Abhimanyu saat ini sedang duduk di atas ranjang, dengan memangku laptop miliknya. Tangannya menari-nari di atas keyboard mengetik beberapa pekerjaan miliknya yang belum terlesaikan. Ketukan pintu kamarnya membuat gerakan tangannya terhenti. Ia menatap kearah pintu, kemudian berkata.
"Masuk." Mempersilakan orang yang tadi mengetuk pintu untuk masuk kedalam kamarnya.
"Turunlah kebawah, ada yang ingin bertemu denganmu." Ucap Indira kemudian berlalu begitu saja dari hadapan Abhimanyu.
Abhimanyu menyingkirkan laptop dan beberapa berkas yang berserakan di atas ranjangnya. Kemudian ia bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya kearah pintu kamarnya untuk turun kelantai dasar.
Dari arah tangga yang langsung berhadapan dengan ruang tamu, Abhimanyu sedikit terkejut mendapati keluarga Alia yang tengah duduk bersama dengan Mama dan Papanya.
"Selamat malam." Sapa Abhimanyu kepada semua orang yang hadir di ruang tamu saat ini.
"Duduklah Abhi." Ucap Arya mengintruksikan agar anaknya itu untuk duduk.
Abhimanyu mengangguk kan kepalanya, kemudian mendudukkan tubuhnya di samping Indira.
"Ada apa ini semua?" Tanya Abhimanyu memulai percakapan.
"Kamu harus menikahi Alia dalam tiga hari kedepan Abhimanyu." Ucap Arya menjawab pertanyaan yang tadi Abhimanyu ajukan.
Nafas Abhimanyu memberat, kemudian ia berkata dengan tegas. "Tidak."
"Kamu sudah menghamili putriku." Balas Lisa dengan nada sedikit bergetar menahan isak tangis.
Abhimanyu terdiam, tidak membalas apapun perkataan Lisa.
"Kebisuanmu berarti itu adalah sebuah kebenaran. Memang benar kamu yang menghamili putriku. Dan sekarang aku hanya meminta pertanggung jawaban darimu."
Abhimanyu membasahi bibirnya yang sedikit kering, kemudian berkata. "Pertama kami melakukan hal itu dalam keadaan mabuk. Itu semua terjadi tanpa disengaja. Dan kedua, aku pasti akan bertanggung jawab tapi tidak dengan menikahi Alia. Aku akan membiayai semua kebutuhan anak itu sampai dia dewasa."
"Jika hanya mampu bertanggung jawab dalam hal material saja, kami juga mampu Abhimanyu. Tapi bagaimana dengan masa depan anak itu kelak yang tidak memiliki seorang ayah disampingnya? Aku tidak bisa membayangkan hal itu terjadi pada cucuku kelak." Ucap Arga papanya Alia membalas perkataan Abhimanyu sebelumnya.
"Bolehkan aku berbicara secara pribadi dengan Alia?" Tanya Abhimanyu.
Alia yang sedari tadi menunduk menyimak semua percakapan kemudian mengangkat pandangannya keatas. Menatap kearah wajah Abhimanyu yang saat ini sedang menatapnya dengan intens.
Alia mengangguk kecil sebagai jawaban. Kemudian ia bangkit dari duduknya, dan berjalan mendekat kearah Abhimanyu.
"Permisi, ada beberapa hal yang harus aku bicarakan dengan Alia secara pribadi." Ujar Abhimanyu kemudian meninggalkan ruang tamu dan berjalan kearah kamarnya. Alia mengangguk sopan, kemudian ia mengikuti langkah kaki Abhimanyu yang berjalan menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
***
Sesampainya di kamar Abhimanyu, Alia merasakan hawa mencekam di sekitarnya. Sorot mata Abhimanyu yang menajam ketika menatapnya saat ini membuatnya merasa sedikit takut pada pria itu. Jantungnya menggila, hanya dengan ditatap seintens dan setajam itu oleh Abhimanyu. Ia terus menguatkan dirinya sendiri, bahwa tidak ada hal yang buruk yang akan terjadi.
"Aku tidak pernah mengharapkan hal ini darimu Alia." Ujar Abhimanyu membuka percakapan diantara dirinya dan Alia.
Alia menegak air liurnya dengan susah payah. Kemudian ia memberanikan dirinya untuk membuka mulutnya, untuk membalas perkataan Abhimanyu. "Mama memaksaku untuk menemuimu. Mama baru saja mengetahui bahwa aku hamil beberapa jam yang lalu. Dan Mama yang menginginkan ini semua. M-maksudku, ingin datang menemuimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Hearts 2
Roman d'amourSEASON 2 OF TWO HEARTS "Mungkin itu adalah takdir kita. Mencintai seorang pria yang tidak pernah bisa sepenuhnya menjadi milik kita."