikah." aku tersenyum menjawab ajakan Kim Bum. Lalu dengan erat menjatuhkan pelukanku padanya.

Seketika otakku mengingat.

Astaga pantas saja, aku terlalu berlebihan hari ini memikirkan seandainya bukan Kim Bum yang menjadi suamiku kelak. Ternyata pagi tadi aku baru saja mendapat tamu bulananku.

Oh Tuhan, pantas aku sensitif sekali.

Untungnya, aku memiliki Kim Bum yang selalu bisa memberi banyak paham disaat semua kekhawatiran melingkupiku.

THE END

Haii guys bagaimana hari kalian di akhir bulan ini?

Aku merasa kehilangan karena drama favorit belakangan ini yaitu Our Beloved Summer sudah tamat huhu apakah ada yang menontonnya juga?

Drabble ngga jelas ini juga terinspirasi dari judul Ost nya. Namun tetap dikemas versi aku hehe..

Happy birthday untuk yang hari ini ulangtahun:))

Jangan lupa Vote dan Komennya yaaa

31 Januari 2022

Kumpulan Drabble BumSsoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang