Felan's-Eight

49 14 6
                                    

HAPPY READING
________________

BRAK!

Pintu rumah milik keluarga Alberto terbanting kuat. Lelaki dengan pakaian acak-acakan berjalan sempoyongan dengan wajah lebam dan mulut berbau alkohol.

Jam masih menunjukan pukul 00.54, dan rumah itu terlihat gelap dan sepi.

"LIX! FELIX! WOY ADIK SIALAN SINI LOOO!!!"teriak lelaki itu dengan lantang.

PYAR!

Lelaki itu tak sengaja menyenggol vas bunga yang sudah usang dan berusia tua.

Felix yang baru saja selesai sholat tahajud pun berlari menuju ruang depan. Ia mengelus dadanya ber-istigfar melihat keadaan kakak keduanya.

"Bang Bisma,"panggil Felix sambil berjalan menuju Bisma hendak menolong kakak keduanya namun tangannya di tepis kasar.

"Duit, gue... butuh duit lu,"racau Bisma sambil memegang perutnya kesakitan.

"Buat ap-"

"WOY! BISMA BAYAR HUTANG LO!"

DUG DUG

BRAK!

Pagar hitam milik keluarga Alberto roboh karena ulah tiga pemuda yang berpakaian seperti preman. Sontak saja Bisma sembunyi di balik tubuh sang adik. Felix yang mendengar keributan pun bersiaga.

"L-lix tolong kakak Lix,"mohon Bisma sambil menciut takut melihat sang pembuat ulah telah berada di depan pintu.

Dengan Tubuh lemas nya, Bisma tidak dapat membantu Felix mengusir orang-orang itu. Sekumpulan orang berpakaian preman itu pun tertawa senang melihat keberadaan Bisma.

"Heh pengecut! Bayar hutang lo!"seru salah satu dari mereka yang memiliki luka disepanjang dahi nya.

"Berapa hutang abang gue?"tanya Felix dingin dengan mata yang menatap mereka datar.

Orang orang itu tersenyum sinis, "5 juta sekalian bunga nya!" Balasan mereka membuat Felix mengerutkan dahi nya. Uang sebanyak itu untuk apa? batin Felix.

"Oh, minta aja ke orang nya." Acuh Felix berjalan menuju kamarnya.

"DASAR ADIK KEPARAT!"umpat Bisma saat mendengar suara acuh adiknya.

"Gue kira bakal di bayarin adeknya,"gumam salah satu dari sekumpulan preman itu yang terdengar oleh telinga Bisma.

"FELIXX TOLONGIN GUEEE ANJING!!!"

______
Rumah Keluarga Batara

Di ruang tamu yang beralaskan tikar bambu tanpa pendingin ruangan yang terasa sekali panasnya, seorang remaja laki-laki duduk dengan anteng memainkan game di dalam ponselnya.

"Huhuhu kakak,"

"Kak Ila hiks...hiks Ihsan laper,"

"Sebentar Ihsan kakak masih nyuci,"

"HUAA KAKAK HIKS...HIKS..."

Ia sedang serius serius nya untuk memenangkannya, tetapi suara laknat milik adik dan kakaknya membuat konsentrasinya pecah.

Your lose!

"Anjing!"umpat Irshad kesal,

Bruk

Ponsel itu terbanting keras di tikar bambu yang sudah lapuk itu. Untung saja ponsel seharga sepeda gunung phoenix itu tidak rusak.

Irshad memungut hp nya lagi, "untung kaga pecah, mana masih nyicil lagi. Huh!"

FELAN'S STRUGGLE (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang