HAPPY READING
____________Semua berteriak histeris saat melihat pertandingan basket di lapangan outdoor, hari ini kelas XI Science 2 dan XI Social 1 ada kelas olah raga. Felix dan dua teman kelasnya yang mewakili.
Felis mendribel bola basket dengan sangat lihai, waktu terus berjalan hingga tersisa satu menit.
Brak
Bola terpantul di dinding ring dan berhasil masuk dengan sempurna. Point tiga karena Felix berhasil melakukan shoot three point.
"YEYY SCIENCE 2 JUARA, YUHUUU."teriak kompak dari pinggir lapangan yang berisikan murid kelas itu.
Felix jago bangeet
Best banget kalo jadi pacar gue
Udah ganteng, kaya jago basket lagi
Mau dong jadi girlfriendnyaa
Felix yang mendengar teriakan teriakan itu pun mendengus jijik, ia berjalan menuju Ilana yang hanya tersenyum simpul menonton kemenangan Felix, teman sebangkunya.
"Congrats Lix, lo jago banget."kagum Navi heboh.
"Thanks."balas Felix singkat. Namanya juga Felix murid baru yang dinginnya melebihi kulkas 25 pintu belum lagi tatapan tajam yang mengintimidasi siapapun.
Ilana menyerahkan handuk kecil yang Felix tadi titipkan, serta membuka tutup botol yang ia beli dari kantin.
Bukannya mengambil yang Ilana sodorkan Felix malah mengambil botol yang sudah tersisa setengah.
"Itu bekas gue Lix,"lirih Ilana shock karena Felix meminum air nya tempat yang sama.
Felix mengambil handuk yang Ilana sodorkan, lalu tersenyum tipis. "Gapapa, bekas lo manis. Gue suka."
Baper ngga? Jelas Ilana ngga akan baper karena ia meresa kesal karena Felix menghabiskan air minumnya.
"Basi tau ga gombalan lo! Terus gue minum apa Felix,"rengek Ilana dengan wajah memelas.
Navi menggeram kesal melihat kedekatan mereka berdua, karena ia suka sama Felix meskipun tidak ada respon setiap ia mengajak Felix berbicara.
"Nih minum aja."Felix langsung menyodorkan botol kembali yang di buka Ilana.
"Tau lo mau bekas gue juga?"
Tuk
Ilana menjitak kepala Felix dengan perasaan dongkol, ia meminum air botol yang masih utuh itu sambil menatap tajam lelaki yang kata orang dingin tak tersentuh.
Felix terkekeh pelan sembari menepuk kepala Ilana pelan,"awas tersedak, gue ga tanggung jawab."
Semua siswi yang ada di lapangan menatap memuja Felix Gavariel yang sedang terkekeh, walaupun pelan tetapi wajah tampannya berlipat ganda.
Felix yang menyadari bahwa ia menjadi tontonan pun berdeham pelan sembari merubah raut wajahnya menjadi datar dan dingin belum lagi tatapannya yang dapat mematikan lawan.
"Gue duluan."
Ilana di buat cengo oleh Felix karena dapat merubah suasana yang sangat cepat, "gile banget sampai ga ngotak."
____
Katanya rumah adalah istana yang tak ternilai harganya dan katanya rumahku surgaku. Tetapi nyatanya semua itu bullshit, hanya ada cacian, makian serta bentakan. Bohong kalau dirinya tidak akan mengeluh dan menangis dalam diam."Heh babu! Kerjain pr gue dong!"suruh seorang gadis yang baru saja menginjak usia 16 tahun.
Sedangkan sosok yang di panggil babu itu sedang asik mencuci piring dengan earphone ditelinganya.
"Woy Ilana! Budek ya lo?!"seru gadis itu marah karena ucapannya tidak didengar.
Yah Ilana, gadis itu sedang asik mencuci piring piring kotor yang tertumpuk begitu saja.
"Berisik banget sih kak Irva! Lo mau rumah reyot ini roboh gara-gara teriakan lo?!"kesal anak lelaki yang baru saja berusia 14 tahun.
"Noh, kakak lo budek Dit."gadis yang di panggil Kak Irva menunjuk Ilana yang masih melanjutkan cuci piringnya.
Mereka berdua adalah adik dari Ilana sebenernya ia memiliki tiga adik, adik pertamanya adalah gadis yang di panggil Irva tadi, Irvanda Anshela Batara. Gadis sombong dan selalu semaunya, ia tak segan untuk memukul ataupun mengadu yang tidak tidak kepada orang tua nya tentang Ilana. Mereka berdua beda sekolah, kerena jelas Ilana akan menghabiskan tabungannya hanya untuk sekolah elit agar terhindar dari sosok adiknya.
