16. Sendu

414 44 9
                                    

Yoongi memasuki unjtnya lebih dulu dengan tatapan kosong dirinya kemudian jatuh terduduk di lantai. Air matanya tak tertahan semua rasa bersalah membucah. Dirinya menangis memeluk lututnya sembari berucap dalam hati bersumpab pada dirinya sendiri.

Bagaimana dia begitu bersikap begitu bajingan. Dirinya pendosa paling pantas di hukum atas apa yang terlah ia lakukan. Jimin begitu tulus dan percaya padanya kenapa dia melakukan semuanya? Apa pantas ia menyesal saat ini.

"Huks hiks huk huk"

Tangisan Yoongi begitu pilu Taehyung dengan keadaan setengah sadar. Sebagian dari dirinya tertinggal entah dimana. Bagus sekali dirinya menyakiti dua orang secara bersamaan. Dirinya masih setia berdiri dj belakang Yoongi dengan fikiran yang mengawang mulai membopong yoongi duduk di atas sofa mengelus pundak Yoongi guna memenangkan.

"Akhh hiks sesakit ini ternyata hiks"
Tangan Yoongi meremas dadanya merasakan rasa sakit yang tertahan di dalam.

Taehyung bahkan tidak sanggup menangis dalam situasi saat ini. Dirinya benarr benar seperti tidak memiliki jiwa.


.
.
.

"Gi~"

Pundak Yoongi disentuh Taehyung karena ia mendapati Yoongi hanya bengong.

"Eum, maaf"
Yoongi mulai merajang daun bawang yang dari tadi hanya ia pegangi.

"Akh! Mmshhhh"
Tanganya dikibas kibaskan karena tak sengaja teriris. Taehyung yang melihat itu ikut panik meraih tangan Yoongi mencuci darah yang keluar dari jari Yoongi.

Dibawanya Yoongi ke ruang TV Taehyung sibuk mencari kotak p3k. Setelah ketemu dengan sehati hati mungkin Taehyung membersihkan luka Yoongi dengan alkohol.

"Sakit gak gi?" Tanya Taehyung yang tak mendapat Jawaban.

Lagi Yoongi kembali bengong badahal lukanya tengah di bersihkan. Taehyung menatap sendu Yoongi. Sebelum kembali melanjutkan membalut luka Yoongi dengan hansaplast.

"Aku aja yang terusin, kamu tunggu ya"

Taehyung bangkit dari duduknya dan mulai menyibukan diri di dapur. Dia hanya membuat omelette untuk makan hari ini. Karena dia cuman bisa bikin  itu. Makanan disajikan di depan Yoongi namun sang empu tak berkutik.

"Gi?"

"Tae Jimin apa kabar ya? Juki kok gak ngabarin"

Yoongi mantap lurus pada Taehyung. Luak dimata orang terkasihnya kini tidak bisa ditutuoi lagi. Semenjak dua hari lalu Yoongi bertingkah seperti orang linglung begitu ceroboh dalam mengerjakan perkerjaan rumah.

"Gi~ I promise everything is oke, Jungkook pasti jaga Jimin dengan baik"
Ucap Taehyung sambil mengusap punggung Yoongi.

"Sekarang makan dulu, nanti kita tanya Jungkook ya"

Akhirnya Yoongi disuapi Taehyung. Dirinya berusaha untuk tersenyum pada Yoongi dan ternyata Yoongi juga membalas senyumnya. Seusai makan Taehyung mempereskan sisa makan mereka dan berniat untuk pergi mandi.

Dibawah shower dirinya membiarkan air dingin itu membasahi tubuhnya yang masih berbalut kaos tipis dan boxer. Taehyung menangis dirinya masih seorang manusia walaupun tidak dapat menumpahkan tangisanya di depan orang lain.

Kesalahan yang ia perbuatan begitu fatal. Banyak pihak yang tersakiti banyak  karma yang selalu mmenghamoirinya. Dirinya hanya perlu bertahan dan mencoba memperbaiki apa yang ia rusak sebelumnya. Walaupun mustahil dirinya masih punya banyak waktu.

.
.
.

Tok tok

Pintu toilet di metik Jungkook dari luar. Tak ada sahutan dari dalam Jungkook terlihat panik.

"Jim! Jimin!"

Clek

Pintu kamar mandi terbuka menampakan Jimin yang keluar sambil membenarkan bajunya.

"Apa berisik juki" Omel Jimin.

"Ya lo diem aja jadi gue panik"

"Hem"

Jimin bercermin sebenar dan meloloskan lip balm pada bibirnya yang muali terasa kering.

"Udah? G-gue ada kelas"

Jimin memutar badanya menghadap Jungkook. Kemudian mengulas senyum yang tidak ikhlas.

"Sana pergi"

"Lo gapapa?"

"Ya emang gue kenapa?"

"Jim"

"Sana katanya ada kelas"

"Yaudah gue duluan, nanti klo kelas lo udah kelar kabarin ya lo dimana"

Jungkook meninggalkan jimin sendiri di kamar mandi. Helaan nafas berat dihembuskan tatapan jimin menyendu matanya muali berair.

"Hump Jim no no abis ini ada kelas"

Jimin mengusap air matanya yang tertampung dan berjalan keluar kamar mandi menuju kelas. Di kelas hari ini Jimin mendapat teguran dosen karena tidak konstrasi dan membuat keributan dengan terus menerus menjatuhkan alat tulisnya.

Jimin di usir keluar kelas secara halus dan mau bagaiamana lagi dia hari keluar kelas lebih dulu dari teman temanya. Tujuan saat seperti ini adalah taman baca yang berada di belakang gedung fakultasnya sudah usang dan jarang sekali prnah singgah.

Tak tertahan air matanya jatuh belakangan ini dia menjadi lebih emosional atas segala hal karena suasana hatinya yang mendung.

"Jim, lo oke? Ini minum"

Jimin terkejut Jungkook duduk di sebelahnya sambil menyodorkan sekaleng soft drink. Dirinya merasa terganggu saat ini. Cukup Jungkook gak usah berpura-pura lagi buat peduli sama dia.

"Gue gak butuh belas kasihan lo" Ucap jimin penuh penekanan.

Jungkook menatap jimin tak percaya.

"G-gue"

"Gue tau kok lo disuruh Yoongi gue dengar tempo hari lo ditelfon dia, sekarang lo gak perlu repot repot lagi jadi pengawas gue gak usah kasihan ini gue. Gue baik baik aja dengan semuanya. Lo penganggu buat gue. Asal lo tau"

Jimin bangkit dari duduknya namun dirinya ditahan lo Jungkook.

"Jim gue bisa jelasin"

"Jangan sampe gue ngomong kasar ke lo. Lepas tolong jangan pernah temuin gur lagi"

Jimin berjalan cepat menjauh dari Jungkook.

"Sialan!" Kaleng soft drink yang dibawa Jungkook di lempar entah kemana.

Kenapa juga Jungkook repot repot perhatian sam Jimin. Kalo perlakuan yang gak dihargain kayak gini.






































Aduh kook Jimin maunya di peluk














Semoga berakhir indah

In The BlanketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang