11. My Love From The Phone

1.4K 152 5
                                    


Happy Reading

Aku, Kim So Eun. Wanita cantik asal Seoul. Aku memiliki cukup banyak penggemar, padahal aku bukanlah seorang artis. Dalam benakku menjadi seorang artis bukanlah keinginanku. Tapi entah mengapa aku justru memiliki banyak penggemar. Mungkin karena kecantikan alami yang ku miliki juga karena kecerdasanku yang memang melebihi kapasitas rata-rata.

"Sekarang kau ada dimana?" tanya seorang pria di seberang sana. Kita sedang bercengkrama lewat via telepon. Inilah kegiatan yang kusukai.

"Di kamarku," jawabku singkat. Aku sedang asyik bergulang-guling di kasur empukku sambil mendengarkan orang yang menelponku bercerita.

"Rasanya aku ingin menghampirimu," godanya di seberang sana. Aku terkekeh pelan.

"Silahkan saja jika kau bisa," tantangku.

"Aku akan belajar mengendarai pesawat jika seperti itu," ujarnya sambil tertawa. Aku ikut tertawa. "Bagaimana kegiatanmu hari ini? Menyenangkan?" tanyanya lagi.

"Kau selalu menanyakan kegiatanku setiap harinya. Tentu saja menyenangkan. Aku dikelilingi oleh para penggemarku," ku dengar dia terkekeh disana.

"Berapa banyak penggemarmu jika dibandingkan penggemarku?" tanyanya dengan nada mengejek. Aku paham, dia juga sama sepertiku. Seseorang yang memiliki banyak penggemar.

"Kau menyombongkan dirimu sendiri. Aku akan menyuruh penggemar lelakiku untuk membunuhmu jika kau mengejekku," sergahku cepat.

"Jangan marah, sayang," rayunya. Itu hanyalah bualan. Kami bukanlah sepasang kekasih. "Sebelum penggemar lelakimu membunuhku, aku yang lebih dulu akan membunuh mereka," tambahnya lagi.

"Aku tidak menyangka kau adalah seorang pembunuh," ku buat nadaku seperti orang yang ketakutan. Dia tertawa cukup keras disana. Tawanya? Membuat desiran hangat melewati hatiku.

"Aku akan pulang," ucapnya tegas. Pulang? Gumamku.

"Kapan?" tanyaku antusias.

"Besok," jawabnya santai.

"Secepat itu?"

"Iya. Sebelum aku pulang, aku ingin mengatakan sesuatu padamu," mampu ku dengar helaan nafasnya. Mungkin sekarang dia sedang gugup.

Hening.

Dia belum lagi berbicara.

Hening.

Ku lihat layar ponselku, detik panggilan masih berjalan.

Hening.

Aku menggerutu kesal.

"Kim Bum," sentakku. Tidak ada jawaban. Helaan nafasnya tidak lagi ku dengar.

"Ku hitung sampai lima, jika kau tidak menjawabnya aku akan memusuhimu," aku bergetar. Aku sangat takut kehilangannya. Ini kali pertama dia mencampakkanku seperti ini.

"Satu," dia masih mengabaikanku.

"Dua," dia tetap tidak menjawabnya.

"Tiga," aku mulai bergetar.

"Empat," aku seakan siap menumpahkan air mataku jika hitungan kelima ia masih tidak menjawab. Aku hanya takut dia ingin mengatakan bahwa ia tidak ingin menemuiku.

"Aku mencintamu," aku tersentak kaget disaat suara indahnya kembali hadir.

"Apa maksudmu?" ku coba mencerna dengan baik ucapannya.

"Aku mencintaimu, Kim So Eun," ulangnya lagi dengan tegas.

"Jaringan disini tidak bagus. Bisa kau ulangin lagi?"

"Aku mencintaimu, So Eun," aku menjauhkan ponselku disaat Kim Bum berteriak. Aku terkekeh mendengarnya. Lalu setelahnya senyum manisku terpampang nyata pada wajahku.