Adiknya yang kedua adalah anak lelaki tadi, Irshad Aditya Batara. Lelaki yang tempramental dan selalu kasar belum lagi mulut nya yang pedas. Dia masih SMP tetapi sikapnya seperti orang dewasa yang selalu berbuat liar.
Adik bungsu nya masih berusia 4 menuju 5 tahun. Ihsan Aditya Batara. Balita yang selalu menempel pada Ilana. Tentu saja kerena sejak bayi dirinya yang merawat. Ilana hanya berharap Ihsan tidak seperti dua adiknya yang lain.
Duk
"Akhh,"ringis Ilana menahan sakit lututnya karena Irshad tiba-tiba menedangnya.
"Kakak gue ngomong bangsat! Lo budek?!"seru Irshad setelah menarik kasar earphone dari telinga Ilana.
"Apaan?"tanya Ilana pada kedua adiknya.
"Gue punya pr, matematika sama kimia. Lo harus kerjain, besok pagi harus selesai. Kalo lo ga mau, gue bakal aduin ke nyokap!"ancam Irva sambil menunjuk muka Ilana.
Ilana menepis tangan Irvanda pelan, ia tidak mau menyakiti adiknya. Sesayang itu Ilana pada keluarganya, padahal semua keluarga besar nya tidak ada yang menyukainya.
"Buku gue di meja lo. Gue mau party. Bye!"Irvanda meninggalkan Ilana begitu saja menuju ke pintu depan.
Rumah keluarga Batara tidaklah besar hanya muat untuk 5 orang saja. Tiga kamar tidur, dapur satu kamar mandi dan ruang tamu tanpa sofa jangan lupakan gudang yang di sulap menjadi kamar Ilana.
Ruangan sempit itu menjadi kamar Ilana, karena jelas tidak ada lagi kamar di rumah mereka. Jadi mereka mengkorbankan Ilana yang akan tidur di gudang bersama Ihsan.
"Kuatkan hamba Ya Allah."Ilana merasakan sakit hati luar biasa karena sikap adiknya.
"Huaa kak Ila, San Lapel."teriakan Ihsan menggema di rumah reyot itu.
Ilana berlari tergopoh-gopoh menghampiri adiknya yang menangis di ruang tamu dengan televisi kecil yang buram.
"Ihsan mau makan apa hem?"tanya Ilana lembut sembari mengusap rambut hitam adiknya.
"Mie goyeng!"ujar Ihsan dengan mata berbinar.
"No! Kemarin sudah makan mie Ihsan. Mau kakak buatkan bola tahu?"tanya Ilana pada Ihsan yang menatapnya berkaca-kaca.
"Mauu, bola nya iga ya kak."Ihsan mengangkat jarinya yang menunjukan angka dua.
Ilana terkekeh geli, "tiga itu begini sayang."Ilana membenarkan jari Ihsan.
"Ouh, belalti yang tadi uwa?"
"Pinter banget sih adik Kak Ila."Ilana memeluk Ihsan sayang. Hanya Ihsan yang menguatkan tekatnya untuk bertahan di rumah neraka ini. Dan semoga Ihsan tidak seperti dua adiknya.
"Tunggu sebentar ya, kamu main motor itu aja dulu."Ilana menunjuk mainan Ihsan yang ia belikan. Memang tidak mahal harga nya tetapi ia bersyukur Ihsan mau menerimanya. Ihsan pecinta mainan motor dan ia sudah mempunyai tiga dari Ilana. Yah hanya tiga karena orang tua nya tidak pernah membelikan Ihsan mainan berbeda dengan masa kecil Irshad yang menumpuk banyak sekali mainan mobil maupun robot.
"Kakak masak dulu ya."
Ia sedikit bersyukur kedua orang tua nya tidak di rumah begitu pun Irvanda dan Irshad. Jadi ia tidak akan mendengar teriakan mereka berempat.
"Allah pasti punya rencana lain untuk hidupku, aku harus yakin itu."
____Jangan lupa Vote and Komennya😉
KAMU SEDANG MEMBACA
FELAN'S STRUGGLE (On-Going)
Teen FictionTentang perjuangan sepasang kekasih yang sama-sama terlahir dari keluarga miskin, keluarga yang penuh konflik, penuh tekanan dan keluarga yang selalu jadi bahan ghibahan kampung sebelah. Ilana Zalfa Joseline anak pertama dari keluarga yang kurang ma...