Attention please! Kalau suka boleh di vote dan komen biar akunya tambah semangat nulisnya, happy reading hope enjoy it! Typo bertebaran!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jevano dan Nadir menatap sebuah rumah yang ada di hadapan mereka saat ini, Jevano kembali membuka ponselnya memastikan apakah alamat yang mereka tuju benar?
"Ini beneran rumah gue?" ucap Jevano, Nadir menatap Jevano dan menjewer telinganya.
'Kita!'
"dih! Yang beli kan bokap gue, ya berarti rumah gue lah." ucap Jevano.
'pake uang papa aku juga!'
"terserah, tapi kecil amat sih rumahnya, ekspektasi gue tuh rumah yang gede ada kolam renangnya terus deket pegunungan atau pantai, kalau ini sih rumah kpr bersubsidi aja sekalian." Ucap Jevano, ia membuka gerbang dan masuk ke dalam rumah mereka, Nadir berdecih betapa sombongnya Jevano ini.
Drrt! Drtt!
Jevano mengambil ponselnya ternyata dari daddynya, Jevano segera memgangkat panggilannya.
"Halo dad?"
"gimana rumahnya? Bagus kan? Cocok buat kalian berdua biar bisa pendekatan dengan nyaman." ucap Jeffrey di sebrang telfon.
"ishh tapi dad, ini rumahnya kekecilan Jevan itu pengen rumahnya yang gede biar gak sumpek, tau sendiri kan Jevan gak suka ruangan sempit, Jevan juga mau rumah yang ada kolam renangnya."
"Jevan, life is not just luxury and prestige suatu saat kamu akan tau apa artinya hidup. Syukuri apa yang udah ada di depan kamu, oh iya! Rumahnya belum lunas dan cicilanya selama 10 tahun, daddy sama Om Yuda udah bayar DP dan cicilannya kamu yang bayar sendiri ya oh iya kamu dapet warisan dari daddy setahun setelah rumah tangga, daddy maupun bubu dan keluarga raga gak akan bantu kamu." Jevano kaget mendengarnya.