"Jika seperti itu cepatlah pulang. Aku menunggumu," dengan cepat ku akhiri sambungan teleponnya. Aku yakin dia akan kesal karena menutup telepon secara sepihak.

Aku menelungkupkan wajahku pada boneka beruang putih kesayanganku. Bahagia. Itulah aku saat ini.

Drrt

Ponselku berdering.

Kim Bum.

Itulah nama yang tertera pada layar ponselku. Aku menggeser tombol hijau. Setelahnya aku menempelkan benda canggih persegi itu pada telinga kananku.

"Selamat malam, tidur yang nyenyak dan mimpi indah, sayang," aku tersenyum cukup lebar. Rayuannya kali ini nyata bukanlah bualan semata.

***

Sesuai yang dia bilang. Jika dia akan pulang. Pria yang semalam telah sah menjadi kekasihku. Aku menggandeng lengannya. Dia merangkul lembut pundakku. Aku selalu menatapnya dengan senyum manisku, sama halnya seperti dia. Kim Sang Bum, idola para wanita. Arsitek muda berbakat.

"Ini kali pertama kita bertemu," ucap Kim Bum penuh sayang. Aku mengangguk mengiyakan. Masih tetap menggandeng lengannya dan berjalan dengan santai.

"Kau sekarang benar-benar nyata. Dan kau adalah kekasihku," Kim Bum mengecup pelan pipiku. Aku yakin wajahku memerah.

"Terimakasih sudah menemaniku selama ini walau hanya lewat via telepon. Aku tahu kau orang seperti apa. Tanpa perlu bertatap muka setiap saat, aku sudah tahu jika kau yang terbaik untukku," ujar Kim Bum penuh penegasan.

"Terimakasih pula karena kau sudah mendengarkan segala keluh kesahku, serta menjadikanku sebagai pelabuhan cinta terakhirmu," ucapku. Dia mencubit gemas kedua pipiku.

"Aku tidak menyangka ternyata kau sangat chubby," godanya. Aku mengerucutkan bibirku kesal. "Aku akan menciummu jia seperti itu. Hentikan!" Kim Bum membungkam mulutku.

"Bertahun-bertahun mengenalmu tapi pada tahun inilah aku diberi kesempatan untuk lebih jauh mengenalmu," Kim Bum melepaskan bungkaman tangannya lalu dengan cepat mencium bibirku. Aku tersentak. Namun, siapa yang bisa menolak ciuman hangatnya itu.

Kami kembali berjalan menyusuri kota Seoul. Mencari tempat yang bagus untuk dijadikan tempat berkencan.

Seakan sebuah kaset, kenangan masa lalu melintas dengan cepat pada otakku. Aku dan Kim Bum adalah teman semasa sekolah dulu. Mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Dapat dihitung berapa tahun aku mengenalnya. Tapi, kami tidak pernah berada dalam kelas yang sama. Kami hanya saling mengenal karena kepopuleran kami. Tidak pernah bertegur sapa apalagi berbicara. Lalu siapa sangka jika seusai tamat Sekolah Menengah Atas kita berpisah. Tidak berada di universitas yang sama.

Kami menjadi akrab karena kesalahan seseorang. Dia dengan gampangnya memberikan nomor ponselku pada Kim Bum. Aku berusaha mengelak jika Kim Bum menghubungiku, namun seiring berjalannya waktu aku justru menikmati setiap moment bertelponan dengan Kim Bum. Kita dekat lewat via telepon, tidak pernah bertemu sama sekali. Karena Kim Bum yang kuliah di Jepang. Jarak memisahkan. Tapi sekarang jarak tidak lagi memisahkan, justru menyatukan.

The End

Ini lebih panjang dari biasanya.. Udah pernah aku share di grup.. Sorry untuk segala typo yang ada.. Sorry juga kalau cerita yang ada ngga seromance yang kalian harapkan.. Semoga ada yang suka^^ Jangan lupa vomentnya yah readers semua^^

11 September 2017

Kumpulan Drabble BumSsoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang