Santorini.
Disinilah Abhimanyu dan Katrina berada. Sebuah pulau yang merupakan bagian dari negara Yunani ini begitu dikenal luas akan keindahan pemandangan lautan dan bangunan eksotisnya. Banyak bangunan-bangunan yang berjajar rapi di atas kaldera dan didominasi warna putih bersih dan biru cerah.
"Abhi ini sangat indah." ucap Katrina sambil melihat-lihat pemandangan dari balkon hotel yang mereka tinggali. Rumah-rumah kecil berlantai dua dengan warna putih dan kubah biru berjejer rapi menandakan kekhasan Saorini.
"Kamu sangat menyukainya?"
"Tentu saja. Bahkan aku sangat menyukainya." Katrina berdecak kagum melihat pemandangan di sekitar hotel yang mereka tinggali.
"Jadi apa balasan yang akan aku dapatkan?" Avhimanyu mulai melingkarkan kedua tangannya di pinggang wanita itu. Dagunya ia taruh di pundak Katrina. "Bisakah aku mendapatkan-" Abhimanyu belum selesai menyelesaikan perkataannya, namun Katrina terlebih dahulu menyela perkataan pria itu.
"Apa yang kamu katakan? Ki-ta baru saja sampai."
"Apa? Aku hanya menginginkan sebuah ciuman di pipi. Atau kamu menginginkan itu sekarang. Aku siap melayanimu." Abhimanyu melepas lilitan tangannya. Mata Katrina langngsung melebar, melihat pria itu mulai membuka kancing kemeja yang ia kenakan.
"A-aku akan pergi mandi." semburat merah nampak di pipi Katrina. Tanpa menunggu persetujuan dari Abhimanyu, Katrina langsung berlari masuk kedalam kamar mandi. Meninggalkan Abhimanyu yang sedang tertawa melihat tingkahnya.
***
"Abhi ayo kita membaca garis tangan." Katrina menunjuk seorang wanita tua yang membuka jasa membaca garis tangan orang lain. Saat ini mereka berdua sedang berjalan-jalan untuk melihat pemandangan sekitar.
Abhimanyu mengikuti kemana arah tunjuk Katrina. Ia melihat seorang wanita paruh baya, sedang membaca garis tangan seseorang.
"Tidak, aku tidak percaya hal-hal yang seperti itu." Abhimanyu menggelengkan kepalanya. Menolak ajakan Katrina untuk menemui wanita paruh baya tersebut.
"Tapi aku percaya!" Katrina langsung menarik lengan Abhimanyu. Mengajaknya mendekat kearah wanita pembaca garis tangan tersebut. Tidak peduli Abhimanyu percaya atau tidak. Sedangkan pria itu hanya bisa pasrah, walaupun dia sudah menolaknya.
"Terima kasih." ucap salah satu pengunjung pamit pergi setelah wanita tersebut selesai membaca garis tangannya.
"Halo." sapa Katrina sambil tersenyum manis.
"Duduklah. Pasti pria ini suamimu. Benar begitu?" ucap wanita tersebut.
"Benar nyonya. Dia Abhimanyu, suamiku." wanita pembaca garis tangan tersebut tersenyum.
"Panggil aku Ale. Aku penduduk asli disini."
"Ale bisakah kamu membaca garis tanganku dan juga suamiku?" tanya Katrina.
"Tidak. Hanya dia saja." mendengar itu Katrina langsung melototkan matanya kearah Abhimanyu.
"Baiklah-baiklah." pria itu lagi-lagi harus mengalah. Mendengar itu Katrina langsung tersenyum manis. Lihatlah, betapa menyebalkannya dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Hearts 2
RomantizmSEASON 2 OF TWO HEARTS "Mungkin itu adalah takdir kita. Mencintai seorang pria yang tidak pernah bisa sepenuhnya menjadi milik kita."