Felan's-Twelve

31 10 0
                                    

HAPPY READING
_______________

"Shad, ada yang mau gue omongin,"ucap Gerry mengalihkan perhatian cowok pemarah itu.

"Apaan?!"tanya Irshad ngeggas.

Gerry hanya menatap irshad datar tanpa emosi. Sedangkan Aldo dan Aldino menepuk dahinya lelah. Mereka tak habis pikir dengan teman pemarahnya yang sensitive seperti cewek pms.

"Pulang sekolah ikut gue ke rumah,"jawab Gerry.

Irshad mengernyitkan dahinya bingung, "buat apaan cuk!"

"Bukannya lo mau ketemu abang gue?"tanya balik Gerry membuat lelaki pemarah itu menggaruk tengkuknya gugup.

"I-iya ta-pi gue...takutsamaabanglo,"ucap Irshad gugup yang di akhirnya dengan perkataan cepat tanpa jeda.

Gerry menghela nafas panjang, "Abang gue bukan malaikat maut. Kalo ga jadi yaudah."

Irshad menyingir mendengar seruan Gerry. Ia awalnya ingin bergabung di club komunitas motor milik abang Gerry tapi ia urungkan karena ia tidak punya motor. Ia saja masih di antar jemput oleh Aldino dengan motor satria nya.

"Kaga jadi deh, gue kaga ada motor."Gerry mendatarkan wajah nya mendengar ucapan Irshad.

"Serah loh!"

Aldo mendekat ke arah Irshad lalu mengambil batang rokok yang ada di saku Irshad.

"Bagi bagi napa"

"Tinggal satu cok! Main nyolong aja!"kesalnya sambil menatap tajam Aldo.

Aldo berdecih pelan "biasanya rokok gue yang lo bajakin Shad."

Irshad dengan tidak sadar dirinya memang bikin orang emosi. Bahkan orang yang hidup tanpa emosi pun dibuat kesal.

"Bodoh lah!"

____
Pukul 15.00

Hari ini Ilana libur bekerja, tubuhnya masih terasa sakit. Ia tadi ijin ke manager nya. Gadis itu menuntun sepedanya memasuki halaman rumahnya, bangunan di depannya terlihat sepi walaupun ia yakin adik kecilnya ada di dalam sendirian.

"Assalamuallaikum,"salam Ilana.

Hening

Tidak ada yang menjawab salamnya menandakan rumah benar benar kosong. Walaupun ada orang pasti orang itu tidak menjawab salamnya.

Sama aja, cih!

Ia membuka sepatu nya, lalu meletakan di kardus yang isinya sandal dan sepatu butut. Ia berjalan menuju kamarnya yang paling belakang. Gudang sempit yang ia sulap menjadi kamar cukup nyaman untuknya dan Ihsan.

Kriet...

Pandangan pertama yang ia tangkap ialah bocah lelaki yang tertidur dengan jempol didalam mulut mungilnya. Ia tersenyum tipis melihat betapa nyenyak nya adik kecilnya itu.

Ia dengan cepat mengganti seragamnya dengan pakaian santai. Lalu mengambil handuk di centelan pintu.

Lima belas menit kemudian...

Setelah membersihkan diri, kini Ilana berkutat dengan alat dapar setelah membersihkan diri. Ia berniat untuk membuat makan siang untuk dirinya dan sang adik bungsu. Ia hanya membuat porsi seadanya, karena ia yakin adik pertama dan keduanya akan makan diluar.

"Ihsan, bangun ayo,"

Ihsan menggosok matanya yang terlihat sayu dan terasa lengket itu. Sesekali ia menguap lebar, tanda ia masih ingin memperpanjang tidurnya.

FELAN'S STRUGGLE (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang