12. Open Your Eyes

1.3K 146 5
                                    

Happy Reading

Kim Bum berjalan dengan riang menuju sebuah rumah asri. Ditangannya terdapat sebuket bunga mawar merah dan putih kesukaan kekasihnya.

Berjalan masuk setelah dipersilahkan masuk oleh ibu sang kekasih.

"Maaf Kim Bum, sepertinya So Eun belum bangun," ucap wanita paruh baya. Ia mempersilahkan kekasih putrinya untuk duduk.

"Tumben sekali. Apakah So Eun sakit?" terdengar nada khawatir dalam pertanyaan Kim Bum.

"Kemarin dia memang mengeluh  sakit pada kepalanya," jawab ibu So Eun dengan lirihnya.

"Bolehkah aku melihatnya?" meminta izin dengan penuh harap. Ibu So Eun hanya mampu menganggukan kepalanya. Ia sudah hapal betul bagaimana hubungan putrinya dengan pria bernama Kim Bum itu.

Tidak ingin membuang waktu, Kim Bum dengan pasti melangkahkan kakinya menuju kamar sang kekasih.

"So Eun," panggil Kim Bum disaat sudah berada tepat di depan pintu kamar So Eun. Ia masih memiliki etika bagaimana caranya masuk ke kamar orang lain.

Kim Bum mengetuk pintu.

Tidak ada sahutan.

"So Eun," panggil Kim Bum lagi.

Tidak ada sahutan sama sekali.

Dengan pasti Kim Bum langsung membuka knop pintu kamar So Eun. Dilihat dengan jelas oleh matanya bahwa sang kekasih masih terlelap dengan tidurnya.

"Apa kau sakit? Kenapa belum bangun? Kita akan terlambat pergi bekerja," ujar Kim Bum. Masih tetap tidak ada sahutan. So Eun dengan rapat masih menutup matanya.

"Bukalah matamu So Eun. Jangan buat aku khawatir," benak Kim Bum sedang dilanda kekhawatiran. Ia tahu dengan pasti keadaan kekasihnya seperti apa. Kondisinya gampang sekali merasa lemah.

"Kenapa kau tidak bangun? Aku sudah ada disini. Aku membawa bunga kesukaanmu. Apa kau benar-benar sakit hingga tidak ingin membuka matamu! Bukalah matamu untuk melihatku So Eun," Kim Bum kembali berujar sambil menggenggam erat tangan halus So Eun.

"Apa kau tega meninggalkanku seorang diri? Apa kau tega membiarkanku berangkat bekerja seorang diri? Apa kau tega membiarkanku pulang bekerja seorang diri? Apa kau tega membiarkanku menjadi pria lemah karena kehilanganmu? Apa kau ingin melihatku menderita? Apa kau ingin melihatku menangisimu? Apa kau tega melakukan itu semua padaku? Jawab aku So Eun! Ku mohon bukalah matamu!" Kim Bum tertunduk setelah memberi banyak pertanyaan pada So Eun.

"Bahkan aku belum sempat melamarmu. Orangtuaku akan terkejut jika mendengar kabar buruk darimu. Kau adalah menantu idaman keluargaku, wanita lain tidak akan mudah mendapatkan restu orangtuaku, sedangkan dirimu hanya bermodalkan wajah manis dan suara lembutmu mampu membuat orangtuaku luluh. Adikku akan frustasi jika kehilanganmu. Ibumu akan sendirian jika kau meninggalkannya," memberi jeda pada kalimatnya. "Kau bilang ingin membeli gaun terindah untuk pernikahan kita kelak nanti, padahal aku belum melamarmu tapi kau sudah ingin membeli gaun. Aku akan mengabulkan itu semua jika kau bangun sekarang! Cepatlah bangun nanti gaun terindah impianmu diambil orang lain," ujar Kim Bum frustasi.

"Gaun terindah yang kau incar akan diambil orang lain. Cincin pernikahan kita pasti akan ketinggalan zaman jika kita menunda pernikahan. Tempat bulan madu kita pasti akan padat oleh pasangan pengantin lainnya. Kau tidak suka itu kan? Maka dari itu ku mohon bukalah matamu So Eun. Apa kau benar-benar berniat ingin meninggalkanku secepat ini? Begitu sakitkah semua ini bagimu? Ku mohon bertahanlah sebentar lagi So Eun," mata Kim Bum mulai berkaca-kaca disaat semua ucapannya sama sekali tidak direspon oleh So Eun.

Akankah ini akhir dari semuanya? Akhir percintaannya? Lelahkah So Eun dengan ini semua?

"Kim So Eun, aku mencintaimu," jujur Kim Bum sambil mencium lembut kening So Eun. "Tenanglah dialam sana. Selalu ingat aku kapan pun dan dimanapun. Aku dan dirimu akan tetap menyatu,"

"Aku belum mati!" tegas So Eun sambil mendorong tubuh tegap Kim Bum.

"Kau hidup?" kaget Kim Bum.

"Tadi kau menyuruhku bangun, setelah aku bangun kau bilang aku masih hidup? Tentu saja aku masih hidup! Apa kau tidak mendengar detak jantungku?" nada suara So Eun terdengar kesal.

"Aku mencintaimu," ujar Kim Bum sambil memeluk So Eun.

"Lalu kapan kau akan melamarku?"

"Apa benar kau tidak sakit? Lalu mengapa kau bangun lama sekali?" tanya Kim Bum dan mengacuhkan pertanyaan So Eun.

"Kau mengoceh terus aku jadi tidak tega memotong ocehanmu jika aku bangun," So Eun terkekeh.

"Aku menyuruhmu bangun dari tadi," Kim Bum memukul pelan kepala So Eun.

"Jika aku bangun kita akan beli gaun pernikahan kan? Cincin pernikahan juga? Memilih tempat bulan madu? Hari ini kita tidak perlu bekerja! Kita harus mempersiapkan untuk pernikahan kita," So Eun bangkit dari tempat tidurnya dengan riangnya.

"Tidak ada persiapan pernikahan karena kau sudah mengerjaiku jadi pernikahan kita ditunda sampai enam bulan lagi!" tegas Kim Bum lalu bergegas keluar kamar So Eun.

"Hey tuan Kim aku tidak berniat mengerjaimu!" teriak So Eun. Ia menghentakkan kakinya kesal. Gagal sudah untuk melaksanakan pernikahan di musim semi ini. Bagaimana dengan gaunnya? Cincinnya? Tempat bulan madu? Gedung resepsi? "Akkkhhh Kim Bum kau menyebalkan!" teriak So Eun.

The End

Maaf kalau sejauh ini drabble buatan aku jauh dari kata bagus, namanya juga masih amatir.. Maaf juga untuk segala jenis typo nya.. Ini udah pernah aku share di grup, belum bisa bikin drabble yang baru, tapi kalau readers semua sabar nanti juga ada kok^^ jangan lupa vomentnya yah guys..

12 September 2017

Kumpulan Drabble BumSsoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang